Renungan Harian
Jumat, 23 September 2022
PW. S. Padre Pio
Bacaan I: Pkh. 3: 1-11
Injil: Luk. 9: 18-22
“PASTOR, saya mau mengundurkan diri bekerja di tempat ini,” kata salah seorang karyawan gereja suatu pagi.
Sesungguhnya saya tidak terlalu kaget dengan pengunduran diri karyawan ini. Namun karena saya tahu kemampuannya dan saya tidak ingin dia tertipu, maka saya ingin tahu dia mau bekerja di mana dan dapat informasi dari mana.
“Mas, saya tentu tidak keberatan kamu mengundurkan diri dari sini, asal kamu dapat pekerjaan yang lebih baik. Kamu akan bekerja di mana dan dapat tawaran pekerjaan dari mana, dan kalau boleh tahu apakah kamu dapat penghasilan lebih baik dari sini?” tanya saya.
“Pastor, saya akan kerja ikut saudara saya di perkebunan karet di Kalimantan. Kata saudara saya gajinya lebih besar dari di sini,” jawabnya.
“Mas, kerja di perkebunan karet itu tidak mudah lho. Di sana itu kerja keras luar biasa, dan lagi di sana itu amat panas, apakah kamu tahan. Selain itu, kamu kerja di Kalimantan untuk pulang menengok orangtua membutuhkan biaya cukup besar, jangan sampai kamu di sana nabung dan habis untuk perjalanan pulang.
Di sini kamu belum pernah kerja keras, di samping itu gajimu relatif utuh karena semua kebutuhanmu dipenuhi oleh paroki.
Kalau mau menengok orangtua tidak terlalu jauh dan biaya tidak besar. Coba dipikirkan masak-masak lebih dahulu. Saya tidak melarang dan tidak menghalangi niatmu hanya mengajak kamu untuk menimbang dengan lebih baik,” kata saya.
“Saya sudah mantap pastor,” jawabnya.
Belum sampai sebulan karyawan itu sudah pulang kembali karena tidak kerasan bekerja dan tinggal di sana. Dari ceritanya dia tidak tahan dengan udara yang amat panas. Selain itu dia tidak tahan dengan pekerjaannya yang amat berat.
Dia harus bangun amat pagi untuk menderes dan kemudian bekerja membersihkan kebun. Dia belum terbiasa dengan kerja keras. Sementara penghasilan ditentukan dengan hasil deres sehingga dia tidak mendapatkan penghasilan seperti yang dibayangkan.
Sesungguhnya, dia terkejut dengan kenyataan yang dihadapi di sana. Dia terpukau dengan cerita yang dia dengar. Dia tidak tahu persis keadaan di sana, dia juga tidak mau mendengarkan penjelasan banyak orang karena sudah terpukau dengan cerita saudara dan teman-temannya disana.
Betapa penting mendapatkan informasi yang benar, kenal dengan sesungguhnya bukan hanya dengar-dengar saja. Kalau mendapatkan informasi yang benar dan kenal dengan sesungguhnya, maka ketika membuat keputusan tidak akan mudah goyah dan tidak mudah untuk tergoda.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Lukas, Yesus bertanya kepada muridNya tentang diri-Nya bukan hanya menurut pendapat orang tetapi sejauh mana masing-masing mengenal diri-Nya yang sesungguhnya.
“Menurut kalian siapakah Aku ini?”