Merangkul Disabilitas Bisu dan Tuli

0
330 views
Ilustrasi: Toko dan pemuat Roti yang karyawannya disabilitas bisu tuli di China. (Ist)

Bacaan 1: Yes 35:4 – 7a
Bacaan 2: Yak 2:1 – 5
Injil: Mrk 7:31 – 37

DARI sebuah organisasi amal masyarakat Jerman, pasutri warga negara Jerman, Uwe dan Dorothee Brutzer bekerja di proyek bantuan anak-anak penyandang tuli di China.

Mereka membuka toko roti di Changsha, China.

Toko roti ini menjadi berbeda dengan yang lain karena memperkerjakan penyandang disabilitas bisu dan tuli.

Mereka melatih dan mempekerjakan para penyandang disabilitas bisu dan tuli, membuka opsi pekerjaan bagi mereka.

“Orang bisu tuli dapat bekerja dan menghidupi keluarga mereka sama seperti orang lain,” kata Brutzer seperti dilansir Xinhua, Kamis (1/7/2021).

Mereka tak perlu mengandalkan belas kasihan orang lain, namun justru mampu menghidupi dirinya dan keluarga dari hasil bekerja.

Maka dalam suratnya kepada jemaatnya Kristen Yahudi, St. Yakobus mengingatkan,

“… Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka…”

Seorang Kristen tidak sepantasnya membeda-bedakan orang berdasarkan status sosialnya. Kita semua adalah ciptaan Allah yang sama, sebagai saudara satu sama lain.

Allah sendiri bahkan sering hadir dalam diri orang-orang miskin atau lemah.

Dalam Injil, kita membaca bagaimana Tuhan Yesus mengasihi orang-orang bukan Yahudi. Dikatakan di tengah-tengah daerah Dekapolis, yaitu daerah gabungan sepuluh kota yang penduduknya bukan orang-orang Yahudi.

Tuhan Yesus mau menyembuhkan seorang bisu tuli.

“Efata”, artinya “Terbukalah”.

Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.

Hal ini merupakan penggenapan dari nubuat Nabi Yesaya,

“…Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka…”.

Pesan hari ini

Menghargai dan mengasihi sesama yang kelihatan, adalah merupakan bentuk kasih kepada Allah yang tidak bisa kita lihat. Tuhan Yesus telah memberi teladan, bagaimana Ia menyembuhkan orang bisu tuli di tengah-tengah daerah non Yahudi.

Sebagai Kristen, tidak selayaknya melihat orang lain berdasarkan status sosialnya.

“Semangat kerendahan hati lebih manis daripada madu, dan mereka yang menyuburkan dirinya dengan madu akan menghasilkan buah yang manis. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here