Mengikuti Ziarah Ritual Semana Santa Sampai Tuguran dan Perarakan di Desa Konga, Flores Timur (3)

0
1,026 views
Ilustrasi: Jalan Salib (Sr. Laurentina PI)


SETELAH Perayaan Ekaristi Kamis Putih, seperti biasanya, acara lalu berlanjut dengan tuguran.

Di Stasi Konga ini, tuguran berlangsung di tiga lokasi yakni:

  • Tuguran di Gereja dengan duduk semedi bertatap hati dengan Sakramen Maha Kudus.
  • Tuguran di Kapela Tuan Ma.
  • Tuguran di Kepala Tuan Ana di mana masing-masing kelompok umat basis diberi tugas untuk tuguran tersebut.

Penulis mengikuti tuguran di gereja bersama para suster dan umat sekitar. Setelah itu, lalu mengikuti tuguran di dua kapel tersebut.

Prosesi Semana Santa

Prosesi Jumat Agung ini lebih dikenal dengan nama Semana Santa. Ini merupakan prosesi puncak yang dinanti-nantikan oleh para peziarah.

Di Stasi Konga ini, sudah sejak pukul 07.00 waktu setempat, telah dilaksanakan prosesi Jalan Salib sederhana. Biasanya berlangsung pula Jalan Salib “hidup” yang dilakukan oleh OMK.

Mengusung peti jenazah.

Namun, karena tahun 2019 ini pas bertepatan dengan waktu ujian sekolah, maka prosesi Jalan Salib itu dilaksanakan dengan sederhana.

Untuk Pemberhentian ke-13 dan ke-14 dilakukan pada malam hari, saat prosesi Jumat Agung.

Selesai Jalan Salib, maka umat Stasi Konga melakukan ziarah ke tempat pemakaman umum dengan memasang lilin di pemakaman keluarga masing-masing.

Setelah itu, tepat pukul 14.00 waktu setempat, mulai acara penjemputan patung Tuan Ma dan Tuan Ana di kapel masing-masing oleh petugas (Confreria) dan diikuti para peziarah dan kemudian diarak menuju Gereja Mater Dolorosa Stasi Konga.

Pada saat itu, semua ornamento (peralatan kisah sengsara) yang ada di kapel Tuan Ana diekspose. Yakni, berupa rantai, mahkota duri, paku dan pemukul, salib, pundi-pundi yang berisi 30 keping perak nilai saat Yesus dijual, tongkat, dan bunga karang dll.

Pakaian yang dikenakan oleh petugas sangat unik.

  • Lakademu mengunakan pakaian putih bergaya Abad Pertengahan Portugis dengan topi berbentuk kerucut berwarna merah dan kuning.
  • Petensi mengenakan jubbah dan topeng berwarna putih dan kain putih dan di kepalanya ada lingkaran kain putih dengan salib hitam di atasnya sementara di pinggangnya diikat seutas tali panjang “Tali kordas “ yang ujungnya dibiarkan berjuntai ke belakang.
  • Demikian pula dengan Ovos dan Eyus yang mengenakan pakaian warna putih dan hitam.

Perarakan

Pada pukul 19:00 waktu setempat, Mataraka dan Genda Do dibunyikan sebagai tanda akan dimulai acara prosesi bagi umat dan peziarah. Mereka digiring berjalan menuju Gereja Maria Mater Dolorosa .

Prosesi malam hari dengan penerangan lilin di sepanjang jalan. (Sr. Laurentina PI)

Tepat pukul 20:30, doa pembukaan dimulai dan langsung diadakan pujian yang dinyanyikan oleh para Confreria dengan sangat khimat. Nyanyian tersebut perpaduan antara bahasa Latin dan bahasa Portu. 

Notasinya pun sangat khas dan yang mengetahui adalah para pendahulu di Konga sendiri. Demikian menurut cerita Pak Dany Kwen sebagai nara sumber.

Syair dalam lagu yang dinyanyikan saat lamentasi ini pernah dibuatkan notasi oleh pakar liturgi dari Seminari Tinggi Ledalero, namun tidak berhasil. Ini karena, demikian kesimpulan Pak Dany, karena jika memakai notasi Seminari Ledalero, maka maknanya akan berbeda. Akibatnya, para Confreria akan kebingungan untuk menyanyi.

Maka yang sampai saat ini dinyanyikan di Konga adalah sesuai dengan apa yang didengar waktu itu sampai saat ini secara turun temurun.

Maka, lamentasi pun selesai.

Dengan jubah dan topeng warna putih plus salib hitam di atasnya dan terikat di pinggangnya tali kordas yang ujungnya dibiarkan berjuntai ke belakang, Petensi lalu memasuki area di mana jenasah Yesus berada. Tugasnya adalah melihat situasi sekitar area peti jenasah Yesus.

Sosok ini mewakili seluruh umat/peziarah yang hadir di hadapan Allah yang Maha Rahim sembari memohon pengampunan dosa. Dandanan yang menutup seluruh tubuh dan wajah itu menjadi simbol manusia yang merasa malu atas kedosannya dan tidak kuat lagi memandang wajah Allah.

Setelah Patensi mengatakan aman, maka Lakademus (Nekodemus ) terdiri dari empat orang lalu masuk dan siap mengangkat peti jenasah tersebut sepanjang prosesi perarakan itu berlangsung.

Rute prosesi melewati jalan perkambungan Konga yang sebelumnya telah disiapkan. Di sepanjang jalan itu telah dinyalakan lilin sebagai penerang.

Yang bisa menentukan siapa yang dianggap layak menjadi Lakademus adalah orang-orang tertentu. Orang bisa saja melamar secara rahasia pada Ketua Confreria beberapa hari sebelumnya.

Itu pun dengan syarat orang itu harus mempunyai niat yang tulus dan sudah dipersiapkan dengan baik.

Rute yang dilalui untuk prosesi tersebut harus melewati 6 Armida secara secara berurutan dan setiap pemberhentian Armida Ovos meratap dan setelah itu ada petugas yang mengungkapkan ujub doanya.

Sebenarnya di Konga ini ada enam buah Armida yaitu:

  • Armida Kuce.
  • Armida Misericordi,.
  • Armida Pohon Nangka.
  • Armida Pohon Bunga
  • Armida Pohon Waru.
  • Armida Jentera .

Armida adalah suatu struktur organisasi suatu armada perang atau asosiasi pedagang Portugis.

Sebenarnya nama-nama Armida aslinya selalu mengunakan bahasa Portugis dan Latin. Namun, masyarakat Desa Konga kini sengaja mengunakan nama-nama pohon agar lebih mudah bisadihafalkan oleh penduduk setempat dan hal ini berlanjut sampai saat ini.

Kehadiran armida-armida tersebut merupakan perwakian kelompok orang-orang yang terlibat dalam pelayaran perdagangan atau misi perang pada saat itu.

Selama prosesi berlangsung, maka kegiatan yang dilakukan adalah menyanyikan lagu-lagu dan doa kedukaan. Sementara, Confreria lalu melantunkan lagu-lagu perarakan secara bergantian. Lagu-lagu ratapan Ejus itu dinyanyikan oleh para Ovus.

Demikian perjalanan prosesi sampai akhirnya kembali lagi ke Gereja Maria Dolorosa. Proses ini selalu diiringi dengan nyanyian kedukaan atau ratapan. Umat atau peziarah juga terlibat dalam prosesi tersebut dengan menyanyi dan berdoa secara bergantian.

Acara prosesi dimulai pukul 20:30 dan akan berakhir pada pukul 01.30 WITA. Itu berlangsung dalam suasana duka yang mendalam bersama Tuan Ma (Bunda Maria) yang mengantar Putera-Nya yang terkasih. Setelah itu, prosesi berakhir dengan doa penutup dan berkat dari imam.

Umat diberi kesempatan memberi penghormatan dengan mencium peti jenasah Yesus yang diletakkan di depan altar. Dan pada pukul 07.00 pagi  esok harinya, maka patung Tuan Ma dan Tuan Ana akan dikembalikan ke Kapel Tuan Ana dan Tuan Ma oleh Confreria.

Demikianlah prosesi Samana Santa yang berlangsung di Stasi Konga.

Di Stasi Konga ini juga ada prosesi Maria Aleluya yang diadakan pada hari Minggu malam dengan rute seperti prosesi Jumat Agung. Namun, prosesi ini berlangsung dalam suasana sukacita karena merayakan Hari Kebangkitan Kristus. (Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here