Pahlawan Olimpiade Barcelona

0
335 views
Susi Susanti, legenda bulutangkis Indonesia peraih medali emas di Olimpiade Barcelona. (Ist)

Puncta 04.09.23
Senin Biasa XXII
Lukas 4: 16-30

SIAPA orang Indonesia peraih medali emas pertama di Olimpiade Barcelona tahun 1992? Ia adalah Susi Susanti. Gadis kelahiran Tasikmalaya itu membuat lagu Indonesia Raya berkumandang dan bendera Merah Putih berkibar di dunia internasional.

Tetapi tahukah anda bahwa Susi Susanti bertahun-tahun tidak diberi kartu identitas sebagai warga negara Indonesia?

Hidupnya terombang-ambing oleh selembar kertas dokumen SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia).

Susi dan teman-teman pebulutangkis yang keturunan Tionghwa diperlakukan diskriminatif di tanahairnya sendiri.

Padahal mereka telah mengharumkan nama Indonesia dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di luar negeri. Kita ini terlalu munafik, mau prestasinya tetapi tidak mau mengakui kewarganegaraannya.

Di luar negeri Susi Susanti diakui sebagai orang Indonesia. Tetapi di dalam negeri dia sulit mendapatkan pengakuan kewarganegaraan.

Baru tahun 1996 peraturan tentang SBKRI itu dihapuskan. Tetapi kita masih sering membeda-bedakan antar etnis dan suku bangsa.

Ketika Yesus pulang ke Nazaret, Ia juga mengalami penolakan. Orang-orang Nazaret tidak percaya karena mereka tahu latar belakang keluarga-Nya. “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” kata mereka.

Yesus berkata kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”

Apa yang diajarkan Yesus diakui oleh mereka. Semua orang membenarkan Dia. Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya. Tetapi mereka tidak menerima-Nya karena asal-usul-Nya.

Dunia mengakui prestasi Susi Susanti. Seluruh rakyat menyambut haru dan gembira saat Lagu Indonesia Raya berkumandang dan Bendera Merah putih berkibar.

Tetapi kita lupa memberi selembar pengakuan bahwa dia adalah warga negara Indonesia yang sama dengan kita.

Banyak pelatih Indonesia membuat prestasi hebat di luar negeri seperti Mulyo Handoyo, Tong Sin Fu, Hendrawan, Atik Jauhari, Rexy Mainaky. Mereka lebih dihargai di luar negeri daripada di tempat asalnya sendiri.

Yesus lebih banyak membuat mukjizat di Kapernaum daripada di kampung halaman-Nya sendiri, karena mereka tidak percaya dan menutup diri.

Kita pun akan menjadi bangsa yang kerdil dan bodoh jika tidak mau menghargai prestasi dan kualitas anak bangsa sendiri.

Berkeliling ke warung tengah-tengah pasar,
Mencari nasi gudeg dicampur rempela ati.
Bagaimana akan menjadi pemimpin besar,
Kalau kita mengkhianati bangsa sendiri?

Cawas, belajarlah menghargai anak negeri

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here