NASIONALISME Amerika menyeruak ke permukaan, sesaat setelah Bunda Marianne Cope –seorang suster Fransiskanes OSF—resmi dinyatakan sebagai orang kudus dengan predikat Santa oleh Bapa Suci Paus Benedictus XVI di Vatikan, tanggal 21 Oktober 2012 bertepatan dengan Hari Evangelisasi Baru. Setidaknya, citarasa ‘nasionalisme’ itu terbaca, ketika CNN menulis panjang lebar mengenai kisah heroik penuh kasih Suster Marianne Cope yang monumental di pulau pengasingan Molokai, Hawaii beberapa tahun silam.
Sebelum kedatangan Suster Bunda Marianne Cope, Molokai adalah mimpi buruk bagi setiap pasien penderita penyakit kusta di Hawaii. Di pulau terpencil inilah, ribuan orang penderita lepra dikirim paksa ke pulau terpencil itu untuk pengobatan dan ‘diasingkan’ dari khalayak ramai agar jangan sampai wabah lepra yang kala itu menjadi momok tidak menyebar dan menular.
Namun, bersama lima suster OSF lainnya Bunda Marianne Cope malah menyeberang dari New York menuju Hawaii dan berikutnya berlabuh di Molokai untuk memulai suatu karya amal: merawat dengan penuh cinta ribuan pasien lepra. “Saya tidak takut ketularan,” kata Santa Marianne Cope sesaat sebelum berangkat menuju Molokai.
Bersama Santa Kateri Tekakwhita –putri Indian asli dari Amerika Utara (sekarang Kanada)—Bunda Marianne Cope resmi menyandang predikat sebagai Santa.
Tradisi baru: cuci tangan
Sebelum berkibar dengan karyanya yang agung di Molokai, kiprah Santa Bunda Marianne Cope dalam urusan kesehatan sudah terukir di New York. Ia termasuk pelopor pembangunan RS St. Elizabeth di Utica, NY yang berdiri tahun 1866 dan ikut membidani lahirnya RS St. Joseph di Syracuse, NY, tahun 1869. Kedua rumah sakit umum ini hingga sekarang masih tetap eksis dan beroperasi.
Yang menarik, tahun-tahun itu reputasi RS di AS dan barangkalijuga di Eropa sangat buruk. Itu karena pasien yang dikirim ke rumah sakit bukannya malah sembuh, namun malah makin sakit dan akhirnya pulang tanpa nyawa. Bunda Marianne Cope mengukir sejarah baru di New York, terutama di dua RS yang dia dirikan.
Ia mulai menerapkan standar kebersihan sebagai hal penting dan utama di RS. Salah satu yang dia kerjakan adalah kebiasaan mencuci tangan usai memeriksa pasien atau melakukan visit ke bangsal pasien.
Sejak itu, kebiasaan cuci tangan usai periksa pasien dan visite di bangsa kini menjadi ‘tradisi’ para dokter.
“Sebagai administrator RS, Santa Marianne Cope sungguh cemerlang. Ia berhasil mengubah cara pandang dokter tentang bagaimana harus bersikap terhadap pasiennya,” tutur Suster Burkard, suster provinsial Kongregasi Sisters of Saint Francis of Neumann Communities di New York.
Karya amal lintas batas warna kulit juga dipraktikkan oleh Bunda Marianne Cope. Ia menerima semua pasien tanpa pandang bulu. “Ia maju dua-tiga langkah ke depan dalam menangani pasien yang waktu itu belum lazim dilakukan para dokter dan semua rumah sakit,” papar suster ini.
Menuju Hawaii
Tahun 1883 ia memulai pelayaran jarak jauh menuju Hawaii dan setahun kemudian berhasil mendirikan sebuah RS di Maui. Atas karyanya yang agung, Raja Kalakua menganugerahi penghargaan Royal Order of Kapiolani, tak lama setelah Santa Bunda Marianne Cope mendirikan Kapiolani Home untuk menampung gadis-gadis yatim piatu karena orangtuanya ‘diasingkan’ ke Molokai terkena penyakit kusta.
Belakangan, atas permintaan pemerintah lokal, Bunda Marianne Cope mengambil alih sebuah RS telantar di Honolulu yang tidak terawat dan nekad berani menampung pasien sebanyak 200 orang dari yang semestinya hanya punya daya tamping 100 pasien.
Ketika pemerintah Honolulu memutuskan membuka pulau pengasingan Molokai untuk para pasien lepra, Santa Bunda Marianne Cope memutuskan mengikuti kemana para pasien kusta ini akan diasingkan. Itu berarti, untuk selamanya dia tidak akan bisa kembali ‘pulang’ ke kawasan yang lebih bersih dari segala penyakit ‘kotor’.
Di Molokai ini pula, Gereja telah memberi nama orang kudus berpredikat santo kepada Pastur Damian DeVeuster, tahun 2009 lalu yang juga dianggap berjasa merawat para pasien lepra.
Dari tangan Pastur Damien inilah, Santa Bunda Marianne Cope mewarisi tugas mulia merawat ribuan pasien penyakit kusta di Molokai. Apa yang belum berhasil dilakukan Santo Damian, maka Santa Bunda Marianne Cope segera melengkapi dan menyelesaikannya. Para pasien yang dulu hidup di barak-barak kumal tak terawat, dia bawa ke pondok-pondok yang lebih permanen dan dirawat. Ia membangun kompleks permukiman bagi para pasien lepra agar mereka bisa hidup lebih layak dan bermartabat.
Santa Bunda Marianne Cope meninggal dunia tanggal 9 Agustus 1918 pada usia 80 tahun. Aneh bin ajaib, tak seorang pun suster OSF –termasuk Santa Bunda Marianne Cope—yang terjangkit penyakit lepra meski bertahun-tahun lamanya melayani pasien kusta di Pulau Molokai.
Mukjizat Santa Marianne Cope
Bertahun-tahun bahkan bisa berabad-abad lamanya, seorang ‘kudus’ baru bisa resmi dinyatakan sebagai beato atau kemudian ‘naik pangkat’ menjadi santo/santa kalau ada fakta di luar kebiasaan yang bisa mendukung kea rah itu. Salah satunya adalah sejarah mukjizat yang terjadi berkat orang kudus ini.
Mengenai hal ini, Gereja Katolik mencatat ada beberapa peristiwa mukjizat yang terjadi atas nama Suster Marianne Cope.
Kejadiannya di Syracuse, NY, tahun 1992 ketika seorang pasien bernama Kate Mahoney dinyatakan tinggal menunggu jadwal kematiannya karena dokter sudah angkat tangan terhadap penyakit akutnya. Ternyata, berkat doa-doanya kepada Bunda Marianne Cope, Kate dinyatakan sehat dan sembuh.
Kate Mahoney adalah seorang gadis belia berumur 14 tahun. Ia dinyatakan sembuh dan sehat kembali setelah didera kanker mulut rahim serius. Ketika dibawa ke meja operasi, gadis ini mengalami pendarahan sangat hebat dan beberapa organ tubuhnya berhenti karena gagal fungsi. Hanya alat-alat canggih saja yang bisa membuat gadis ini bisa bernafas lebih lama lagi.
Teman-teman Kate segera melaporkan kondisinya kepada Suster Mary Laurence Hanley. Biarawati OSF ini segera datang dan berdoa atas nama Bunda Marianne Cope. Ternyata, karya Tuhan terjadi melalui perantaraan Santa Marianne Cope: Kate Mahoney akhirnya sembuh. Para dokter yang memeriksanya kembali terhenyak, ketika sejumlah organ penting Kate berfungsi kembali tanpa bisa dijelaskan secara ilmiah dan gamblang.
Tahun 2005, Paus Benedictus XVI berkenan menganugerahi Bunda Marianne Cope sebagai beato.
Nah, pada tahun yang sama pula, sebuah mukjizat baru terjadi lagi. Sharon Smith yang berumur 58 tahun dirawat di RS Saint Joseph’s Hospital Health Center di Syracuse, NY. Inilah rumah sakit kedua yang didirikan Bunda Marianne Cope.
Sadar bahwa dirinya tidak akan berumur lebih lama karena akutnya penyakit, mantan veteran Perang Teluk ini pun lalu berujar dalam batin. “Tuhan, kalau sudah datang waktuku, berikan waktu bagi saya setidaknya untuk beberapa hal ini,” demikian ‘isi’ doa permohonannya.
Ketika usaha para dokter menemui kebuntuan, tiba-tiba datanglah seorang suster Fransiskanes menjenguknya. Biarawati ini mendekatinya dan memintanya berdoa atas nama Bunda Marianne Cope.
Meskipun Sharon Smith bukan katolik, namun biarawati OSF ini rajin menjenguknya dan memberi dia dorongan semangat mau sembuh. Sekali waktu, Suster Michaeleen Cabral datang menjenguknya dan kemudian menjepitkan semacam tas plastic mungil pada pakaian seragam pasien yang dikenakan Sharon. Itu adalah tanah yang diambil dari makam Bunda Marianne Cope. Semacam relikwi.
“Ketika tanah itu mulai ‘dicangkokkan’ di pakaian pasienku, saya langsung merasa lebih baikan. Beberapa waktu kemudian, para dokter malah mulai mencabuti infus,” kenang Sharon Smith sebagaimana dikutip CNN.
Dokter yang memeriksanya itu malah membuat lelucon yang awalnya dia tidak sadari sebagai hal yang serius. “Nah, Anda sekarang boleh pesan mau makan sandwich,” kata Sharon mengutip omongan dokter yang memeriksanya.
Tentu saja, omongan itu mengagetkan karena sudah 9 bulan lamanya dia tidak boleh makan sandwich.
Ia kembali terhenyak ketika dokter itu mengatakan, “Anda sekarang boleh makan apa saja. Saya sendiri tidak tahu apa yang sudah terjadi (pada tubuh Anda), karena lobang yang saya iris di bagian perut Anda sekarang ini sudah sembuh sendiri. Dan Anda sekarang lebih sehat” kenang Sharon, ketika dokter itu menunjukkan lobang pembuangan darurat dari usus keluar tanpa melalui anus sudah ‘tidak perlu’ lagi karena penyakitnya berangsur mulai sembuh.
Mukjizat terjadi karena perantaraan Bunda Marianne Cope. Sharon Smith boleh keluar dari RS tahun 2006, padahal sebelumnya dia tidak pernah kenal nama Bunda Marianne Cope. “Sampai sekarang, saya masih terhenyak dan tidak bisa berkata-kata,” katanya.
Suster Michaeleen OSF yang dulu datang membawa komuni dan mengajaknya berdoa ikut terkaget-kaget ketika Smith dinyatakan sembuh dan malah aktif sebagai sukarelawan di RS Saint Joseph’s.
Dua peristiwa mukjizat atas nama Bunda Marianne Cope ini menjadi perhatian serius dari para penyelidik Vatikan untuk menemukan bukti-bukti bahwa Tuhan telah berkarya agung melalui perantaran Suster Marianne Cope. Akhirnya, Paus pun merestui ‘penemuan istimewa’ itu dan berkenan menobatkan Bunda Marianne Cope sebagai orang kudus.
Pada perayaan penobatkan Bunda Marianne Cope tanggal 21 Oktober 2012 di Basilika Santo Petrus Vatikan pekan ini, baik Sharon Smith dan Kate Mahoney datang mengikuti prosesi kanonisasi itu. Tentu saja, Suster Burkard juga rela terbang dari New York menuju Vatikan dengan maksud yang sama.
Sumber: CNN