DALAM kotbah Misa Requiem, seperti ditulis oleh Suster Nidgaria, Uskup Thijssen SVD mengenang kembali Sr. Raineldis SSpS.
Uskup mengingat tahun-tahun pengutusan Suster Raineldis.
“Suster Raineldis bekerja sebagai perawat di rumah sakit, di mana dia dengan penuh kasih membantu semua orang tanpa perbedaan. Selain tugas medis, dia juga tertarik pada hal-hal yang melingkupi keseharian orang-orang itu.”
Uskup menamai semua kelompok dan dua kongregasi suster pribumi yang selalu dia bantu kapan saja mereka membutuhkannya.
“Ia benar-benar seorang suster misionaris dan ibu yang sejati. Tapi dia juga seorang ‘perempun tangguh’ yang tidak takut pada apa pun.”
Uskup Thijssen lalu menceritakan episode ini:
“Ketika Jepang pindah ke Larantuka (dalam Perang Dunia II) terjadi gelombang ketakutan besar di mana-mana. Dan hanya Mama Raineldis yang tidak takut. Bahkan tentara Jepang itu kagum dengannya dan bertanya mengapa dia tidak takut. Dia menjawab, ‘Saya tidak melakukan sesuatu yang jahat, mengapa harus saya takut?’
“Sr. Raineldis SSpS benar-benar seorang ibu dan ‘perempuan yang kuat”, ya, seorang ‘mama yang kuat’.
Dia baik dan lembut, tapi tidak manja: itu bukan tipe dia. Dia jujur dan mengatakan kebenaran kepada siapa pun, tanpa rasa takut.
Dan karena dia mengenal semua orang dan dia bagai seorang Mama bagi semua, dia bisa dan “diizinkan” untuk mengatakan segala sesuatu yang untuk orang lain sangat sulit untuk mengatakannya atau tidak berani untuk mencoba mengatakannya,” tulis Suster Nidgaria untuk menggarisbawahi apa yang Uskup kotbahkan.
Dalam acara penerimaan pakaian biara para Suster SSpS di Hokeng, dua hari berikutnya, Uskup Thijssen mengajak para suster untuk mencontoh hidup Sr. Raineldis SSpS.
Uskup mengatakan: “Sr. Raineldis SSpS adalah satu keutuhan seorang ibu dan misionaris sejati. Setiap orang yang berada di dekatnya segera merasakan dan tahu bahwa di dalam Gereja Katolik masih ada kasih dan belas kasihan, kesabaran dan kebajikan, kemurnian dan kerendahan hati.
Dan ini adalah arti dari kaul-kaul biara, bahwa setiap orang yang kita jumpai, baik Kristen atau dari agama dan kepercayaan lain, melihat di dalam diri kita ada cinta dan belas kasihan, kesetiaan dan kebajikan.
Dan dengan demikian mereka tertarik kepada Allah dan menghayati iman yang benar. Kita harus meniru apa yang telah dicontohkan oleh Suster Raineldis.“
Ave, spes unica
Keluarga besar CIJ pun bersyukur bahwa pada tanggal 3 November 2021, atas izin pimpinan dan keluarga besar SSpS (Flores dan dunia), dan khususnya dukungan Gereja Lokal dan umat, makam Sr. Raineldis SSpS (dan Sr. Antonela CIJ) boleh dibuka.
Tulang-tulangnya disemayamkan dan kemudian dimakamkan kembali di pekuburan Rumah Induk CIJ – Jopu, Flores, pada 4 November 2021.
Terimakasih kepada keluarga besar SSpS.
Ada begitu banyak yang terlibat dalam tapakan sejarah CIJ, baik secara Kongregasi maupun pribadi.
SSpS adalah ibu, mama, ya “rahim” yang melahirkan, memelihara dan membesarkan CIJ.
Sebagai Kongregasi Misi, SSpS telah menjalani tugas besarnya seturut amanat Gereja Universal: diinspirasi oleh Roh Ilahi, menabur cinta bagi semesta dan menjadikan baru seluruh muka bumi.
SSpS adalah “inang pengasuh” bagi CIJ, peran yang patut disyukuri secara istimewa sepanjang zaman oleh CIJ dan Gereja Lokal Flobamora.
Mari kita berlangkah bersama. Cinta Kristus memotivasi kita. (Selesai)
Ditulis bersama oleh Sr. Ivonny Kebingin CIJ dan Romo Agateus Ngala SVD