Home BERITA Memikul Salib

Memikul Salib

0
31 views
Memikul salib dan mengikuti-Nya, by Robert Smithson

Minggu, 7 Sepetember 2025

Keb. 9:13-18
Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17
Flm. 9b-10,12-17
Luk. 14:25-33

KITA hidup di tengah bangsa yang sedang “tidak baik-baik saja”.

Korupsi menjadi budaya yang diwariskan, keadilan bisa dibeli, suara orang kecil tenggelam oleh hiruk pikuk kekuasaan, dan kebenaran sering dipelintir demi kepentingan.

Dalam situasi seperti ini, kita tidak bisa hanya tinggal di dalam tembok gereja, melainkan harus berani turun ke jalan kehidupan.

Iman sejati adalah iman yang berbuah. Jika doa kita hanya berhenti pada bibir, tetapi tidak menggerakkan hati untuk peduli pada ketidakadilan, iman itu menjadi kering dan hampa.

Yesus tidak hanya berdoa di gunung, tetapi juga menyembuhkan yang sakit, memberi makan yang lapar, menghibur yang berduka, bahkan menegur yang berkuasa.

Iman-Nya diwujudkan dalam aksi nyata. Itulah yang disebut “iman yang bekerja oleh kasih”

Partisipasi aktif kita bukan sekadar opsi, melainkan konsekuensi dari baptisan kita. Gereja tidak dipanggil untuk diam, tetapi untuk hadir, bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih, kejujuran, solidaritas, dan kesetiaan kepada Kristus.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Menjadi murid Kristus tidak pernah dijanjikan sebagai jalan mulus tanpa tantangan. Justru Yesus mengingatkan bahwa jalan itu akan dipenuhi dengan salib yang harus dipikul dengan setia.

Salib bukan hanya penderitaan pribadi, tetapi juga penderitaan umat manusia yang kita hidupi dan tanggung bersama.

Dalam konteks bangsa kita yang sedang “tidak baik-baik saja.” Yesus memanggil kita bukan untuk menjadi penonton pasif dalam sejarah bangsa, melainkan ikut memikul salib bersama-Nya agar dunia ini semakin ditransformasi oleh kasih-Nya.

Gereja dan umat beriman harus berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan kebangsaan. Salib Kristus mengajarkan kita bahwa penderitaan yang dipikul dengan kasih tidak akan berakhir pada keputusasaan, melainkan pada kebangkitan.

Partisipasi kita, sekecil apa pun, adalah bagian dari jalan salib bangsa menuju harapan baru.

Kita boleh merasa lemah, tetapi bersama Kristus kita dikuatkan untuk tetap berjalan, karena salib yang kita pikul tidak akan pernah sia-sia.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah saya berani mengambil bagian, meski kecil, untuk ikut serta memperbaiki keadaan bangsa demi menghadirkan terang Kristus?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here