Mendidik Hati yang Mudah Tersentuh

0
401 views
Ilustrasi: Tim Tanggap Campak Distrik Pulau Tiga sedang melakukan pengukuran badan di Kampung Awap yang belum tersentuh pelayanan campak, 21/2 (Fr. Tinus Tarimanik Pr/Keuskupan Agats)

MEMILIKI hati yang mudah tersentuh oleh penderitaan sesama tidak mudah. Orang mesti melatihnya terus-menerus.

Suatu kali, saat menangkap seekor anjing laut yang besar, seorang pembunuh mengupas kulitnya yang berharga.

Anjing laut yang masih belum putus nafasnya itu disembunyikannya di rumput-rumput. Malamnya, pemburu itu kembali ke tempat semula, tapi ia tidak menemukan anjing laut ini.

Lantas ia mengamatinya dengan lebih teliti. Samar-samar, ia melihat noda darah di atas rumput menetes hingga ke sebuah gua kecil di sekitar sana. Pemburu itu mencoba melihat ke dalam lubang.

Ia sangat kaget karena ternyata anjing laut itu menahan sakit dari kulitnya yang terkelupas. Anjing laut itu bersusah payah kembali ke sarangnya.

Mengapa anjing laut ini melakukannya? Ketika si pemburu itu menarik keluar anjing laut yang sudah tidak bernafas, ia menemukan dua ekor anak anjing laut kecil yang masih belum terbuka matanya.

Keduanya sedang berusaha mengisap puting susu mamanya yang sudah meninggal.

Di saat pemburu itu melihat kejadian ini, tubuh dan hatinya mendapatkan goncangan yang sangat besar. Dia tidak pernah berpikir bahwa hewan juga bisa memiliki hubungan kasih sayang ibu dan anak yang bahkan kadang manusia tidak memilikinya.

Saat di ujung kematian, anjing laut itu masih memiliki insting untuk menyusui anaknya. Ia takut kalau-kalau kedua anaknya juga akan mati kelaparan.

Melihat kejadian itu, pemburu itu merasakan kesedihan yang mendalam. Ia menangis dengan rasa bersalah.

Ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Sejak itu, ia tidak menjadi pemburu lagi. Ia mengganti pekerjaannya.

Dorongan kasih sayang

Setiap makhluk hidup diciptakan dengan memiliki perasaan atau insting bagi hewan-hewan. Bahkan tumbuhan pun memiliki semacam perasaan. Kalau seseorang yang menanam bunga, misalnya, dia mesti rajin menyapanya.

Kalau dibiarkan begitu saja, bunga itu pun tidak tumbuh dengan baik. Hasilnya pun tidak maksimal.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk memiliki hati yang mudah tersentuh oleh derita makhluk yang ada di sekitar kita. Di saat-saat terakhir hidupnya, anjing laut itu masih memikirkan anak-anaknya.

Ia tidak membiarkan anak-anaknya mati begitu saja. Ia masih kembali untuk memberikan kehidupan bagi kedua anaknya. Suatu tindakan yang luar biasa. Suatu cinta yang begitu kuat bagi yang lain.

Menghargai kehidupan merupakan bagian dari hidup manusia. Orang yang menghargai kehidupan akan memiliki hati yang mudah tersentuh ketika menyaksikan penderitaan sesamanya.

Hasilnya adalah manusia akan dengan mudah berusaha untuk mengakhiri penderitaan sesamanya.

Tentu saja tidak mudah orang memiliki hati yang mudah tersentuh oleh penderitaan sesamanya. Hal ini butuh suatu latihan yang terus-menerus, agar orang cepat memiliki hati yang tersentuh begitu melihat sesamanya sedang menderita.

Mari kita terus-menerus melatih hati, budi dan pikiran kita untuk memiliki hati yang mudah tersentuh oleh penderitaan sesama kita. Dengan demikian, hidup bersama menjadi semakin harmonis. Tetap semangat, sahabat-sahabat. Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here