Rabu 7 Juni 2023
- Tobit 3:1-11a,13,16-17
- Mazmur 25:2-4a,4b-5ab,6-7bc,8-9
- Markus 12:18-27.
SETIAP manusia yang hidup di dunia ini, pasti suatu saat nanti akan meninggal dunia.
Oleh sebab itu, banyak orang yang mengatakan bahwa “tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali kematian”.
Ketika manusia mati akan dimakamkan atau diperabukan.
Sementara itu, bagi keluarga yang ditinggalkan pasti akan merasakan kesedihan karena kehilangan anggota keluarganya.
Kemudian, keluarga yang ditinggalkan akan berziarah, nyekar ke makam keluarga yang meninggal.
Nyekar atau biasa disebut ziarah kubur adalah aktivitas mengunjungi makam orang tua, saudara, atau kerabat yang sudah meninggal.
Saat nyekar, kita berdoa bagi kebahagiaan kekal mereka yang telah meninggal namun juga harapan mendapatkan restu dan berkat dari Allah melalui keluarga yang telah meninggal.
Kita percaya bahwa meski orang tua atau saudara telah meninggal dan mempunyai hidup baru, mereka tetap terhubung melalui rasa dan cinta yang tidak terputus oleh kematian.
Meski mereka secara fisik telah jauh dari kita namun secara batin mereka masih menjadi bagian hidup kita.
Kematian tidak menghapus mereka dari hidup kita, namun justru secara rohani sering mengajarkan makna peziarahan hidup kepada kita.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?
Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat.”
Pada hari ini kita mendengar dari Injil Markus kisah kaum Saduki yang datang untuk mencobai Yesus dengan Hukum Taurat sebagai dasar pertanyaan mereka tentang perkawinan Levirat.
Perkawinan Levirat adalah perkawinan antara seorang janda dengan saudara kandung mantan suaminya yang sudah meninggal dunia berdasarkan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
Yesus menempatkan diri dengan tepat karena menjelaskan dan membuka wawasan kaum Saduki yang selama itu tertutup.
Sebagaimana kaum Farisi yang percaya akan kebangkitan badan pada zaman Yesus, demikian Yesus juga dengan tegas mengingatkan para murid-Nya untuk percaya kepada kebangkitan badan.
Allah yang kita imani adalah Allah orang hidup. Yesus sang Putra bangkit pada hari ketiga setelah kematian-Nya.
Kebangkitan Yesus adalah dasar kebangkitan setiap pengikut Kristus.
Pada hari kebangkitan nanti semua orang akan seperti malaikat karena memiliki tubuh yang kekal.
Memiliki tubuh spiritual seperti malaikat juga membantu kita menyadari bahwa saudara-saudara seiman yang sudah meninggal dan memperoleh keselamatan kekal juga sudah seperti malaikat dan pekerjaan mereka adalah melayani Tuhan Allah siang dan malam.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku punya kebiasaan berziarah ke makam leluhurku?