Mgr. Julianus Sunarka SJ: Apa Benar Kita Ini ‘Miskin’?

1
1,935 views

SEKARANG ini saya begitu skeptis terhadap istilah ‘miskin’. Tentu ada pengalaman-pengalaman yang membuat saya jadi skeptis. Sedikit banyak, sebagai uskup pun saya ini sering menjadi “calo tenaga kerja”.

Sudah hampir 5 bulan terakhir ini, saya aktif mencari tenaga kerja untuk membantu pengusaha katering di Semarang. Relatif honornya cukup lumayan: makan gratis, kamar gratis, masih ada ‘uang saku’ setiap bulan Rp 500 ribu. Kalau ingin dijemput ke tempat kerja, maka tersedia juga kendaraan perusahaan yang siap antar-jemput dari tempat kos atau apa ke perusahaan katering ini.

Saya sudah berteriak-teriak ke desa-desa dimana saya sering melakukan pastoral blusukan. Tak terkecuali menerobos masuk mengunjungi  Sawangan,Mentasa, Negarajati, Plumutan, Kebasen, Kaliwedi, Kapencar.  Ternyata, seruang saya tak bersahut. Tak ada orang yang mau ‘kerja’. Nah, pertanyaanku: apa itu miskin?

Desa pesona
Ini pengalaman lain.  Saat aku blusukan ke pelosok-pelosok, kulihat rumah-rumah sudah dibangun dengan bagus. Mereka punya TV, anak-anak berakrab ria dengan HP. Bahkan tukang nderes pun sudah ber-HP ria. Mereka juga punya sepeda motor. Waktu saya mengunjungi Negarajati, enggak ada orang bersepeda. Jalanan ramai dengan sepeda motor. Jadi, kemiskinan itu apa?

Beberapa waktu lalu,  aku menyusuri Puncak Bukit Menoreh. Saya lihat banyak orang berpakaian bagus-bagus. Motor mereka juga oke. Jalanan pun beraspal mulus. Rumah-rumah bagus. Jadi, kemiskinan itu apa?

Credit Union untuk tukang becak

Sudah 11 tahu terakhir ini, saya menekuni rutinitas pulang-pergi Jakarta-Purwokerto karena seringnya ikut rapat-rapat komisi. Mulai dari Komisi Gender, Dewan Moneter KWI, global common investment. Setiba di Stasium KA Purwokerto, aku biasa pulang naik becak. Kadang kadang selain upah, aku masih menambah jajanan sederhana berupa pemberian kaos, permen, air minum, tas.

Dari  situ aku mulai kenal tukang becak. Kepada dia, lalu aku tawari masuk menjadi anggota Credit Union. Eeee, ada tukang becak yang menceriterakan keadaan ekonomi keluarganya bahwa sebagai tukang becak, saat ini sudah mempunyai 11 becak yang disewakan untuk teman-temannya. Kemiskinan macam apa?

Desa asalku di Klepu, Yogya Barat sana,  masih banyak hamparan sawah dimana aku dulu biasa mencangkul, menanam, matun, memanen. Sekarang kondisinya sangat berbeda: hamparan itu banyak yang tidak tergarap. Nah, kemiskinan apa lagi?

Waktu Lebaran Agustus 2011 yang baru lalu. Lah Purwokerto dilanda kemacetan luar biasa. Jalanan penuh sesak oleh mobil dan motor. Nah, kemiskinan apa?

Demikianlah aku syeringkan skeptisku mengenai apa itu kemiskinan.

1 COMMENT

  1. Mungkin Romo belum bertemu dengan orang yang miskin sebenarnya. Kebetulan daerah blusukan Romo adalah jawa dan infrastrukturnya sudah mapan meskipun di pelosok desa. Bagaimana dengan daerah diluar jawa? di daerah NTT atau daerah minus lainnya? atau bahkan diwilayah yang dekat dengan ibukota Jakarta? Rasanya masih banyak juga masyarakat Indonesia yang miskin. yang tidak berHp, yang tidak bermotor, yang tidak punya rumah bagus, yang tidak berpakaian layak, yang untuk makan saja susah, yang tidak punya akses air bersih, yang tidur beratap langit….
    Kemiskinan apa? kemiskinan yang tak terpikirkan, tak terbayangkan, tak terhiraukan ….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here