
SETIAP pekan kedua bulan Mei di Bulan Maria di kota Den Bosch (‘s-Hertogenbosch), Negeri Belanda, selalu diselenggarakan prosesi Patung Bunda Maria yang Termanis dari Den Bosch. Sejarah devosi dan prosesi ini sudah dimulai sejak tahun 1380, ketika pembangunan Gereja Katedral Sint-Janskathedraal.
Saat itu, musim dingin sedang berlangsung di bulan Januari. Seorang tukang bangunan ingin membuat perapian, karena udara yang dingin. Ia kemudian menemukan sebuah patung di antara puing-puing kayu yang akan digunakan untuk membuat perapian.
Mengira patung tersebut sudah tidak digunakan karena wujudnya yang jelek, ia hendak membelahnya menjadi dua dan menggunakannya sebagai kayu bakar. Namun, ketika ia hendak membelah patung tersebut, seorang mandor bangunan menegurnya dan mengatakan bahwa kayu yang hendak ia belah adalah patung Bunda Maria.
Bentuk patung Bunda Allah tersebut menggambarkan Maria sedang menggendong anak, tetapi patung bayi Yesus terpisah. Setelah dibersihkan, maka patung antik itu dia simpan.
Menjelang Kamis Putih di tahun yang sama, patung Bunda Maria itu hendak dia letakkan di dalam gereja, tetapi ditolak oleh tim dekorasi karena dianggap tidak pantas untuk diletakkan di dalam gereja. Namun, patung tersebut tetap ditinggalkan di dalam gereja.
Adalah seorang bruder -namanya Br. Wout- yang kemudian mengambil patung itu dan menaruhnya di kapel kecil Santo Mikhael (St. Michael) yang berada di belakang altar utama Katedral Sint Jan. Ia kemudian mengecat ulang patung tersebut hingga tampak indah, membuatkan mantel, dan menempatkannya di kapel Maria di dalam gereja -meski bukan di tempat yang menjadi pusat perhatian- melainkan di sudut yang agak tersembunyi.
Saat itu, umat masih menganggap patung tersebut kurang pantas.
Berubah sikap
Pandangan umat Kota Den Bosch mulai berubah, ketika terjadi mukjizat yang dialami oleh Hadewich van Vichten setelah ia berdoa memohon kesembuhan dari lumpuh kepada Allah melalui perantaraan Bunda Maria di depan patung tersebut.
Mukjizat itu mengundang banyak orang untuk datang berziarah ke Gereja Sint-Janskathedraal.
Dalam rentang tahun 1381–1603, tercatat hampir 500 mukjizat terjadi. Sejak saat itu, banyak orang berziarah dan berdoa di Katedral Sint Jan dan devosi ini menjadi bagian penting kehidupan iman umat Katolik Kota Den Bosch. Semua mukjizat yang terjadi dicatat dengan cermat oleh seorang notaris dalam Buku Mukjizat yang disimpan di dalam gereja tersebut.
Pada Abad Pertengahan, ketika wabah sampar melanda Belanda dan seluruh Eropa, patung Bunda Maria yang Termanis juga diarak keliling kota. Banyak kesembuhan terjadi dan hal itu semakin meneguhkan iman umat.
Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, umat tidak hanya memandang Maria sebagai pelindung dan perantara doa, tetapi juga sebagai Bunda yang Termanis — sosok penuh kelembutan, manis, dan selalu mendengarkan.
Devosi dan tradisi ini terus berkembang, dan kebiasaan mengarak Patung Bunda Maria yang Termanis mengelilingi kota Den Bosch tetap dilestarikan sebagai tanda permohonan berkat bagi kota.
Tahun 2020, ketika dunia dilanda wabah Covid-19, patung tersebut tetap diarak keluar, meskipun Den Bosch dan seluruh Belanda tengah memberlakukan lockdown. Umat berharap Bunda Maria mendengarkan doa-doa mereka yang sakit dan membawa setiap derita kepada Puteranya, agar Ia menganugerahkan rahmat kesembuhan.
Prosesi tersebut berlangsung dalam situasi luar biasa — di tengah pembatasan dan larangan berkumpul, perarakan tetap diadakan dengan jumlah peserta terbatas.

Menjadi semakin agung
Prosesi Patung Bunda Maria yang Termanis dari Den Bosch tahun 2025 kini menjadi semakin agung. Prosesi diawali dengan Perayaan Ekaristi pagi di Gereja Sint-Janskathedraal yang dipimpin oleh Uskup Den Bosch. Rute perarakan tetap sama seperti setiap tahun sejak 1380: dimulai dari Gereja Sint-Janskathedraal, mengelilingi kota Den Bosch, lalu kembali ke gereja.
Iring-iringan dimulai dari perkumpulan broederschap yang membawa tandu Patung Bunda Maria yang Termanis, diikuti oleh perkumpulan Maria, pembawa Kitab Suci, koor, pembawa panji-panji, dan umat.
Dalam khotbah misa harian setelah prosesi bulan Mei 2025, Uskup Keuskupan Den Bosch, Mgr. Gerard Johannes Nicolaus de Korte, menyampaikan bahwa tahun ini terjadi peningkatan kehadiran, baik peserta perarakan maupun masyarakat yang menonton. Ia menilai hal ini sebagai tanda positif bahwa kekatolikan di wilayah tengah Belanda tumbuh kembali.
Banyak peziarah datang dari luar kota Den Bosch — dari Oss, Wijchen, Nijmegen, dan kota-kota lain di luar Provinsi Noord-Brabant. Banyak di antara mereka berjalan kaki dari kota asal masing-masing untuk mengikuti misa pagi dan seluruh rangkaian acara. Devosi ini pun semakin dikenal di tingkat lokal Belanda.
Gereja Sint Jan di ‘s-Hertogenbosch merupakan salah satu situs ziarah Maria paling banyak dikunjungi di Belanda. Dalam dua–tiga tahun terakhir, semakin banyak peziarah dari luar kota yang datang berdoa di depan Patung Bunda Maria yang Termanis. Gereja menjadi semakin ramai, terutama pada hari Sabtu dan Minggu.
Devosi kepada Bunda Maria yang Termanis telah sangat mengakar dalam kehidupan masyarakat Kota Den Bosch.
Devosi ini juga menjadi bagian penting dalam hidup dan karya Pastor Jacobus Antonius Heeren, pendiri Kongregasi Suster PMY, yang merupakan puera asli kota Den Bosch. Beliau sangat mencintai Bunda Maria yang Termanis.
Karena itu, Kongregasi Suster PMY didirikan pada tanggal 7 Juli 1820, bertepatan dengan Pesta Bunda Maria yang Termanis. Pada bulan Mei yang lalu, kapel biara Kongregasi Suster PMY menjadi salah satu tempat penempatan patung Bunda Maria yang Termanis dari Den Bosch.
PS: Narsum dan dokumentasi Sr. Emilia PMY.









































