Menolak Bunda Maria dan Membuangnya

0
408 views
Ilustrasi: Bunda Maria, teladan bagi kaum muda. (Lidwina)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Jumat, 8 Oktober 2021.

Tema: Pengaruh radikalisme.

  • Yl. 1: 13-15, 2: 1-2.
  • Luk. 11: 15-26.

MEMANGLAH kuasa gelap itu ada. Tujuannya satu, yakni menjauhkan kita dari Allah Sang Pencipta.

Ia tahu kerakusan manusia dalam menimbun kekayaan (harta duniawi); kelemahan pada makanan (roti/nasi). Juga nafsu akan kekuasaan (jatuhkan diri dari atas bumbungan). Lih Mat. 4: 1-11.

Cara roh jahat menjerat itu jarang seseram yang kita lihat di film-film horor. Tak jarang lebih manusiawi dan terkesan suci pada awalnya.

Itulah jebakan iblis. Pada akhirnya hanya membawa kita pada kegelisahan abadi, kehilangan rahmat keyakinan akan kebenaran awal. Hidup menjadi linglung dan tak puguh.

Menderita, susah mati.

Siang itu, saya keluar dari pastoran. Saya menemukan sebuah benda rohani berupa Bunda Maria yang tingginya mungkin sekitar satu meteran. Patung Bunda Maria dari Lourdes.

Bagiku, itu amat cantik bersahaja. Dari sikap, arah pandang dan bentuk tangannya mencerminkan sebuah sikap doa yang mendalam, sederhana dan percaya.

Namun, sebagai seorang Katolik, saya sangat kaget. Ada sebuah kertas yang tertulis, “Ini patung saya kembalikan. Saya tidak percaya lagi,” begitu bunyi tulisan di kertas itu.

Hati saya menangis.

Sebuah simbol keagamaan, sarana berdoa diperlakukan tidak pantas. Mungkin dulu, dia pernah membeli dengan hati yang suci; memajang di rumah dan berdoa dengan jiwa yang tulus murni, dalam sikap yang pasrah dan percaya.

Kini patung itu digeletakkan begitu saja.

Di mana hatimu? Apa yang membuat ketidaknalaran benakmu? Begitukah sikapmu pada permintaan Yesus pada saat-saat suci sebelum Ia menyerahkah nyawanya pada Bapa-Nya, “Itu ibumu.”

Kalau hatimu begitu, bagaimana engkau dapat menghormati ibumu yang melahirkan dan membesarkanmu, yang berkurban dalam cintanya mengurus hidupmu, mendoakanmu bahkan membiayai hidupmu selama ini?

Bagaimana engkau memperlakukan ibumu selagi hidup? Apalagi beliau telah dipanggil Tuhan? Apakah begitu beku hatimu? Menghilangkan kenangan indah akan sosok ibu?

Begitu matikah perasaanmu? Begitu parah dan sakitkah jiwamu menghapus pengorbanan dan cintanya?

Engkau juga seorang ibu. Jika engkau melakukan demikian, anakmu juga akan memperlakukan hal yang sama.

Jangan menyesal di kemudian hari.

Sebaik apa pun penampilanmu, seaktif apa pun hidup keagamaanmu, seyakin apa pun kepercayaan, pandanganmu tentang agama barumu sekarang.

Ketika engkau “menghinakan” lambang keagamaan lamamu, engkau akan mengalami hal-hal yang tak terduga.

“Barang” yang telah disucikan untuk berdoa dan bersyukur ini telah kau buang dan kau anggap sampah. Itu memang urusanmu,” batinku memberontak.

Itulah protes batinku.

Kuambil benda rohani Bundaku. Aku mengusapnya dengan penuh hormat dan doa dengan air kembang yang kupersiapkan sebagai tanda baktiku.

Bagiku, ini bukan lagi hanya merupakan sebuah patung. Sebuah sentuhan kekayaan jiwa yang terberkati, wujud syukur pada Yang Ilahi dalam bentuk seni manusiawi. Tatahan jiwa nan suci.

Akhirnya memang saya tahu dari mana asalnya patung itu.

22 tahun sudah kejadian itu terjadi.

Dan kudengar tentang keadaan keluarga itu.

Usahanya tidak berkembang. Kedua orangtunya sakit-sakitan, tidak sembuh-sembuh. Sejumlah uang telah dihabiskan. Tiada hasil.

Hidup anak-anaknya kacau. Tidak harmonis bahkan ada yang bercerai. Dari keempat anaknya yang sudah berkeluarga, hanya satu keluarga yang punya anak tunggal dan itu pun menjadi anak yang bermasalah dan temperamental.

Kendati mereka masih mengaku diri sebagai pengikut Yesus dari kelompok tertentu, hidupnya tidak menjadi berkat bagi yang lain. Mereka menjadi orang biasa dan tidak terberkati dalam banyak hal.

Apakah ini kutuk? “Dosa penghinaan” masa lalu. Hasil doktrinasin ke-agama-an yang konyol?

Saya tidak tahu dan tidak berani berkata begitu. Saya pun tidak bisa berkomentar.

Saya hanya bisa berdoa. Memohonkan ampun. Terlebih kepada Ibu jiwaku yang manis, pilihan Allah, Sang Pencipta, Bunda surgawiku, Bunda Maria.

Yesus berkata, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikannya.” ay 23.

Tuhan, abadi dan kuduslah kenangan iman kami akan Engkau. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here