Mgr. Petrus Boddeng Timang: Surat Gembala Prapaska 2016 Keuskupan Banjarmasin

0
679 views
Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang. (Dokpen KWI)

Bangkit dan Bergeraklah: Berani Memperjuangkan dan Mempertahankan Ciptaan Bberdasarkan Sabda Allah

Para Pastor, Frater, Bruder, Suster serta seluruh umat Katolik di Keuskupan Banjarmasin yang terkasih,

Salam sejahtera bagi anda sekalian,

Baru saja kita mendengarkan ajakan Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam (Luk 5:4). Ajakan ini tepat sekali bagi kita yang akan memasuki masa Prapaska, dimana kita diajak untuk mendalami hidup kita di hadapan Allah dan sesama. Yesus bukan hanya mengajak untuk bertolak ke tempat yang dalam saja, tetapi di tempat itu Yesus juga menyuruh untuk menebarkan jala.

Perintah Yesus itu diberikan kepada kita saat kita akan memasuki masa Prapaska. Kita diminta untuk tidak lagi hidup hanya berdasarkan kebiasaan. Tetapi kita ditantang untuk menemukan makna hidup dan menjadikan hidup lebih bermakna. Untuk itu kita perlu berjuang untuk memperbaiki diri dan bertobat. Apa pesan yang ingin Ia berikan kepada kita?

Tempat yang dalam adalah tempat yang lebih berisiko tetapi sekaligus juga tempat yang lebih memungkinkan mendapatkan banyak ikan. Kalau kita melihat masa Prapaska sebagai tempat yang dalam berarti masa ini sungguh menjadi masa penuh rahmat bagi kita. Kita diajak untuk berjuang dalam perbaikan diri dan pertobatan sehingga buah-buah pertobatan dan buah-buah rohani bagi keselamatan kita bisa kita peroleh.

Saudari-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Masa Prapaska, yang ditandai dengan pantang dan puasa, tahun ini mulai pada hari Rabu Abu tanggal 10 Februari 2016 dan akan berakhir pada hari Minggu Paska Kebangkitan Tuhan 27 Maret 2016.

Tahun ini, tema Prapaska di Keuskupan kita adalah “Berani Memperjuangkan dan Mempertahankan Ciptaan Berdasarkan Sabda Allah.” Di satu pihak tema ini merupakan bagian dari tema Prapaska Regio Kalimantan, yaitu “Bangkit dan Bergeraklah”. Di pihak lain, tema Prapaska ini disesuaikan dengan fokus Pastoral Keuskupan kita tahun ini, yaitu Tahun Kitab Suci. Kita ingin menjadikan Sabda Allah sebagai pijakan bagi kita untuk memperjuangkan dan mempertahankan ciptaan.

Ketika kita berbicara tentang ciptaan, kita harus ingat bahwa Allah-lah Sang Pencipta. Kitab Kejadian memberi kesaksian bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Tema Prapaska tahun ini mengajak kita untuk memperjuangkan dan mempertahankan baik alam semesta maupun manusia.

Berkaitan dengan alam semesta, yang perlu diperjuangkan dan dipertahankan adalah kelestariannya. Allah menciptakan alam semesta baik adanya. Dalam kisah penciptaan, penulis kitab Kejadian berulangkali menegaskan, “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (Kej 1:10,18,21,25). Jika pada awalnya, Allah menciptakan segalanya itu baik, maka kalau sekarang keadaan alam semesta menjadi tidak baik bahkan rusak, berarti kita dipanggil untuk berjuang agar dapat memperbaikinya dan melestarikannya.

Paus Fransiskus, melalui Ensikliknya Laudato Si, menyadarkan kita bahwa alam semesta dan seisinya ini adalah rumah kita bersama. Alam semesta ini adalah tempat di mana kita hidup dan membangun kehidupan. Sudah selayaknyalah alam semesta ini kita jaga dan kita pelihara bersama. Jangan sampai pandangan hidup yang rakus dan tidak bertanggung jawab mendorong manusia untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan keselamatan lingkungan hidup.

Selain alam semesta, Ciptaan Allah yang lain adalah manusia. Manusia diciptakan secitra dengan Allah bahkan menjadi Gambar Allah (Kej 1:27). Kalau manusia adalah Gambar Allah maka keberadaannya haruslah diperjuangkan dan dipertahankan. Artinya martabat dan derajatnya sebagai manusia tidak bisa dilecehkan dan dikesampingkan.

Saat ini betapa nyawa manusia seringkali tidak dihargai. Manusia menjadi begitu keji terhadap manusia lain. Pengedar dan penjual narkoba tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Yang ada dalam otak mereka, hanyalah uang dan kekayaan. Banyak manusia di jaman ini gila akan kekuasaan, kekayaan dan keuntungan. Situasi ini sangatlah memprihatinkan. Apalagi sekarang orang mudah sekali merendahkan martabat orang lain hanya karena beda suku, agama, keyakinan dan warna kulit. Manusia seakan-akan tidak ada nilai dan martabatnya.

Saudari-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Terhadap semua situasi dan kondisi di atas, di masa Prapaska ini kita sungguh ditantang dan dituntut untuk tidak berdiam diri saja. Kita harus berani menentukan sikap dan berani mewujudkannya dalam sebuah tindakan. Teladan Nabi Yesaya untuk mengatakan, “Inilah aku, utuslah aku” (Yes 6:8c) harus juga menjadi sikap hati kita dalam menanggapi situasi dan persoalan yang ada di sekitar kita.

Kita diajak untuk berani mengambil resiko sebagai pelaku perbaikan di tengah masyarakat. Untuk itu, pertama-tama kita harus membenahi diri. Kita harus berani bertobat dari pola hidup dan pola pikir yang lama kepada pola hidup dan pola pikir yang baru. Perubahan dan perbaikan hanya akan terjadi kalau kita mau belajar dengan kerendahan hati dan keterbukaan, serta kerelaan untuk bertobat.

Selamat menjalani Masa Prapaska yang penuh rahmat ini dalam semangat tobat dengan laku tapa dengan berpuasa dan berpantang, dengan doa dan amal kasih. Tuhan memberkati Anda sekalian.

Diberikan di Banjarmasin,

Pada Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah

2 Februari 2016

† Petrus Boddeng Timang

Uskup Keuskupan Banjarmasin

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here