Membuka Belenggu Masa Lalu

0
477 views
Ilustrasi - Menghadapi bayang-bayang kesalahan masa lalu. (Ist)

Minggu, 26 Juni 2022

  • 1Raj. 19:16b.19-21.
  • Mzm: 16:1-2a.5.7-8.9-10.11.
  • Gal.5:1.13-18.
  • Luk. 9:51-62.

PANGGILAN kemuridan untuk mengikut Yesus adalah sebuah perjalanan hidup yang selalu bergerak dan berubah.

Kita tidak bisa berjalan, jika selalu terikat dengan kenangan masa lalu. Baik itu sebuah keberhasilan di dalam karya kita maupun kegagalan yang pernah ada di masa lalu.

Semuanya harus kita tinggalkan, supaya bisa sepenuhnya mengikuti dinamika hati bersama Tuhan.

Sebagaimana para murid yang ada kalanya dipanggil untuk duduk diam mendengarkan dengan nikmat pengajaran-Nya, menyaksikan dan mengalami mujizat-Nya. Tetapi ada kalanya meninggalkan tempat yang nyaman untuk pergi dari desa ke desa bersama-Nya. Dan mereka lalu mengalami berbagai tanggapan dari masyarakat luas; baik itu penyambutan atau penolakan.

Kehadiran kita dengan segenap hati, segenap pikiran dan segenap perasaan akan membuat kemuridan berjalan membahagiakan.

Seorang teman mesyeringkan bahwa niat tulus mengikuti Tuhan seakan dibenturkan oleh kegagalan yang pernah terjadi dalam hidupnya.

Pada awalnya, semua jalan terasa indah dan semua pekerjaan terasa menyenangkan; bahkan penuh pujian.

Ia hayati semua pengutusan sebagai cara konkret mewujudkan totalitas dalam menghidupi panggilannya.

Namun semuanya seakan hancur berantakan, manakala dia jatuh dalam kesalahan dalam pengelolaan keuangan unit karyanya hingga mengakibatkan banyak kerugian finansial.

Saat terpuruk itu, semua orang serentak menyalahkan dia. Hingga membuatnya kecut, kecil hati dan merasa sungguh tak berarti.

Rasa malu dan gagal menyertai setiap langkahnya. Bahkan tidak sedikit teman yang dulu akrab dan menyanjungnya, kini mulai menjauh.

Cap sebagai orang gagal, pecundang telah merasuki seluruh hidupnya hingga membuatnya tak mampu melihat titik terang yang bisa dijadikan cahaya di dalam kegelapan hidupnya.

Kegagalan membuat dia tidak bisa melangkah bebas. Kegagalan membuat dia meragukan kehadiran tulus sahabat-sahabatnya. Kegagalan membuatnya dia hilang keyakinan akan penyertaan Tuhan.

Di saat itulah dia ingat akan apa yang tertulis dalam bacaan Injil hari ini.

Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”

Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.”

Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Sebaik apa pun pekerjaan yang telah lalu, itu sudah masa lalu. Demikian juga seburuk apa pun pekerjaan yang telah lalu, itu juga sudah menjadi masa lalu.

Jika selalu diingat-ingat kebaikan atau kejelekan yang sudah terjadi akan menjadi beban dalam langkah hidup ini, jiwa bisa lumpuh dan hati diwarnai kegelisahan.

Tuhan minta kita menjadi pribadi yang bebas, pribadi yang bisa menjadikan masa lalu sebagai pelajaran dan kekuatan. Karena dalam keberhasilan maupun kegagalan itu, ada tapak-tapak Tuhan yang tergores dalam setiap peristiwa yang ada.

Jangan selalu menoleh ke belakang, supaya bisa melihat ke depan dengan lebih jelas.

Tuhan Yesus ingin kita mengikuti Dia dengan rela, ikhlas menempuh perjalanan hidup yang tidak aman, jauh dari kenyamanan tanpa tempat tinggal.

Mengikut Kristus berarti komitmen untuk berkurban dengan meninggalkan kehidupan lama yang penuh dengan kematian, lalu mengarahkan diri kepada kehidupan baru bersama Yesus yang hidup dan berjalan bersama-Nya memasuki Yerusalem.

Mengikut Kristus berarti menfokuskan pekerjaan yang di depan, yaitu pentingnya terus memberitakan Kerajaan Allah

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sudah berdamai dengan masa laluku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here