Mgr. Julianus Sunarka SJ: Surat Gembala Prapaska 2016 Keuskupan Purwokerto

0
947 views
Mgr. Julianus Sunarka SJ (ist)

Bersyukur atas Iman, Paguyuban, dan Pendidikan  di Keuskupan Purwokerto

Saudara-saudariku yang terkasih,

Setiap tahun, kita menjalani masa Prapaska. Masa Prapaska biasa juga disebut sebagai masa retret agung, masa pertobatan, masa pantang dan puasa, masa olah batin sebagai persiapan menyambut Paska, puncak dari seluruh liturgi Gereja.

Istilah ‘retret agung’ yang digunakan untuk menyebut masa Prapaska, tentu saja mengingatkan kita akan arti yang begitu mendalam dari ‘retret’ itu sendiri. Retret berasal dari bahasa Prancis la retraite yang berarti mengundurkan diri,  menyepi, menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari, meninggalkan dunia ramai. Hal ini menunjuk pada apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ketika berada di padang gurun, seperti tertera dalam Injil Luk. 4: 1-13, yang akan kita dengarkan dalam bacaan Injil Minggu Prapaska I, besok Minggu. Tuhan Yesus menyepi, menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari, meninggalkan dunia ramai untuk menemukan kehendak Bapa-Nya guna melakukan karya-karya-Nya di tengah-tengah dunia.

Demikian pula, kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus juga meneladani Sang Guru. Kita sejenak ‘meninggalkan’ kesibukan, kebiasaan sehari-hari dalam hal rutinitas makan dan menggantinya dengan pantang dan puasa. Kita sejenak ‘meninggalkan’ kesibukan, kebiasaan sehari-hari dalam hal rutinitas kegiatan harian dan mengisinya dengan devosi, termasuk di dalamnya adalah mengikuti devosi Jalan Salib dan Pendalaman Iman APP di kelompok masing-masing.

Semuanya itu dilakukan sebagai sarana pertobatan kita untuk mendapatkan belas kasih dan pengampunan dari Tuhan atas segala dosa kita. Inilah yang mau ditawarkan Bapa Suci Paus Fransiskus kepada umat Katolik seluruh dunia melalui Bulla Missericordiae Vultus (Wajah Belas Kasih).

Bapa Suci menandai pembukaan Tahun Yubileum Belas Kasih dengan membuka ‘pintu suci’ Basilika Santo Petrus pada tanggal 8 Desember 2015 (Hari Raya Bunda Maria Dikandung Tanpa Dosa). Pintu Suci adalah simbol persatuan antara manusia dengan Allah, tanda keselamatan itu sendiri. Tentu, dalam hal ini kita diingatkan akan sabda Tuhan sendiri yang menyebut diri-Nya sebagai ‘pintu’: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat…” (Yoh 10: 9).

Sebagai bagian dari Gereja universal, kita sebagai umat Katolik Keuskupan Purwokerto juga mesti ikut ambil bagian dalam perayaan Yubileum Belas Kasih ini, baik itu secara pribadi maupun bersama. Hal ini sejalan dengan apa yang diharapkan oleh Bapa Suci, “Setiap Gereja Partikular, oleh karena itu, akan terlibat langsung dalam menghayati dengan lebih lama Tahun Suci ini sebagai saat yang luar biasa, rahmat dan pembaruan rohani. Dengan demikian Yubileum akan dirayakan baik di Roma maupun di Gereja-gereja Partikular sebagai sebuah tanda kasat mata dari persekutuan universal Gereja.” (Bulla Missericordiae Vultus, artikel 4).

Merayakan Sakramen Rekonsiliasi adalah salah satu bentuk kegiatan yang dapat dibuat secara konkret bagi umat dalam menghayati belas kasih Tuhan di tahun Yubileum Belas Kasih Allah ini. (Bulla Missericordiae Vultus, artikel 17)

Menghayati belas kasih Allah di Tahun Yubileum Belas Kasih berarti menghayati keselamatan yang dianugerahkan oleh Allah secara nyata melalui pengampunan dalam Sakramen Rekonsiliasi dan rahmat indulgensi yang diberikan oleh Bapa Suci sendiri. Anugerah cuma-cuma ini hendaknya tidak hanya dinikmati secara pribadi sebagai orang beriman Katolik, tetapi juga dalam kebersamaan dengan orang lain, terutama keluarga. Dengan demikian, sukacita yang dirasakan karena menerima belas kasih Tuhan, bukan hanya menjadi sukacita pribadi, tetapi sukacita keluarga.

“Keluarga Katolik: Sukacita Injil, Panggilan dan Perutusan Keluarga dalam Gereja dan Masyarakat Indonesia Yang Majemuk” itulah tema Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 2-6 November 2015 yang lalu. Sukacita Injil dalam keluarga-keluarga Katolik digambarkan demikian, “Bercermin dari hidup Keluarga Kudus Nazaret, keluarga Katolik dihayati sebagai ladang sukacita Injil yang paling subur, tempat Allah menabur, menyemai, dan mengembangkan benih-benih sukacita Injil. Di dalam keluarga, suami-istri dan anak-anak saling mengasihi, membutuhkan, dan melengkapi. Kesabaran, pengertian, dan kebersamaan saat makan, doa, dan pergi ke gereja adalah wujud nyata kasih sayang tersebut. Kasih yang dibagikan tidak pernah habis, tetapi justru meningkatkan sukacita dalam keluarga.” (Hasil SAGKI, artikel 6)

Apa yang disampaikan dari salah satu butir Hasil SAGKI tersebut adalah sarana berefleksi dan berevaluasi bagi keluarga-keluarga Katolik di Keuskupan kita ini. Apakah keluargaku sudah demikian adanya atau masih dalam perjuangan jatuh bangun ke arah sana? Apabila sudah demikian adanya, marilah kita syukuri sebagai karya Tuhan dan apabila belum atau masih dalam perjuangan, mari kita lihat hal itu sebagai sebuah proses pembelajaran. Itulah artinya ‘syukur’.

Tahun 2016 ini adalah ‘Tahun Syukur’ bagi Keuskupan Purwokerto. Hal ini terumuskan dalam tema APP Tahun 2016, yaitu “Keuskupan Purwokerto Bersyukur atas Iman, Paguyuban, dan Pendidikan di Keuskupan Purwokerto”. Tema ini mengingatkan kita akan tahun-tahun yang sudah kita jalani dengan masing-masing fokus pastoral yang berbeda, yaitu Pembinaan Iman (2013), Paguyuban Pemberdayaan (2014), dan Kerasulan Pendidikan Katolik (2015). Hal ini merupakan pelaksanaan amanat Musyawarah Pastoral (MusPas) Keuskupan Purwokerto Tahun 2012.

Dengan adanya Tahun Syukur ini, Gereja Keuskupan Purwokerto mengajak seluruh umat untuk sejenak ‘menengok kembali’, melihat dengan cara pandang positif mengenai proses pelaksanaan dan hasil capaian dari masing-masing fokus pastoral setiap tahunnya. Dari situlah,  akan dihasilkan masukan-masukan berarti, ide-ide inovatif, dan pemikiran-pemikiran yang relevan untuk pelaksanaan karya-karya pastoral Keuskupan Purwokerto ke depannya. Di Tahun Syukur ini juga, tepatlah apabila mau mengadakan program kegiatan yang mensinergikan atau menyatukan tiga fokus pastoral tersebut di atas. Cara dan bentuknya dapat beraneka ragam sesuai kekhasan dan pilihan kelompok atau paroki masing-masing. (bdk. Arah Haluan Keuskupan Purwokerto, hlm. 94)

Saudara-saudariku yang terkasih,

Masa Prapaska adalah masa yang sedemikian istimewa yang dianugerahkan Kristus pada Gereja, Sang Mempelai-Nya. Keistimewaan itu semakin terasa di tahun 2016 ini karena Gereja Katolik dalam masing-masing tingkatnya memberikan kepada kita bahan-bahan pendalaman rohani untuk kita olah. “Yubileum Belas Kasih Allah” di tingkat Gereja Universal, “Keluarga Katolik: Sukacita Injil” di tingkat Gereja Indonesia, dan “Tahun Syukur” di tingkat Gereja Partikular atau Gereja Keuskupan Purwokerto.

Dengan demikian, Gereja Keuskupan Purwokerto berharap secara khusus, melalui Masa Prapaska tahun ini, masing-masing umat Katolik semakin terlibat dalam berbagai kegiatan olah rohani untuk mendapatkan ‘kekayaan batin’ dalam hidup beriman kita.

Akhirnya, dalam berkat yang kita mohon dari Sang Kristus, Guru dan Kepala Gereja, dan dalam doa restu Bunda Maria, kita melangkah dengan mantap memasuki Masa Prapaska ini. Selamat menjalani Masa Prapaska. Tuhan memberkati Anda Semua.

Purwokerto, 25 Januari 2016

Salam dan berkat Uskup Purwokerto,

Mgr. Julianus Sunarka, SJ

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here