Memuji Nama-Nya Dalam Nyanyian Sukacita

0
375 views
Paduan suara dalam Misa Ekaristi

Bacaan 1: Why 4:1-11

Injil: Luk 19:11-28

Suatu ketika saya pernah mendapat pertanyaan dari seorang teman non katolik, “Mengapa kalian beribadah kok nyanyi-nyanyi?”

Pertanyaan yang wajar karena ia memang tidak tahu.

Nyanyian dan pujian dalam liturgi Ekaristi sangat Alkitabiah sekali, jadi bukan tanpa alasan. Pujian rohani dalam Alkitab tentu berpusat pada Tuhan dan bukan berpusat pada manusia (diri).

Jadi bernyanyi dalam liturgi Ekaristi bukanlah untuk “pertunjukan” (tak memerlukan tepuk tangan).

Kenikmatannya bukan dari lagu atau iringan musiknya namun karena pengalaman rohani memuji Tuhan.

“Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.” Demikian penulis Mazmur menuliskan dalam Mzm 97:12.

Juga dalam Perjanjian Baru, “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.” (Mat 26:30; Mrk 14:26).

Paulus saat dipenjara di Filipi, dibebaskan oleh malaikat setelah ia dan rekan-tekannya menyanyikan puji-pujian kepada-Nya.

Dalam surat Wahyu hari ini disebutkan bahwa keempat makhluk “aneh” yang merupakan malaikat surgawi, pekerjaannya juga senantiasa memuji Allah sepanjang waktu.

Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam:

“Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.”

Dan setelah meninggal, orang katolik hidup seperti malaikat. Maka kita wajib meneladani para malaikat dalam memuji Allah.

Jadi, nyanyian dan pujian dalam ibadah katolik sungguh sangat Alkitabiah dan memiliki efek dahsyat.

Allah layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Dia telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Nya semuanya itu ada dan diciptakan.

Mereka yang tidak mau (menolak) memuji nama-Nya, pantas dihukum. Ini disampaikan Tuhan Yesus dalam kisah perumpamaan raja yang ditolak oleh rakyatnya sendiri.

“Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Pesan hari ini

Tak peduli seberapa berat beban masalah dalam hidupmu, mari kita membuka mulut memuji nama-Nya.

Lantunkan pujian kepada-Nya dan rasakan kedahsyatannya.

“Respons paling sehat untuk hidup adalah sukacita.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here