Mengenal Tuhan

0
234 views
Ilustrasi: Berdoa memohon kepada Tuhan. (Ist)

Sabtu, 10 Mei 2025

Kis. 13:44-52.
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4.
Yoh. 14:7-14

MANUSIA adalah makhluk sosial. Kita tidak diciptakan untuk berjalan sendirian dalam hidup ini.

Dalam berbagai ruang kehidupan, di rumah, di tempat kerja, dalam komunitas dan pertemanan, kita mengenal dan merasakan sebuah anugerah yang sangat berharga: persahabatan.

Persahabatan bukan sekadar hubungan biasa, melainkan sebuah ikatan indah yang menghadirkan kegembiraan, dukungan, bahkan penghiburan di tengah tantangan hidup.

Namun, persahabatan sejati tidak tumbuh secara instan. Ia seperti tanaman yang memerlukan waktu, perhatian, dan usaha.

Butuh kerendahan hati untuk saling memahami, butuh keikhlasan untuk saling mendengarkan, dan butuh keberanian untuk terus menyapa, meski kadang tidak ada balasan.

Persahabatan sejati tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan dengan cinta, menyempatkan waktu, memberi dukungan, mengulurkan tangan saat dibutuhkan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?

Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.

Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?”

Kalimat Tuhan Yesus kepada Filipus ini menggugah hati kita. Ia mengungkapkan kekecewaan yang penuh kasih: setelah sekian lama berjalan bersama, Filipus belum sungguh mengenal siapa Yesus sebenarnya.

Seolah Yesus bertanya, “Apakah kehadiran-Ku belum cukup untuk menunjukkan kasih dan wajah Bapa?”

Ada kalanya dalam hidup ini, kita merasa sudah cukup dekat dengan Tuhan. Kita rutin berdoa, pergi ke gereja, melayani, membaca Kitab Suci.

Kisah Filipus mengingatkan kita bahwa kedekatan secara fisik atau rutinitas tidak selalu berarti kedekatan hati dan pengenalan sejati akan Tuhan.

Filipus adalah salah satu dari dua belas murid yang berjalan bersama Yesus. Ia melihat mukjizat, mendengar ajaran langsung dari mulut-Nya, menyaksikan kasih yang nyata dalam tindakan-Nya.

Namun ketika ia berkata, “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami,” Yesus menjawab dengan nada sedih, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, namun engkau tidak mengenal Aku?”

Mengenal Yesus bukan hanya soal tahu tentang-Nya, tetapi mengalami Dia secara pribadi. Mengenal Yesus berarti membiarkan hidup kita disentuh oleh kasih dan kebenaran-Nya, hingga kita tidak hanya berjalan bersama-Nya, tetapi juga di dalam-Nya.

Yesus tidak menolak Filipus, sebaliknya Ia mengundangnya untuk lebih dalam percaya.

Ini pun berlaku bagi kita. Sekalipun kita belum sepenuhnya mengenal Dia, Yesus tetap sabar dan setia mendampingi kita, menantikan hati yang terbuka untuk semakin percaya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku juga seperti Filipus, sudah lama menyebut diri pengikut Kristus, tetapi belum sungguh mengenal hati-Nya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here