Membangun Gua Maria Bintauni

0
1,026 views

[media-credit name=”Google” align=”alignright” width=”264″][/media-credit]KETIKA nafsu perang antarsuku mulai berkurang, Aplasi bersama anak-cucu dan para serdadu pengikutnya juga mulai “turun gunung” meninggalkan gua dan kemudian bergiat membangun kampung permukiman. Sesuai keinginannya untuk mengabadikan nama bibinya ini, maka kampung-kampung permukiman baru ini lalu dia namai Bitauni yang menempati lokasi tanah datar yang terbentang luas di bagian Timur bukit bergua itu.

Aplasi mempunyai keturunan terdiri dari dua  anak laki-laki dan dan tiga orang anak permpuan. Ketika para pedagang Portugis singgah di Bitauni, putra sulung Aplasi “dibabtis” dan kemudian menyandang nama António. Karena tidak bisa melafalkan nama Portugis ini, orang setempat lalu memanggil  António dengan sebutan Antôên.

Sesuai kedudukannya sebagai anak paling sulung,  maka  Antôên ini di kemudian hari mendapat sebutan adat sebagai  Aplasi Mone ‘Naek, Putra Besar Aplasi, Putra Sulung Aplasi.

Sedang adiknya yang bungsu, oleh orang Portugis, diseranikan menjadi Joanicó da Conceiçaõ. Nama ini juga terlalu sulit diucapkan oleh orang setempat, termasuk pemilik nama itu sendiri. Maka si anak bungsu ini lebih memilih menyebut dirinya Kunses (kemiripan bunyi untuk Conceiçaõ) dan mendapat sapaan adat  Aplasi Mone Kliko alias Putra Bungsu Aplasi.

Putra pertama Kunses inilah yang justru di kemudian hari memakai nama baptis ayahnya, Joanicó. Di kalangan orang-orang Aplasi, nama aliasnya lebih populer yakni Juniku.

Penerus generasi Aplasi

Waktu berjalan sangat cepat hingga sekali waktu Antôên didaulat harus menggantikan ayahnya menjadi pimpinan marga Aplasi di Bitauni. Ia mewarisi hampir seluruh bakat ayahnya, Aplasi, dan kakeknya, Ustauni. Ia menjadi pemimpin yang sangat disegani dan seorang negosiator politik adat yang handal.

Antôên menguasai silsilah keturunan para raja dan kesel (kaisar) Insan, termasuk juga sistem pemerintahan adat yang berlaku di seluruh kerajaan. Kearifannya menyelesaikan pertikaian antarsuku ikut mendorong Usbana’ dari Bikômê mengundangnya datang  ke Kefamnanu’ guna mendamaikan para kepala suku yang masih berperang memperebutkan batas tanah.

 

Sebagai tanda persahabatan karena keberhasilannya, Usbana’ memberikan sebuah mata air di wilayah suku Tapenmasu’ di Pe’beko, Kefamnanu’ bagian Utara kepada sang negosiator. Tak ayal, mata air itu untuk seterusnya dinamai  Oe Aplasi. Di dekat Oe Aplasi, kini telah dibangun sebuah gua Maria. Maka wilayah pemukiman sekitar gua Maria itu, sampai hari ini, lebih dikenal dengan nama lingkungan Gua Aplasi. Terletak di bagian Utara kota Kefamnanu’, Ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) saat ini.

Prisco Virgo, alias Romo FX Primus Djuki SVD putra asli daerah Bintauni dan kini menjadi imam misionaris di Dili, Timor Leste.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here