Memberi Hati di Bulan Kitab Suci Nasional

0
3,776 views

JIKA ada peristiwa heboh tentang seseorang, kita biasanya cepat membicarakan hal itu dengan orang lain yang tidak punya urusan dengan orang atau perkara itu.

Orang itu menjadi bahan pembicaraan tanpa dia mengetahuinya. Kalau akhirnya dia tahu bahwa dia dibicarakan, biasanya pendapat umum tentang dia sudah terbentuk. Itu namanya gosip.

Perintah Yesus kali ini sangat berlawanan dengan gosip. Mulai dengan mengajak orang itu bicara berdua. Kalau tidak berhasil, ajak 1-2 orang lain. Kalau tidak berhasil juga, bawa soal kepada Umat, dalam hal ini kelompok yang bertanggung jawab atas hidup bersama. Jadi urutannya: berdua, bertiga atau berempat; baru kepada kelompok yang lebih besar. Dan yang dilibatkan adalah orang yang punya perhatian dan tanggung jawab.

Pesan Yesus bukan sekadar jangan bergosip. Inti pesan hari ini adalah bagaimana sikap kita kepada sesama saudara seiman: PER-HATI-AN. Artinya kita tidak melihat saudara sebagai masalah, gangguan. Kita melihat saudara kita itu sebagai orang yang mengalami masalah. Dia butuh perhatian. Dan itu yang diminta Yesus: perhatian=memberi hati. Inilah cara untuk membangun umat. Bukan masalahnya yang menjadi bahan omongan, tetapi orangnya yang disapa dan diberi hati.

Waktu sekarang
Alkisah, hiduplah seorang raja yang merasa kesulitan dengan tugas-tugas kenegaraan yang sangat banyak. Suatu hari ia berbicara kepada istrinya, “Andai saja saya dapat mengetahui masalah mana yang paling penting dan mendesak sehingga saya dapat bekerja lebih efektif dan menjadi raja yang lebih baik”.

Ratu kemudian mengusulkan ia untuk berkonsultasi dengan orang bijaksana yang ada di kerajaannya. Satu persatu dipanggilnya sarjana, politisi, pendeta, penasehat. Tetapi setiap orang mempunyai pendapatnya sendiri tentang apa yang paling penting. Akhirnya, setelah hampir putus asa karena belum mendapat nasehat yang baik, raja itu memutuskan untuk menemui seorang pertapa yang tinggal di bukit.

Ketika ia sampai di tempat tinggal pertapa itu, ia melihat bahwa pertapa itu sedang menggali kebunnya. Pertapa itu tidak menghentikan pekerjaannya, sambil mendengarkan dengan seksama permintaan raja untuk sebuah nasihat. “Saya punya dua pertanyaan,” jelas sang Raja. “Kepada siapa saya harus menghabiskan waktu lebih, perhatian lebih dan fokus lebih? Dan, peristiwa apa yang paling penting, sehingga harus diselesaikan lebih dahulu?”

Pertapa itu mendengarkan sambil terdiam dan tanpa menghentikan pekerjaannya. Raja menyadari bahwa pertapa itu sedang bekerja keras dan lelah. “Mari,” kata sang Raja, “Saya lihat anda kelelahan, beri saya sekop dan saya bantu anda menggali.” Pertapa itu berterima kasih dan memberikan sekopnya. Raja menggali kebun tersebut selama dua jam, sebelum akhirnya bertanya kembali kedua pertanyan tersebut.

Pertapa belum juga memberi jawaban. Pertapa itu malah mengambil kembali sekopnya dan meneruskan penggalian. Raja itu menolak dan meneruskan membantu menggali, sampai petang. Akhirnya sang raja menaruh sekopnya dan berkata, “Saya kesini untuk bertanya dua pertanyaan itu, karena anda tidak bisa atau tidak mau menjawabnya, saya akan pulang.” Pertapa menjawab, “Lihatlah, seseorang berlari kearah sini. Mari lihat siapa dia.”

Raja kemudian berbalik dan melihat seorang berjanggut berlari mendekat, sambil memegang perutnya yang terluka. Setelah orang itu menjangkau sang Raja, ia terjatuh di kakinya dan merintih kesakitan. Raja dan pertapa segera membersihkan lukanya dan mengobatinya sebisa mereka. Raja membalut luka dengan sapu tangannya dan pertapa itu mengganti baju orang itu dengan bajunya.

Setelah beberapa saat, lukanya mulai mengering; kemudian pertapa bersama sang Raja menggotongnya ke dalam dan di letakkan di peraduan sang pertapa. Kecapaian setelah seharian bekerja keras, Raja itu pun tertidur. Keesokan harinya, ia melihat pria itu menatap kearahnya dan berkata, “Ampuni saya.”

“Saya tidak kenal kamu, dan tak ada alasan yang membuat saya harus memaafkan kamu.” Pria itu kemudian mengaku, “Saya telah bersumpah untuk membalas dendam atas hukuman mati yang baginda timpakan kepada saudaraku, sehingga saya mengikuti Anda ke gua pertapa ini dan berencana membunuh Anda. Ketika Anda tidak segera kembali, saya keluar dari persembunyian saya dan kemudian tertangkap oleh pengawal Anda yang mengenali saya dan menyerang saya. Saya berhasil melarikan diri, tetapi saya pasti akan mati kehabisan darah apabila Anda tidak menolong saya. Saya ingin membunuh Anda, tapi Anda malah menolong saya. Mulai sekarang saya berjanji akan menjadi hambamu yang paling setia. Maafkan saya.” Segera, Raja mengampuninya. Ia juga berjanji merawat orang itu sampai sembuh benar. Raja kemudian meninggalkan pria itu dan menemui pertapa, yang sedang sibuk menggali. “Untuk terakhir kalinya, maukah Anda menjawab pertanyaan saya?” tanyanya, “Atau saya akan pergi.”

“Tapi Anda sudah mendapat jawabannya,” jawab pertapa. “Saya tidak mengerti,” kata Raja. “Kemarin,” pertapa itu menjelaskan, “Anda punya rasa kasihan dengan kelelahan saya, sehingga Anda tinggal untuk membantu. Apabila Anda langsung pulang, tentunya Anda sudah mati diserang pria itu. Jadi tugas yang paling penting saat itu adalah menunjukkan rasa kasihan. Kemudian ketika orang itu datang kesini anda segera membantu dan merawatnya. Apabila tidak anda lakukan itu, tentunya ia sudah mati kehabisan darah dan tidak bisa berdamai dengan Anda. Pada saat ini dialah orang paling penting, dan merawatnya adalah tugas yang terpenting saat ini.”

“Jawaban untuk pertanyaan anda adalah hanya ada satu waktu yang penting. Waktu yang penting itu adalah sekarang ini. Sedangkan orang yang paling penting adalah orang yang berada di sebelah kita. Tuhan hanya memberi kesempatan satu kali setiap kali. Orang yang bersama saya waktu sekarang dan tugas yang ada segera di hadapan saya adalah selalu lebih penting  dari yang ada di masa lalu maupun di masa yang akan datang. Masa lalu sudah menjadi sejarah, dan masa depan mungkin tidak pernah terjadi. Masa sekarang inilah yang paling nyata.”

Memberi hati
Bagi Anda para pelancar/pemandu pendalaman Kitab Suci, tugas utama anda ialah memberi hati kepada sesama umat yang datang dalam pertemuan basis untuk pendalaman. Yang dahulu tidak datang, adalah masa lalu. Yang sekarang tidak datang adalah masa depan. Usaha mendekatkan sesama saudara satu sama lain, sama penting dengan usaha mendekatkan mereka pada Kitab Suci.

Bagi Anda, umat yang tidak biasa, tidak suka, tidak tertarik pada pendalaman Kitab Suci. Kegiatan utama kita dalam Bulan Kitab Suci Nasional adalah membangun gereja: memberi perhatian, memberi hati satu kepada yang lain. Apakah ketidak sukaan anda atau keengganan anda akan Kitab Suci lebih besar dan lebih penting dari pada berbagi hati dengan sesama saudara seiman? Jika Anda tidak suka pada Kitab Suci, itu adalah dulu.

Jika Anda masih belum tertarik pada Kitab Suci, itu adalah masa depan. Yang penting saat ini: kita semua diajak berbagi hati satu kepada yang lain. Jika kita dapat berbagi hati, kita akan menumbuhkan sikap saling percaya. Jika kita saling percaya, maka doa kita akan menjadi doa bagi kepentingan kita bersama. Doa seperti itu yang akan didengarkan dan dikabulkan Tuhan.

Jika semua kegiatan kita dalam hidup menggereja: membangun Umat Basis, mengadakan kegiatan di Lingkungan dan paroki, membahas Kitab Suci; semua ini akan membangun umat kalau kita saling berbagi hati dan menyapa sesama saudara kita.

Mari kita mohon agar dalam setiap kegiatan kita, setiap ucapan kita menjadikan hati kita semakin dekat satu sama lain. Sehingga ikatan kita satu sama lain semakin erat, di dunia dan di surga. Sehingga semua yang kita mohonkan dalam nama Tuhan Yesus merupakan perwujudan kasih kita satu sama lain. Dan doa-doa kita pasti akan didengarkan Tuhan Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here