Home KAUM MUDA Menyemaikan Benih Benih Cinta Nan Lestari (2)

Menyemaikan Benih Benih Cinta Nan Lestari (2)

0

 

 

 

[media-credit id=2 align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]CINTA memang selalu menarik untuk dibicarakan. Saya memahami cinta sebagai yang membebaskan, memberikan yang terbaik bagi orang yang dicintai, berani berkorban bagi orang lain. John Powell SJ dalam bukunya ‘Rahasia Cinta Lestari’ menyebut tujuh dalil mengenai cinta. Saya sudah menjelaskan dua dalil berdasarkan penjelasan dalam buku Powell ditunjang oleh beberapa pengalaman pribadi saya. Dalam tulisan berikut saya akan menjelaskan tiga dalil selanjutnya.

 

 

Dalil III: Cinta Yang Mengubah Hidup Adalah Cinta Yang Tak Bersyarat
Cinta itu bisa bersyarat dan tidak bersyarat. Cinta yang bisa mengembangkan dan mengubah hidup seseorang adalah cinta yang tak bersyarat.  Hanya dalam suasana cinta yang diberikan tanpa syarat, tembok pemisah antar manusia akan dirobohkan karena hasrat untuk berubah tidak timbul karena ditantang, melainkan didorong oleh kecintaan. Dengan kata lain, ada kebebasan dan kebebasan itu sungguh menggembirakan.

Seorang ibu mengatakan bahwa suaminya akan mencintai dia bilamana ia bisa mengurus kerapihan rumah dan menjaga penampilannya. Ibu itu tentu sebenarnya berharap sang suami bisa mencintainya tanpa mempedulikan kerapihan rumah ataupun penampilannya. Sebagaimana si ibu akan dengan sendirinya menjaga kerapihan rumah dan menjaga penampilan atas nama cinta.

Akan tetapi, ada pertanyaan yang sulit dijawab. Bisakah ikatan cinta bertahan jika hanya ada satu pihak yang mencinta, tanpa dukungan dari pihak lain? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Selama pihak yang mencinta memberi tanpa syarat, pada suatu saat pihak yang dicinta mungkin akan menanggapinya. Namun, bisa saja hubungan sepihak semacam itu akan berakhir.

Kita tetap dapat mencintai seseorang tanpa syarat dan memberi dengan kebebasan penuh, tanpa mengharapkan bahkan memaksa orang yang kita cintai itu  memandang, memperhatikan dan membalas cinta kita. Cinta akan bekerja asal kita bekerja untuk cinta kita itu. Cinta tanpa syarat tidak pernah mempunyai batas waktu. Cinta tanpa syarat berarti selamanya.

Cinta tanpa syarat merupakan cita-cita ideal, seperti yang diteladankan Yesus Kristus yang dalam karya penebusannya memberi cintaNya yang tanpa syarat kepada manusia. Kendati manusia jatuh dalam dosa, Dia tetap mencintai mereka.

Cinta tanpa syarat tergambar, misalnya, dalam sikap Yesus terhadap Petrus yang mulanya dengan spontan menyatakan kesetiaannya kepada Yesus namun kemudian menyangkal ucapannya sendiri sebanyak tiga kali. Secara manusiawi, kita berpikir bahwa Petrus itu sangat mengecewakan Yesus.

Menarik bahwa dalam kisah Petrus selanjutnya, Yesus tidak pernah mengungkit ketidaksetiaan Petrus. Dia tetap menyapa, mendampingi dan membimbing Petrus dalam hidupnya.

Apapun yang kita lakukan, salah atau benar, sesuai dengan kehendak ilahi atau tidak, ternyata Allah tidak pernah meninggalkan kita. Allah tetap setia dalam cintaNya pada kita. CintaNya adalah tanpa syarat. Dia tidak pernah mengungkit kesalahan kita dan bahkan selalu membimbing kita bila kita melakukan hal-hal yang tidak Ia kehendaki. Dia ingin semua manusia selamat dan mendapat tempat di Kerajaan Surga. Ya.. semua manusia, tanpa terkecuali.

Dalil IV: Cinta Itu Abadi
Cinta itu tidak mengenal batasan waktu. Batasan waktu hanya salah satu tanda sebuah cinta bersyarat.

Dalam film ‘Butterflies are Free’, seorang gadis molek yang dangkal pikirannya lari dengan lincahnya meninggalkan kekasihnya yang telah menjadi buta. Dia mengatakan “……karena kau buta. Kau cacat !”. Dalam suasana mengharukan itu, sang pemuda menjawab, “Tidak, aku bukan cacat. Mataku tak dapat melihat, tetapi aku tidak cacat. Kaulah yang cacat. Sebab, kau tidak mampu menjalani ikatan batin dengan orang lain. Kau tak sanggup mencinta”.

Ikatan cinta pada tingkatan apapun bersifat langgeng. Bila kita mengatakan pada teman kita,”Aku sahabatmu”, kita harus menjadi sahabat. Titik. Bukan selama sekian waktu atau dengan syarat tertentu. Indah sekali lirik sebuah lagu yang berbunyi,’When I fall in love, it will be forever’. Cinta yang tidak dapat seperti lagu ini, bukanlah cinta ikhlas.

Saya ingat seorang teman saya ketika kuliah dulu. Dia sahabat saya, masuk kuliah bersama, belajar bersama, main bersama, dia rela meminjamkan motornya bila saya memerlukannya bahkan untuk ‘apel’ malam minggu. Demikian juga bila ia memerlukan bantuan saya saya akan menolongnya.
Hubungan kami baik baik saja. Kami lulus dan wisuda bersama-sama. Hingga kami pun mencari kerja dan bekerja di sebuah perusahaan yang sama.

Pekerjaan akhirnya memisahkan kami karena saya ditempatkan di Kalimantan Barat sedangkan dia di Kalimantan Selatan. Namun, kami tetap saling berkirim kabar lewat surat. Namun suatu saat, dia terkena musibah yang menyebabkan dia agak depresi dan omongannya kacau. Saya mendengar kabar itu dan merasa kasihan.

Saya juga mendengar orang menggunjingkan sifat-sifat jelek dia yang membuatnya depresi. Tanpa saya sadari saya terpengaruh dengan omongan itu sehingga saya membatasi untuk berkontak lagi dengan dia. Saya meninggalkannya sampai akhirnya dia dipecat dari perusahaan. Kami berpisah.

Bertahun-tahun kami tidak bertukar kabar. Suatu saat dia mengontak saya untuk bisa bertemu lagi. Namun, saya merasa curiga karena takut dia hanya akan memanfaatkan saya. Saya menolak.

Sekarang saya menyadari arti sebuah persahabatan. Saya menyesal telah meninggalkan dia ketika dia membutuhkan saya. Apa arti perkataan ‘persahabatan’ jika itu dibatasi oleh waktu tertentu dan syarat syarat tertentu?

Dalil V: Cinta Berarti Membuat Keputusan-Keputusan
Seperti telah dikatakan dikatakan di tulisan terdahulu, cinta berarti suatu ikatan demi kepuasan, ketentraman dan perkembangan orang yang dicintai. Dengan mencintai, seseorang menyanggupi untuk memenuhi segala keperluan yang dicintai. Memang ada kesulitan dalam hal ini.

Pertama, keperluan orang selalu berubah. Kita perlu peka akan keperluan orang yang kita cintai. Aku harus jadi apa bagimu hari ini, pagi ini, malam ini? Apakah kamu putus asa dan memerlukan kekuatanku? Apakah kamu merasa sangat bahagia dan mengundangku untuk ikut bergembira? Apakah kamu merasa sepi dan memerlukan genggaman tanganku? Apakah kamu merasa jengkel dan memerlukan kehadiranku atau kontak telpon dariku? Tidak mudah mengetahui dan mengenali kebutuhan orang yang kita cintai.

Kedua, bukan dia yang harus dan dapat mengatakan kebutuhannya sekarang. Mungkin kita bisa bercerita mengenai kesuksesan yang sebenarnya tidak ia inginkan. Atau kita mau bercerita mengenai kebenaran yang ia tidak mau dengar. Atau mungkin kita mau mengikuti dia kemanapun ia pergi dia padahal itu hanya akan membuatnya gusar dan risih. Yang jelas, kita menginginkan yang terbaik bagi orang yang kita cintai.

Tentu saja, segala keputusan kita adalah tawaran yang membebaskan bagi orang yang kita cintai. Bukan sesuatu yang bersifat membatasi kebebasan. Kita harus membiarkan dia bebas untuk menerima ataupun menolak keputusan yang kita tawarkan. Kita tetap kita, dan dia tetap dia dengan segala kebebasannya.

Dionisius Prihamangku Setiohadi, tinggal di Jakarta dan tengah merintis usaha di bidang pendidikan.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version