Senin, 31 Oktober 2022
- Flp. 2:1-4.
- Mzm. 131:1,2,3.
- Luk. 14:12-14.
MEMILIKI teman membuat hidup kita lebih mudah dan bahagia. Namun kadang kita harus tahu bahwa tidak semua teman akan siap hadir dengan sepenuh hati dalam hidup kita.
Biasanya dalam siatuasi yang sulit dan berat kita semakin tahu siapa yang menjadi teman sejati dan bukan.
Tidak jarang ketika kita sungguh membutuhkan pertolongan, ada teman yang justru memanfaatkan momen tersebut untuk mencari keuntungan pribadi.
Hubungan pertemanan yang bertujuan mencari keuntungan tidaklah sehat.
Meminta balasan atas perbuatan baik yang telah kita lakukan, tidaklah elok.
Seorang bapak mensyeringkan dengan ketulusan hati dia menemukan orang-orang yang baik dalam hidupnya.
“Yang namanya rezeki atau keuntungan itu hanyalah sementara, maka sangat menyedihkan jika demi keuntungan kita rusak hubungan dengan sesama,” ujarnya.
“Hubungan yang berorientasi keuntungan pribadi tidak akan bisa bertahan lama,” tegasnya.
“Saya pernah kecewa karena terlalu berharap akan balasan orang lain atas kebaikan yang telah saya lakukan padanya. Kenyataan itu menghantarku berpikir untuk mengubah mindset saya, berbuat baik itu bakti saya pada kehidupan, bukan cari balasan,” tegasnya.
“Rententan peristiwa dalam hidup selanjutnya sangat tidak terduga karena hubunganku dengan sesama sungguh semakin baik ketika saya berbuat baik tanpa mikir balasan orang lain,” lanjutnya.
“Memang tidak selalunya saya mendapatkan sambutan baik dari sesama, namun yang lebih penting jangan sampai saya memanfaatkan keadaan sesama demi keuntungan diri sendiri,” tuturnya.
“Semuanya tidak terlepas dari pengalaman waktu kecil, dalam keluargaku yg sederhana dan cenderung miskin, tidak banyak orang yang menaruh perhatian pada kami,” urainya.
“Untuk sekedar di sapa pun jarang terjadi, orang hanya ingat kami kalau mereka perlu bungkus ketupat, karena orang tua kami pandai membuatnya,” lanjutnya.
“Orang tuaku biasanya membuat bungkus ketupat banyak sekali dan orang tinggal mengambilnya sesuai kebutuhannya tanpa bayar,” katanya.
“Namun tetap saja ada yang memberi uang kepada bapak,” sambungnya.
“Menjadi murah hati itu tidak akan menambah miskin kita,” kata bapak yang masih kuingat.
“Apalagi kepada mereka yang susah hidupnya,” sambungnya.
Dalam bacaan Inji hari ini kita dengar demikian,
“Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Orang kerap berbagi sesuatu dengan motivasi agar dilihat, dipuji, dan mendapatkan balasan dari orang lain. Orientasi mereka adalah penghormatan dunia.
Namun, Tuhan mengingatkan kita bahwa seharusnya kita berbeda karena berorientasi pada kehidupan yang akan datang bersama Tuhan.
Kita berbagi berkat, harapan dan kasih kepada sesama bukan untuk kebanggaan dan mendapatkan balasan, tetapi sebagai ungkapan syukur karena anugerah Tuhan yang begitu baik kepada kita.
Bagaimana dengan diriku? Apakah motivasiku berbuat baik hanya demi mendapatkan balasan dari orang lain?