Mengubah Kepahitan

0
668 views
Ilustrasi -- Mempertanyakan penderitaan by ist

Minggu, 24 Oktober 2021

  • Yer.31:7-9.
  • Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6.
  • Ibr.5:1-6.
  • Mrk 10:46-52

SETIAP orang bisa mengubah kepahitan hidupnya menjadi sukacita dan kebahagiaan.

Yang diperlukan adalah usaha, optimisme, keinginan berubah, serta percaya penuh pada kemurahan Tuhan.

Tanpa optimisme, sering kali daya kekuatan kita seakan musnah, ketika badai datang menerjang hidup kita.

Semua tidak akan berubah, jika kita menerima kepahitan hidup, seakan sebuah takdir atau nasib.

“Coba kamu lihat anak-anaknya Pakdhe, semua bisa bekerja dan mapan. Padahal Pakdemu itu hanya buruh tani,” kata seorang bapak kepada anaknya.

“Pakdhemu dan kakak-kakakmu itu sudah terbiasa kerja keras. Sejak kecil, mereka telah terbiasa berjuang dan belajar bekerja serta bertanggungjawab,” lanjutnya.

“Keterbatasan Pakdhemu dalam membiayai sekolah dan hidup sehari-hari telah membuat kakak-kakakmu tahu diri dan mau bekerja serta saling tolong-menolong,” katanya.

“Mereka memelihara ternak dan tidak malu memegang sabit untuk mencari rumput sebagai umpan ternaknya,” ujarnya.

“Pengalaman keterbatasan dan banyaknya kesulitan itu telah menumbuhkan kesadaran untuk mengubah kondisi hidupnya,” ujarnya lagi.

“Maka tidak mengherankan bahwa mereka saat ini bisa hidup baik, dekat dengan Tuhan,” katanya.

“Mereka bekerja keras dan mengunakan setiap kesempatan untuk menemukan masa depan yang baik,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil kita dengar.

“Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: ‘Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!’ 

Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: ‘Anak Daud, kasihanilah aku!’

Lalu Yesus berhenti dan berkata: ‘Panggillah dia!’ Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: ‘Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.'”

Bartimeus buta secara jasmani, tetapi tidak secara rohani.

Di balik penderitaan yang dialaminya, Bartimeus mampu melihat, mengalami, menyelami serta memaknai penderitaan itu sebagai sebuah perjalanan hidup penuh arti.

Mata rohaninya jelas terbuka. Ia dapat melihat Yesus sebagai Mesias yang berkuasa.

Hal ini memalukan bagi orang-orang yang melihat secara jasmani, namun tidak pernah memercayai Yesus dan kuasa-Nya.

Dalam iman kepada Tuhan Yesus, Bartimeus mengubah penderitaannya menjadi sukacita. Ia melihat segala sesuatu dengan mata rohani yang jernih. Gelap menjadi terang.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah mungkin aku mengubah penderitaanku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here