Memperbicangkan tentang Hantu: Kegaduhan Selalu Mengusik Apartemen (8)

2
5,918 views
Ilustrasi: Hantu. (Ist)

AWALNYA, Riyadi tak mau percaya begitu saja kalau di alam fana ini adalah “dunia lain”. Waktu di masih anak-anak di pedesaan di Klaten, memang di beberapa lokasi tak jauh dari rumahnya sering beredar kisah menyeramkan tentang “dunia lain”. Dia ingat lokasi dimana “dunia lain” itu selalu muncul yang antara lain adalah Dayakan—sebuah kompleks pemakaman umum yang membentang luas di ujung kampung Pandean sekaligus menjadi pembatas dengan kampung lain bernama Pandes.

Tapi itu cerita lama yang susah diverifikasi kebenarannya. Apalagi Riyadi masih bocah, sehingga susah pula membuat cerita lama itu menjadi fakta yang layak dipertanggungjawabkan kebenarannya.

33 tahun berselang, Riyadi mengalami sesuatu yang aneh: hal yang belum pernah dia alami sebelumnya.  “Dunia lain” itu –katanya kepada Sesawi.Net belum lama ini— “memang nyata-nyata ada dan saya sendiri mengalaminya.”

Lalu dia membuat verifikasi data. Lokasinya di sebuah apartemen di Jakarta. Persisnya di kamar 41D di sebuah tower di kompleks bangunan apartemen mewah itu.

Kegaduhan layaknya orang pindahan

Sekali waktu,  teman dekat Riyadi berpergian ke Tanah Suci dalam sebuah program ziarah rohani. Kepada Riyadi, dia menitipkan agar menjaga kamar apartemen yang menjulang tinggi dengan pemandangan kota Jakarta di sebelah Timur.  “Lebih baik tinggal di sini lebih nyaman daripada tinggal di rumah petakan,” kata Riyadi menirukan omongan temannya tahun 1999 silam. 

Tidak ada sesuatu yang aneh di lantai 41 di apartemen mewah ini. Semua tertata rapi dengan sistem keamanan 24 jam yang terpantau oleh petugas security di setiap sudut. 

Malam pertama-kedua-ketiga saat tidur di apartemen itu, Riyadi tidak menemui sesuatu yang aneh bin ajaib. Saking capainya bekerja, begitu sampai di kamar apartemen kira-kira pukul 23.00 malam, tak ada hal yang lebih mengenakkan kecuali  berbaring di sofa empuk atau tidur di spring bed besar nan nyaman lengkap dengan perangkat mesin pendingin ditambah façade pemandangan Jakarta di waktu malam. 

Nah, pada hari-hari berikutnya, barulah Riyadi mengalami keganjilan. Sekali waktu, ketika dia terbangun dari tidurnya kira-kira pukul 02.00 dinihari karena ingin ke kamar mandi, dia mendengar sesuatu yang aneh di atas dan di bawah lantai dimana kamar apartemennya berada. “Suaranya sangat gaduh, berisik, layaknya orang  menggeser-geser meja, almari besar dan kursi jati seperti orang mau pindah rumah,” ungkap Riyadi. 

Masak sih jam 02.00 pagi orang main-main dengan meja-kursi-dipan? Itu yang dia pertanyakan.  Namun karena alam kehidupan apartemen sangat menghargai privasi orang lain, dia pun bergeming dan tak acuh dengan keganjilan itu.

Masih kosong

Ternyata, suara gaduh seperti orang menggeser-geser benda keras hingga menimbulkan bunyi berderit itu makin lama makin kencang. Tidak hanya terjadi pada hari-hari tertentu, melainkan nyaris setiap hari, “Waktunya pun selalu terjadi selepas pukul 24.00 menjelang dinihari,” ungkap Riyadi. 

Kesal karena merasa terganggu oleh kegaduhan seperti orang pindahan itu, Riyadi pun keluar kamar dan turun ke lantai dasar tower tersebut. Kepada petugas securiti, dia mengungkapkan komplen.  Dan petugas keamanan itu hanya tersenyum kecut dan mengajak Riyadi menuju lantai 40 dan lantai-lantai di atasnya yakni 42, 43, 44 guna memastikan darimana persisnya kegaduhan itu berasal. 

Temen Riyadi tinggal di lantai 41. Di lantai ini hanya dia sendiri yang tinggal, padahal masih ada 8 unit kamar lainnya. Lantai 40 kosong. Juga ketika petugas sekuriti itu mengajak naik ke lantai 42, 43, 44. “Semua kosong dan suasanya gelap gulita,” tutur Riyadi. 

Jadi lantai mana yang berisik? Riyadi tak menemukan jawabannya saat itu, selain –sekali lagi—senyuman kecut sang petugas keamanan. 

Berdoa saja

Karena tetap merasa terganggu oleh kegaduhan suara tanpa sumber yang jelas itu, Riyadi pun memutuskan hengkang meninggalkan kamar apartemen yang dipercayakan teman baiknya untuk dijaga sementara selama dia melakukan peziarahan rohani. Dia kembali ke rumah petak sewanya di kawasan Rawabelong, tempatnya tinggal bersama keponakannya. 

Sekali waktu, dia datang menengok kembali lantai 41 apartemen temannya.  Karena telanjur malam dan kecapaian, dia memutuskan tidak kembali ke Rawabelong melainkan tidur di kamar mewah itu. Tiba-tiba saja terdengar bunyi dering telepon di malam hari. 

Ternyata dari seberang sana, temannya menelpon tanya apa kabar. Nah, kepada  temannya itu dia kisahkan suara gaduh yang setiap subuh selalu mengganggunya.  Dengan enteng tapi tegas, teman perempuannya itu hanya berkomentar pendek: “Tabah dan berdoa saja,” katanya singkat. 

Benar juga. Dengan modal doa Rosario dan Bapa Kami, Riyadi duduk diam bersila dengan fokus mendaraskan Rosario sembari memegang kencang tasbih dan sebuah salib kecil yang pernah dia bawa sebagai “pertanda iman” saat mengucapkan kaul pertama sebagai Novis Yesuit di Girisonta tahun 1984. Saat dia mendaras doa Rosario sembari memilin-milin biji tasbih, suara kegaduhan itu muncul.  “Saya pegang kuat-kuat salib istimewa itu. Kepada Tuhan, saya mohon kekuatan dan percaya akan kekuatan benda berupa salib itu karena di depan salib kecil itulah bersama ke 10 teman saya mengucapkan kaul religius sebagai Yesuit,” kata Riyadi. 

Yang terjadi kemudian, suara-suara gaduh itu perlahan surut dan kemudian menghilang.  Demikian dia ulangi setiap subuh, saat suara-suara itu datang menganggu tidurnya. 

Banyak kecelakaan

Beberapa pekan kemudian, teman perempuannya datang dari Tanah Suci. Kepada dia, Riyadi mengisahkan pengalamannya “diganggu” suara-suara aneh di lantai 40, 42, 43, 44. Namun, temannya itu dengan enteng bertanya bahwa dia pun juga juga mengalami hal sama. 

Yang dia lakukan sama: berdoa dan berdoa… “Ya itu saja, dan lambat laun suara-suara gaduh itu akan hilang sendiri,” kata Nandi, teman Riyadi. 

Sekali waktu, Riyadi bertanya kepada satpam di tower itu tentang suara-suara gaduh. Mereka menjawab sama: “Berdoa saja…Mas,” jawabnya.

Tak puas dengan jawaban itu, Riyadi pun membolak-balik koran. Sejauh  dia ingat, rasanya di kompleks apartemen yang mulai dibangun tahun 1995-an itu sering terjadi kecelakaan.  Korbannya adalah para tukang yang nekad naik ke bangunan bertingkat tinggi tanpa memakai safety belt. Sekali terpeleset dan jatuh, ya tamat… 

“Wow pantes kalau begitu… di kamar-kamar di atas selalu terdengar suara gaduh sepertinya buruh-buruh itu menggeser-geser meja, kursi, dipan atau kadang-kadang suara ketok-ketok palu,” kata Riyadi. (Bersambung)

 

 

2 COMMENTS

  1. Model ini apakah msh tseridea untuk besok tgl 28 oktober sampai 28 november selama 1 bulan,,bila ada sy ingin survey langsung..mohon info nya tks

  2. Itu bukan hantu, biasanya emg terjadi di gedung2 bertingkat seperti rumah susun atau apartemen. Namanya insulasi bangunan. Lengkapnya cari di gugel ada satu artikel yg ngebahas jelas kenapa2nya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here