Mengasihi daripada Menghancurkan Musuh

2
1,552 views

Minggu, 26 Juni 2016
Minggu Biasa XIII
1Raj 19:16b.19-21; Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11; Gal 5:1.13-18; Luk 9:51-62

Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata, “Tuhan, bolehkah kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?”  Tetapi Yesus berpaling dan menegur mereka, “Kamu tidak tahu apa yang kamu inginkan. Anak manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkannya. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.”

MARILAH kita pusatkan perhatian kita pada Inil hari ini, khususnya pada reaksi Yakobus dan Yohanes terhadap orang Samaria dan bagaimana Yesus membimbing mereka. Kita mungkin heran membaca dan mendengarkan permohonan kedua murid itu untuk menghancurkan desa orang-orang Samaria. Apa yang terjadi dengan mereka dan mengapa?

Pada waktu itu, seperti kita ketahui dengan baik, hubungan antara orang Yahudi dan Samaria tidaklah harmonis. Mereka saling membenci satu sama lain dan mereka terpisah selama berabad-abad.

Itulah sebabnya, ketika Yesus hendak melewati daerah Samaria dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem, orang-orang di situ menolak Dia. Dalam situasi demikian, Yakobus dan Yohanes berkata kepada Yesus, “Tuhan bolehkah kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Kita lihat di sini, bahkan setelah bersama Yesus selama hampir tiga tahun, Yakobus dan Yohanes masih jatuh dalam amarah hebat yang meledak-ledak.

Syukur kepada Allah, Yesus menegur mereka yang tidak memiliki toleransi itu. Ia membimbing mereka untuk mengasihi orang-orang yang menolak dan mencederai mereka.

Dengan pengalaman ini, Yesus juga hendak mengajar kita bahwa Ia akan mengalami penolakan dan penganiayaan untuk mendamaikan setiap orang dengan Allah dan sesama. Maka, alih-alih menghancurkan mereka yang membenci-Nya, Yesus menawarkan persahabatan dan kerahiman. Bahkan, Ia rela mati di kayu salib, baik untuk orang Yahudi, Samaria, Galilea dan semua orang agar didamaikan dengan Allah.

Seperti Yesus Kristus demikianlah kita hari ini pun dipanggil untuk mencari kebaikan tertinggi setiap orang tak hanya sahabat kita tetapi juga orang yang memusuhi kita. Kita menyadari bahwa hari ini saling pengertian penuh kasih sangatlah diperlukan. Kita harus saling mengerti tak hanya di antara teman tetapi juga lawan.

Dengan mudah kita merendahkan orang lain dengan pikiran kita. Kita juga memiliki kecenderungan kuat untuk menghina orang lain dengan kata-kata kita. Kita mengkritik sesama dengan sadis, untuk menghancurkan, dengan amarah, sikap frustasi dan merasa diri paling benar, seperti Yakobus dan Yohanes. Semoga Tuhan Yesus Kristus mengubah hati kita untuk mengasihi sesama daripada menghancurkan mereka.

Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, sementara kita bersembah sujud di hadirat Yesus Kristus, kita berdoa agar kita mampu mengasihi mereka yang membenci kita. Bagaimana kita memperlakukan orang yang menyalibkan kita dan menganiaya kita dengan kesulitan? Apakah kita mencari kebaikan mereka daripada ingin membalas menyakiti mereka?

Tuhan Yesus Kristus, Engkau memanggil kami untuk mengikuti Dikau. Anugerahilah kami rahmat untuk mengesampingkan segala hal yang menghambat kami untuk melakukan kehendak-Mu. Semoga kami mengasihi mereka yang menyulitkan hidup kami kini dan sepanjang masa. Amin

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

2 COMMENTS

  1. Romo , ada 1 yg saya bingung yaitu di ayat 55.. saat saya cari di Alkitab baik cetak maupun elektronik tidak ditemukan ayat yang berbunyi “Anak manusia datang bukan untk membinasakan orang,
    melainkan untuk menyelamatkannya.” Tetapi saya menemukannya di Kalender Liturgi dan bacaan di misa yg saya hadiri hari ini. Yang menjadi pertanyaan saya: apakah ada pembaharuan dalam Alkitab Katolik? Dan di mana saya bisa mendapatkan Alkitab yg sudah diperbaharui tersebut? Terima kasih.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here