Pandemi Covid-19 dari Sudut Pandang Iman Katolik

8
689 views
Fr. Benedict Joseph Groeschel CFR

INI terinspirasi dari pemikiran Father

Ketika kita berada dalam malapetaka, kondisi yang kita alami memberikan dampak negatif lebih besar daripada dampak positif.

Berbagai macam kesulitan, keterbatasan, dan kemalangan menimpa kehidupan kita sebagai manusia, tidak hanya dalam lingkup pembagian konvensional seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya, tetapi juga memberikan luka pada batin dan pribadi kita.

Di tengah dorongan kehidupan yang memaksa kita untuk tetap bergerak di tengah situasi yang mencekam dan tak menentu ini tak jarang kita sebagai manusia yang penuh dengan ketidaksempurnaan merasakan ketakutan, kesedihan.

Bahkan tidak menutup kemungkinan kita kehilangan iman kita terhadap Kristus akibat dibutakan oleh rasa amarah dan keputusasaan.

Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman kita mengenai iman yang kita miliki dan implementasi terhadap pemahaman tersebut di tengah kondisi yang kita alami.

Melalui bukunya The Tears of God: Going on in the Face of Great Sorrow Or Catastrophe, Father Benedict Groeschel CFR, berusaha memberi pemahaman iman terhadap Kristus. Di tengah kesedihan dan kemalangan atau malapetaka yang kita pahami.

Father Benedict, respons dan reaksi yang kita hasilkan dari kondisi kesedihan dan malapetaka. Seperti keputusasaan dan kemarahan merupakan hal yang benar-benar dapat diterima dan merupakan salah satu yang tampaknya Kristus sendiri dalam beberapa hal dihadapi dalam hidupnya.

Teriakan yang terdengar dari Salib, “Mengapa kamu meninggalkan aku?” mengungkapkan perasaan yang—seperti hawa dingin yang dingin—dapat datang dari orang yang memiliki kepercayaan teguh.

Tetapi kita harus terus maju. Sebagian dari jawaban kita adalah mempelajari lebih dalam apa yang telah diderita Kristus dan para pengikutnya selama hidup mereka.

Dan untuk memahami bahwa Tuhan menggunakan malapetaka pada akhirnya sebagai bagian dari pekerjaan keselamatan yang besar, untuk umat manusia dan untuk individu (Father Benedict, 2009)

Sering kali di tengah cobaan pandemi  yang kita hadapi, kita menganggap bahwa Bapa mengabaikan kita hambanya bahkan mengira Bapa tidak mendengar jeritan doa kita.

Hal tersebut menjadikan iman kita semakin tertutup dan buta terhadap karya dan kehendak Allah.

Ilustrasi — Mempertanyakan penderitaan by ist

Kita lebih sering mengeluh daripada bekerja, lebih sering emosi daripada berusaha memahami, dan utamanya lebih jarang bersyukur karena kita tidak menyadari kehadiran Bapa yang selalu mengawasi kita.

Kebiasaan ini bila tidak segera diatasi akan membawa manusia pada keputusasaan hidup di masa pandemi yang tidak terhindarkan ini.

Maka dari itu, Father Benedict mengajak kita untuk memahami bahwa kesulitan dan malapetaka adalah sarana Allah menampakkan kemuliaan dan kuasanya untuk menyelamatkan kehidupan manusia.

Sehingga kita mampu menyadari dan mengakui kebesaran kuasa Allah terhadap hidup manusia dan kasih sayang-Nya kepada kita hamba yang paling hina ini.

Ketika kita mampu memiliki kesadaran iman tersebut, kita mampu menjalani kehidupan yang lebih berkualitas, damai, dan sejahtera serta kita mampu melewati setiap hari-hari kita di masa pandemi covid-19 ini dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan karena Tuhan Yesus Kristus, Juru selamat kita hadir dalam hidup kita.

Dari Kitab Suci

Melalui ayat-ayat Alkitab yang dikutip dalam buku tersebut, kita semakin memahami bahwa Allah memang campur tangan dalam setiap langkah kehidupan kita bahkan di masa pandemi covid-19.

Yohanes 14: 1-7 menyatakan ”Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.”

Kata Tomas kepada-Nya: ”Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?”

Kata Yesus kepadanya: ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”

Dan dalam Mazmur 71: 20-21 berbunyi: “Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali, dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali. Engkau akan menambahkan kebesaranku dan akan berpaling menghibur aku.”

Inilah bukti bahwa kita sebagai manusia seharusnya mampu optimis di tengah menghadapi pandemi covid-19 ini karena kita memiliki harapan dan satu-satunya jawaban yaitu Tuhan Yesus Kristus.

8 COMMENTS

  1. Memang terkadang kita sebagai manusia terlalu banyak mengeluhdan lupa untuk bersyukur. Salah satunya dalam pandemi ini. Artikel yang sangat bagus dan menginspirasi.

  2. Memang dalam situasi pandemi gini kita sering banget putus asa, dan saya suka artikel ini krn mengingatkan kita bahwa kita tak pernah sendiri, dan bahwa harapan itu selalu ada, mengajak kita untuk tetap optimis. Artikel yang sungguh membangun! Nice job author!!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here