Orangtua Jadi Katekis Pertama bagi Anak

0
1,992 views
Ilustrasi: Orangtua menjadi katekis bagi anak-anaknya di rumah. (FX Juli Pramana)

SALAH satu janji pernikahan Katolik yang diucapkan pasangan suami isteri ketika menerima Sakramen Perkawinan adalah mendidik anak dengan cara Katolik.

Mendidik anak dengan cara Katolik memberi konsekuensi pada orangtua harus setia mendampingi, mengenalkan cara hidup Katolik. Juga mendampingi anak bisa menerima Sakramen-sakramen Gereja, selain memberi teladan hidup dalam keluarga.

Disadari menjadi suatu  tantangan tersendiri bagi orangtua untuk mendidik dan mendampingi iman anak.

Ketika bayi hadir di tengah keluarga, anak dibimbing dan diarahkan untuk menerima Sakramen Babtis. Menginjak usia anak-anak umur 13 tahun anak didampingi menerima Sakramen Ekaristi.

Kemudian menginjak dewasa anak didampingi menerima Sakramen Krisma.

Orangtua dalam pendidikan anak, selain sebagai guru pertama dalam keluarga, juga berperan menjadi katekis pertama yang mengenalkan tata cara pembiasaan hidup Katolik, mendampingi dan mengenalkan doa Katolik, membagikan pengetahuan iman Katolik secara sederhana dan memberikan teladan hidup katolik.

Tentu bagi orangtua, peran ini tidak mudah dilaksanakan mengingat tidak semua pasangan suami isteri memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal pengetahuan iman Katolik.

Mengajari anak berdoa sejak kecil adalah tugas mulia setiap orangtua Katolik dalam keluarga. (FX Juli Pramana)

Pembiasaan nilai hidup dan teladan Katolik sangat mungkin sudah bisa dilakukan. Namun juga tidak sedikit yang memerlukan pendampingan untuk penguatan peran ini.

Peran orangtua

Babtis bayi

Mendampingi babtis bayi dilakukan oleh Tim Katekis Inisisasi Pokja Babtis Bayi anak dengan melakukan rekoleksi bagi orangtua bayi yang akan dibabtis. Setiap tiga bulan di Paroki St. Paulus Kleca Surakarta, sebelum pandemi terjadi, pendampingan orangtua babtis bayi dilakukan sebanyak kurang lebih 90 peserta.

Saat pandemi dibatasi 30 babtisan bayi.

Penerimaan Komuni Pertama

Masa penerimaan Komuni Pertama merupakan masa yang penting bagi pertumbuhan iman rohani anak. Saat anak-anak mulai mengenal diri sendiri, mengenal doa harian, memahami pengertian sakramen-sakramen secara sederhana, mengenal Sakramen Ekaristi dan Tata Perayaan Ekaristi, menerima Sakramen Tobat yang pertama kali dan kegiatan tindak lanjut setelah penerimaan komuni seperti misdinar dan lektor atau pemazmur anak.

Masa persiapan komuni pertama juga memberi dasar pengembangan iman untuk menerima sakramen krisma.

Melaksanakan peran pendamping iman bagi anak-anak calon penerima komuni pertama, bagi orangtua menjadi saat yang penting untuk mendampingi anak-anak secara intens.

Hal ini dikarenakan masa kanak-kanak menjadi masa perkembangan yang menentukan masa selanjutnya karena masa ingatan dan masa ingin tahu anak-anak sudah mulai berkembang.

Sejalan dengan pemahaman itu menjadi penting bagi katekis gereja untuk melakukan kerjasama pendampingan calon komuni pertama dengan orangtua.

Bagi anak-anak yang ikut persiapan komuni pertama dan sekolah di sekolah yayasan Katolik tentu sudah terbiasa melakukan kegiatan harian seperti doa-doa Katolik dan kegiatan tradisi Gereja.

Namun bagi anak-anak di sekolah non Katolik tentu berbeda frekuensi pendampingannya dan mungkin  mengalami kesulitan tersendiri.

Penerimaan Sakramen Krisma

Pendampingan orangtua bagi remaja yang akan menerima Sakramen Krisma menghantarkan putera-puterinya untuk memasuki masa dewasa secara rohani.

Masa dewasa secara rohani masa untuk mempertimbangkan sikap dan tata perilaku hidupnya yaitu membuka diri akan peran Roh Kudus dan ikut menjadi pewarta Gereja dalam sikap hidup, aktif dalam hidup menggereja dan mampu bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Gereja.

Masa ini masih membutuhkan peran orangtua untuk semakin mendalami pengetahuan iman Katolik dan cara hidup tradisi Katolik secara lebih mendalam

Katekis mengembangkan diri

Saat pandemi Covid-19, menjadi saat yang sangat penting untuk mengadaptasi peran katekis gereja dengan orangtua sebagai katekis pertama keluarga.

Lalu apa yang telah dilakukan oleh katekis gereja untuk mengisi dan membuka diri sebagai katekis, pendamping penerimaan Sakramen Inisiasi dan Formatio Iman Berjenjang (FIB).

Yang dilakukan adalah senantiasa belajar mengembangkan diri untuk menyiapkan tugas perutusan pewartaan ini. Sekedar sharing kegiatan katekis yang dilakukan sebelum pandemi dan saat pandemi di Paroki St. Paulus Kleca melalui bidang Pewartaan dan Evangelisasi.

Katekis sebelum menerima tugas menjadi pendamping penerimaan sakramen inisiasi di antaranya: mengikuti pembekalan di tingkat paroki, mengikuti pembekalan di tingkat kevikepan dan mengikuti pembekalan di tingkat keuskupan yang secara terprogram direncanakan dan dilaksanakan dengan tanda kesiapan menerima sertifikat penugasan dari Uskup Kesuskupan Agung Semarang.

Dinamika pengembangan katekis di Gereja Santo Paulus Kleca juga bergerak kearah belajar bersama sesama katekis dengan mengadakan “seminar mini” atau sarasehan dengan nara sumber katekis senior, dengan tema-tema yang relevan.

Selain itu juga mengadakan sekolah iman, rekoleksi katekis dan menulis  refleksi dan shraring menjadi pewarta gereja.

Saat pandemi terjadi dan sempat terjadi “masa jeda” kini bidang Pewartaan Evangelisasi melangkah dengan pertemuan menggunakan media zoom dan meet secara daring, menulis syering bulan katekese liturgi secara daring, merefleksikan spiritualitas Santo Paulus sebagai pelindung paroki secara daring dan kedepan dilaksanakan rekoleksi dan sekolah iman secara daring

Saatnya bekerjasama menguatkan orangtua

Setelah men-charge diri menyiapkan diri sebagai pewarta dan pendamping penerimaan Sakramen Inisiasi, kini saatnya katekis berbagi, bekerja sama dengan orangtua,  mendampingi anak-anak yang mengikuti persiapan penerimaan komuni pertama dan remaja (atau orang dewasa yang menerima babtis dewasa) yang akan menerima Sakramen Krisma.

Materi ajar tentang Komuni Pertama.

Dengan menggunakan cara pendampingan yang baru. Cara pendampingan yang baru yang dimaksud adalah pendampingan dengan cara daring.

Pendampingan dengan cara daring dilakukan sebagai solusi untuk mendampingi anak dan remaja (juga orangtua). Dengan metode tidak tatap muka langsung, meskipun pertemuan tatap muka untuk materi tertentu harus tetap dilaksanakan. Misalnya pengakuan dosa, gladhi bersih penerimaan komuni dan krisma dengan tetap mentaati protokol kesehatan yang berlaku.

Di sinilah urgensi pentingnya peran orangtua yang membantu mendampingi anak-anak dan remaja mengenal pengetahuan iman.

Di sisi lain orangtua berperan memberi keteladanan untuk penghayatan iman, perwujudan pengetahuan iman, syering pengalaman hidup beriman katolik dan keteladanan hidup.

Sesuai era zamannya saat ini, katekis diajak mengadaptasi pendampingan secara digital katekis Gereja akan membantu mendampingi anak-anak calon penerima komuni pertama dengan buku-buku daring (PDF), slide PPT, video singkat, latihan dan penugasan yang harus didampingi orangtua, google form, google classroom dsb. 

Maka, kerjasama pedampingan dan komunikasi antara katekis gereja dan katekis pertama dalam keluarga yaitu orangtua sungguh sanggat di butuhkan.

Buku panduan.

Tentu saaat-saat ini diperlukan cara, metode, dan kearifan bersama agar peran katekis gereja dan orangtua sebagai “guru pengajar iman anak dan remaja” bisa belajar selaras.

Meskipun hal ini bukan suatu hal yang mudah. Menjadi tantangan tersendiri bagi katekis Gereja untuk menyiapkan materi dan bahan-bahan pendampingan persiapan Penerimaan Komuni Pertama dan Sakramen Krisma dalam bentuk materi “syering pengetahuan iman praktis dan materi penugasan serta latihan yang mengajak anak memiliki sikap dan cara bertindak Kristiani, tidak hanya sekedar menghafal pengetahuan iman”.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here