Memuji Bendahara yang Tidak Jujur

0
1,207 views
Ilustrasi: Jujur. (Ist)

Puncta 18.09.22
Minggu Biasa XXV
Lukas 16: 1-13

YESUS sering menceritakan banyak perumpamaan. Ada yang sulit dipahami atau sering disalahmengerti, misalnya tentang perumpamaan bendahara yang tidak jujur.

Banyak umat bertanya menggunakan perumpamaan tentang bendahara ini: “Romo, apakah Tuhan Yesus mentolerir orang berbuat tidak jujur?

Atau ada lagi yang bertanya; “Apakah boleh menggunakan harta korupsi untuk donasi ke panti asuhan atau gereja?”

Bukan di situ pokok persoalannya. Bukan soal boleh dan tidak boleh.

Inti dari perumpamaan ini adalah kecerdikan si bendahara dalam mengantisipasi masa depan. Sang bendahara sedang menyiapkan masa depannya.

Dia tidak memiliki rumah. Dia tidak punya pekerjaan selain itu. Kalau harus kerja kasar dia tidak mampu, kalau harus mengemis, dia malu.

Jika dia tidak melakukan apa-apa pasti dia mengalami “madesu” alias masa depan suram.

Dengan cerdik dia menggunakan uang sebagai persiapan masa depan. Dia membuat orang lain berhutang budi kepadanya. Dia berusaha berbuat baik kepada sebanyak mungkin orang, dengan harapan orang-orang itu ke depan dapat memberi tumpangan atau pekerjaan kepadanya.

Yang dilihat di sini adalah menggunakan uang demi masa depan. Si bendahara disebut cerdik karena mengurbankan uang titipan tuannya agar terjamin masa depannya.

Apakah Tuhan Yesus memuji niat si bendahara yang bertindak “do ut des” (berbuat baik agar menerima balasan)?

Teks tidak berkata apa-apa tentang hal itu.

Yesus hanya menyoroti kecerdikan bendahara.
Yesus berbicara tentang menggunakan harta untuk masa depan, di akhirat atau kemah abadi.

“Jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”

Di sini secara khusus, Yesus mengajarkan bagaimana menggunakan harta dengan cerdik, yaitu untuk menghasilkan hal-hal yang bernilai kekal (kemah abadi).

Uang sifatnya sementara, tetapi dampaknya – kalau dipakai dengan cerdik – bisa kekal abadi.

Uang tidak bisa diandalkan selamanya, tetapi dampaknya bisa dirasa abadi selamanya.

Melalui perumpamaan ini Yesus justru menasihati kita untuk mewaspadai bahaya uang. Harta duniawi bisa menjadi berhala bagi kita.

Salah satu cara untuk menghindarinya adalah memberikan harta tersebut kepada orang lain. Harta yang sementara, tidak kekal itu harus digunakan untuk mencari harta yang kekal.

Harta yang bukan milik kita – tetapi hanyalah titipan Tuhan – harus kita bagikan kepada orang lain demi kehidupan yang kekal.

Secara tidak langsung Yesus mengajarkan: Bendahara yang tidak jujur itu mengurangi jumlah hutang debitur tuannya, dalam rangka investasi masa depannya.

Harusnya umat Allah juga demikian. Allah menitipkan harta dunia kepada kita, semestinya harta itu dibagikan untuk menolong sesama demi keselamatannya di akhirat.

Kita harus menggunakan harta duniawi titipan Allah sebagai investasi rohani, demi keselamatan masa depan.

Marilah kita cerdik seperti ular dan tulus bagaikan merpati. Cerdik menggunakan harta duniawi, dan tulus membagikannya untuk orang lain demi kebahagiaan surgawi.

Tiap pagi berjemur matahari,
Sambil nikmati acara televisi.
Gunakan segala harta duniawi,
Agar berguna di akherat nanti.

Cawas, cerdik bagaikan ular ….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here