Mendidik Anak-anak demi Meraih Masa Depan

0
165 views
Ilustrasi: Para murid SD 01 Nanga Mahap mengikuti Rekoleksi Masa Prapaskah. (Sr. Ludovika OSA)

JAMES Dobson berkata, “Disiplin yang penuh kasih mendorong anak untuk menghormati orang lain dan hidup sebagai seorang warga negara yang bertanggungjawab dan membangun.”

Seorang pria yang hendak dieksekusi hukuman mati di Amerika menulis surat untuk ibunya.

Dia menulis, “Ibu, kalau ada keadilan di dunia ini, kita berdua akan dieksekusi, bukan cuma aku. Ibu sama bersalahnya dengan aku untuk cara hidupku. Apakah Ibu ingat, ketika aku mencuri dan membawa pulang sepeda milik anak lain? Ibu membantuku menyembunyikan sepeda itu, supaya ayah tidak melihatnya.”

Sang ibu berurai air mata saat membaca surat anaknya. Ia pun terus membaca surat dari puteranya itu, “Apakah ibu ingat waktu aku mencuri uang tetangga? Ibu pergi denganku ke mal untuk menghabiskannya. Apakah Ibu ingat, ketika aku berdebat dengan ayah dan ia pergi meninggalkan kita? Ia ingin meluruskan aku, karena aku mencuri hasil akhir dari kompetisi dan karena itu aku dikeluarkan.”

Sang ibu menangis sejadi-jadinya. Namun ia menahan diri. Ia terus membaca surat itu, “Aku hanya anak kecil, lalu aku menjadi remaja bermasalah. Saat ini aku menjadi pria yang salah dibentuk. Aku hanya seorang anak kecil yang butuh dikoreksi, dan bukan disetujui. Tetapi aku memaafkan ibu.”

Anak itu berpesan agar sang ibu memviralkan suratnya. Dengan demikian, suratnya dapat menjangkau sebanyak mungkin orangtua di dunia. Mereka dapat mengerti apa yang membuat orang-orang menjadi baik atau buruk.

Tanggungjawab utama orangtua

Pendidikan yang baik bukan berarti menyetujui semua perbuatan anak-anak. Pendidikan yang baik tidak berarti membela apa saja yang dilakukan seorang anak.

Bahkan ketika seorang anak melakukan kesalahan, orangtua mesti memberikan pendidikan yang lebih baik dengan menegur atau bahkan menghukum.

Kisah di atas tampaknya ekstrim, tapi memang ada orangtua yang segan dan enggan mendisiplinkan anak-anak mereka, walau tahu anak-anak mereka bersalah. Mungkin orangtua merasa bersalah, karena mereka tidak punya banyak waktu bagi anak-anak mereka.

Atau mereka terlalu lelah bekerja, sehingga tidak ada energi untuk mendisiplinkan anak-anak mereka.

Namun alasan-alasan itu tidak boleh menjadikan kekuatan bagi para orangtua untuk tidak mendisiplinkan anak-anak mereka.

Tugas utama para orangtua adalah memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka. Tugas utama orangtua adalah mendampingi anak-anak mereka menemukan masa depan yang cerah ceria.

Karena itu, setiap orangtua mesti menyadari tugas utama mereka dalam hidup berkeluarga.

Selain suami isteri saling membahagiakan, mereka juga mesti membahagiakan anak-anak mereka. Bukan dengan memanjakan atau memberikan peluang untuk melakukan kejahatan, tetapi memberi kesempatan untuk membangun hidup yang lebih baik.

Tetap semangat, sahabat-sahabat. Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here