Home BERITA Menimba Inspirasi dari Santo Yohannes XXIII, Paus Yang Baik Hati

Menimba Inspirasi dari Santo Yohannes XXIII, Paus Yang Baik Hati

0
Paus Yohanes XXIII


INI sejarah singkat Santo Paus Yohanes XXIII atau San Giovanni XXIII. Ia punya nama kecil Angelo Guiseppe Roncalli. Lahir di sebuah kota kecil di Provisni Bergamo, tepatnya di Sotto il Monte, Italia, 25 November 1881.

Ia adalah anak ke-4 dari 14 bersaudara, putera pasangan buruh tani yang sederhana bernama Giovanni Battista Roncalli dan Marianna Giulia Mazzolla.

Angelo kecil memutuskan masuk Seminari Menengah di Bergamo dan kemudian melanjutkan ke Seminari Tinggi Roma. Setelah menyelesaikan pendidikan calon imam, ia kemudian ditahbiskan menjadi imam tanggal 10 Agustus 1904.

Ia mendapatkan tugas pertama setelah ditahbiskan sebagai Sekretaris Uskup Bergamo hingga tahun 1914.

Ketika terjadi Perang Dunia I, Angelo Guiseppe bergabung dengan anggota militer sebagai pastor rohani dan juga anggota korps medis. Tugas yang penuh tantangan tersebut ia geluti hingga Perang Dunia I selesai. Selanjutnya, Angelo Guiseppe kembali ke Roma dan membantu Paus Pius XI di Vatikan.

Pada 3 Maret 1925, Paus Pius XI mengangkatnya menjadi Uskup Agung di Areopolis.
Pada tahun 1931, Paus Pius XI menunjuk Angelo Guiseppe sebagai perwakilan diplomatik Vatikan untuk Bulgaria. Selanjutnya pada tahun 1035, ia menjadi perwakilan diplomatik Vatikan untuk Turki dan Yunani.

Pada 23 Desember 1944, Paus menunjuk dia kembali sebagai Duta Kepausan ke Perancis untuk melakukan mediasi pertikaian antara klerus konservatif dan para klerus radikal. Karena reputasinya yang sangat baik, Paus mengangkat Angelo Guiseppe sebagai kardinal pada 12 Januari 1953, dan Uskup Agung dari Venezia, Italia pada 15 Januari 1953. Lima tahun setelah menjabat sebagai Kardinal, ia terpilih sebagai Paus di usianya yang ke 77 tahun.

Angelo Guiseppe memilih nama Yohanes XXIII dalam bahasa Italia, Giovanni XXIII.

Paus Yohanes XXIII menyapa orang biasa, (ist)

Singkat namun melekat

Masa kepemimpinan Paus Yohanes XXIII tidak begitu lama, tetapi karya-karya yang telah dilakukannya membuat dirinya mendapatkan julukan “Paus Yohanes Yang Baik”.
Saat menjabat sebagai Paus, ia sangat menekankan betapa pentingnya tugas pastoral bagi setiap orang, bagi para uskup dan para imam lainnya.

Bahkan dengan berani ia mempromosikan reformasi bagi para buruh, masyarakat msikin, anak-anak yatim dan anak-anak terlantar.

Tidak hanya bagi Gereja Katolik, Paus Yohanes XXIII mendapatkan penghargaan tinggi dari pimpinan Gereja Kristen Non-Katolik oleh karena usaha dan kerja kerasnya dalam menyatukan Gereja Tuhan yang terpecah-pecah.

Walaupun menghadapi tantangan berat, namun Paus Yohanes XXIII tetap berusaha mereformasi hubungan antara Gereja Protestam Gereja Ortodoks Yunani, dan Gereja Anglikan Inggris.

Di masa itu, pemikiran besar seperti ini belum terbayangkan sama sekali tetapi Paus Yohanes XXIII mencoba untuk melakukannya dengan penuh keyakinan. Bahkan April 1959, Paus mengeluarkan keputusan yang tegas menentang gerakan Komunisme dengan melarang umat Katolik untuk memilih partai yang mendukung atau berbau Komunisme.

Menggagas Konsili Vatikan II

Hal yang lebih mengejutkan, pada 25 Januari 1959, Paus Yohanes XXIII mengumumkan keinginannya untuk mengadakan sebuah konsili yang membahas cara-cara untuk memperbaharui Gereja Katolik di dunia modern.

Selain itu, ia juga mempromosikan keanekaragaman dalam kesatuan Gereja Katolik serta membahas perubahan-perubahan atau reformasi untuk gerakan ekumenis dan tata liturgi.

Akhirnya pada 11 Oktober 1962, Gereja Katolik melaksanakan sebuah konsili besar di abad millenium modern yang dikenal sebagai Konsili Vatikan II.

Karya-karyanya yang berani dan luar biasa sungguh merupakan bukti cintanya yang besar bagi sesama, Gereja Katolik, gerakan pembaruan Gereja dengan semangat Ekumenis dalam hal-hal gerejawi.

Ia menjadi Paus yang sangat dicintai oleh banyak orang di zaman modern.

Paus Yohanes XXIII saat membuka Konsili Vatikan II. (Ist)

Daftar ensiklik Paus Yohanes XXIII

  • Ad Petri Cathedram (Untuk kursi Petrus) tentang kebenaran, persatuan dan perdamaian dalam sebuah jiwa amal pada 29 Juni 1959.
  • Sacerdotii Nostri Primordia (Dari permulaan imamat kami) tentang Santo Yohanes Vianney pada 1 Agustus 1959.
  • Grata Recordatio (Dengan rekoleksi kesenangan) tentang Rosario, Doa bagi Gereja, misi, masalah mancanegara dan sosial pada 26 September 1959.
  • Princeps Pastorum (Pangeran para gembala) tentang misi, rohaniwan penduduk asli, dan partisipasi kaum awam pada 28 November 1959.
  • Mater et Magistra (Bunda dan Guru) tentang ke-Kristen-an dan perjuangan sosial pada 15 Mei 1961.
  • Aeterna Dei Sapientia (Kebijaksanaan abadi Allah) tentang peringatan lima belas abad kematian Paus Leo I pada 11 November 1961.
  • Paenitentiam Agere (Penitensi untuk dosa-dosa) tentang kebutuhan untuk praktik penitensi dalam dan luar pada 1 Juli 1962.
  • Pacem in Terris (Perdamaian di Bumi) tentang pendirian perdamaian universal dalam kepercayaan, keadilan, amal, dan kebebasan pada 11 April 1963.
Misa pembukaan dipimpin Rektor Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Romo G. Tri Wardoyo CM bersama para pastor prefek seminari.

Misa pembukaan Giovannian

Pada 11 Oktober 2021, Seminari Tinggi San Giovanni XXIII mengadakan Misa Giovannian yang ke-44.

Misa ini dilaksanakan di Lapangan Basket Seminari bersama rektor dan para prefek serta seluruh para frater Komunitas San Giovanni XXIII. Misa pada sore ini dipimpin oleh Rektor Seminari Romo G. Tri Wardoyo CM dan para prefek sebagai konselebran.
Sebelum misa dimulai, ketua Komunitas, Fr. Ardi membacakan biografi singkat San Giovanni XXIII di hadapan seluruh para romo dan frater.

Romo Tri Wardoyo di dalam homili memberikan nasihat-nasihat yang sangat baik bagi para frater. Terutama mengangkat San Giovanni XXIII sebagai sosok imam rujukan yang baik.

Panggilan San Giovanni XXIII sebagai imam yang baik ini bukan didapat begitu saja ketika ia menjadi paus, tetapi proses yang cukup panjang. Jejak-jejak kehidupan San Giovanni XXIII adalah bentuk ciri pribadi yang berkarakter.

Karakter Gembala Baik itu tercurah pada cintanya bagi umat-Nya, imam dan para uskup.
Inilah yang dikatakan Romo Tri sebagai spiritualitas yang harus dimiliki oleh semua imam projo. Jika tidak demikian, para frater akan menjadi imam yang problematik.

Para frater Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang yang menjadi anggota koor Misa Giovanni.

Identik dengan bacaan pada hari ini, Yesus bertanya kepada Petrus tentang bagaimana ia mengasihi guru-Nya. Semangat untuk mengasihi Yesus menjadi dasar dalam pelayanan Gereja.

Pertanyaan ini juga ditujukan bagi para calon imam bahwa semua pelayanan yang dilakukan harus didasarkan pada sabda Yesus. Sebagaimana Yesus pernah memberikan kritik pada Marta yang terlalu sibuk melayani hingga lupa hal yang paling penting dalam pelayanan ialah didasarkan pada sabda Tuhan.

Romo Tri Wardoyo menegaskan kepada para frater bahwa para romo berusaha untuk menemani supaya dapat mencintai Allah. Perlu diingat dengan baik, formator pertama adalah Roh Kudus, frater sendiri dan rekan-rekan sesama frater dan juga para romo.

Bersyukur kepada Allah atas teladan San Giovanni XXIII, layaklah ia disebut sebagai Paus yang rendah hati. Harapan para romo ialah agar para frater dapat menjadi imam yang baik.

Pada 11 Oktober 2021 ini, komunitas Seminari Tinggi San Giovanni XXIII akan menjadikan tanggal 11 Oktober tersebut sebagai Perayaan Giovannian, bukan karena tanggal lahir ataupun hari wafatnya.

Tanggal ini dipilih sebagai lahirnya Konsili Vatikan II yang dicetuskan oleh San Giovanni XXIII, momen penting di mana Gereja Katolik memperbaharui diri di tengah zaman modern.

Usai melaksanakan misa, para frater kemudian menonton film berjudul The Good Pope John XXIII.

Ramah tamah kali ini adalah berkumpul bersama untuk menimba teladan dari sosok San Giovanni XXIII melalui film yang mengisahkan perjalanan hidupnya sejak kecil hingga wafat sebagai Paus.

Searah jarum jam: Ketua Komunitas Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang Fr. Ardy, perayaan Misa Giovanian, ramah tamah, para frater dalam suasana santai.
  • Dokumentasi foto oleh Fr. Ricky Setiawan Pabayo

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version