Tiga Suster SFS Asal Sumatera Bersama Perbaharui Kaul di Biara Pusat SFS Sukabumi

0
471 views
Ki-ka belakang: Romo Puryatno Pr. Sr. Vincentia SFS, dan Romo Martin Harun OFM. Ki-ka depan: Sr.Gabriela SFS, Sr.Gracia SFS, dan Sr. Sylvana SFS. (Dok. Kongregasi SFS)

KONGREGASI Suster Fransiskan Sukabumi -biasa disebut SFS- pantaslah merasa bersyukur. Karena ada tiga suster yuniornya baru saja memperbaharui kaulnya.

Perayaan pembaruan kaul-kaul religius dalam Kongregasi SFS ini berlangsung di Kapel St. Fransiskus Assisi Biara Pusat Sukabumi tanggal 13 Agustus 2022.

Diperbaharui setiap tahun

Profesi sementara diikrarkan dalam jangka waktu setahun. Dan kemudian dapat diperbaharui setiap tahun berturut-turut enam kali secara berturut-turut. Atau, juga dapat diperpanjang untuk beberapa tahun ke depan atas pertimbangan dan alasan khusus.

Para suster yunior SFS yang memperbaharui kaul-kaulnya itu terjadi setiap tahun.

Ini sesuai dengan Konstitusi Kongregasi SFS pasal 89 yang biasanya pembaruan kaul itu terjadi di bulan Februari dan Agustus. Semuanya tergantung dan sesuai angkatan masing-masing.

Perayaan Ekaristi pembaruan kaul ini  dipimpin oleh Romo Tarcisius Puryatno Pr sebagai imam selebran utama dan bersama Romo  Martin Harun OFM sebagai konselebran.

Para suster yunior SFS memperbaharui kaulnya di hadapan Pelayan Umum Kongregasi Sr. M. Vincentia SFS. Ikut berdiri di depan altar adalah Suster Pembimbing Yunior: Sr. M. Verena SFS.

Pelayan Umum Kongregasi Sr. M. Vincentia SFS (kiri) menerima Pembaruan Kaul dari tiga suster yunior SFS dalam Perayaan Ekaristi bersama Romo Tarcisius Puryatno Pr dan Romo Martin Harun OFM di Kapel St. Fransiskus Assisi di Biara Pusat Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) di Kota Sukabumi, Jabar, 13 Agustus 2022. (Dok. SFS)

Yang menarik, ketiga suster SFS yang memperbaharui kaulnya itu semua berasal dari Pulau Sumatera.

89 tahun Kongregasi SFS hadir dan berkarya di Indonesia

Tahun 2022 ini, Kongregasi SFS genap merangkai usia selama 89 tahun hadir dan berkarya di Indonesia. Di tahun 2022 ini pula, Kongregasi Suster SFS yang berpusat di Sukabumi, Jabar, ini sudah merangkai umur genap 26 tahun berdiri secara mandiri; terpisah dari Biara Induk SFS dulu: Bergen Op Zoom (BOZ) di Negeri Belanda.

Para misionaris BOZ dan Staf RS St. Lidwina Sukabumi diJabar yang kini sudah berubah nama dan menjadi milik Pemda. (Dok. Kongregasi Suster SFS)

Para suster SFS asal Sumatera sudah terjadi sejak dulu. Mereka asal Sumatera dan merupakan angkatan pertama di dalam Kongregasi SFS telah mengikrarkan Profesi Pertama tahun 1994 silam. Angkatan ini telah mengucapkan Profesi Kekal tahun 2000 lalu.

Dari mereka ini ada Sr. Damian br. Saragih SFS yang berasal dari Paroki Santo Fransiskus Assisi Saribudolok. Sudah pasti ia berdarah etnis Batak dari Simalungun. Yang menarik, padahal sampai saat ini, belum ada Komunitas Suster SFS di Pulau Sumatera.

Mengenalkan diri melalui kegiatan promosi panggilan

Sampai saat ini, Kongregasi SFS sudah mulai aktif berkiprah untuk mengenalkan sosok dan profil tarekat religius suster-suster Fransiskan berpusat di Sukabumi. Dilakukan melalui kegiatan promosi panggilan. Juga disampaikan melalui aneka platform media sosial, melakukan live in, dan penyebaran brosur.

Tidak kalah penting juga melakukan aksi “jemput bola” dengan menyempatkan diri hadir di paroki-paroki. Untuk memperkenalkan apa dan bagaimana Kongregasi SFS ini.

Hasil kegiatan promosi panggilan ini mulai menampakkan hasil nyata.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, sudah mulai muncul para calon SFS datang dari Pulau Nias di wilayah pastoral Keuskupan Sibolga (Sumut) dan dari Kepulauan Mentawai di wilayah pastoral Keuskupan Padang (Sumbar). Sejumlah calon lainnya datang dari Medan dan Palembang.

Ilustrasi: jelang kleding (penerimaa busana biara), para calon suster SFS ini masih mengenakan busana adat budaya asal mereka dari Sumut: busana adat Batak Toba. (Dok. SFS)

Berikut ini data paroki dari mana sejumlah suster muda Kongregasi SFS asal Sumatera itu aslinya berasal.

  1. Sr. M. Sylvana SFS dari Paroki Santa Maria Diangkat Ke Surga, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Keuskupan Padang, Sumbar.
  2. Sr. M. Gracia SFS dari Paroki Trinitas Sogawunasi, Kabupaten Nias Selatan, Keuskupan Sibolga, Sumut.
  3. Sr. M. Gabriela SFS dari Paroki Santo Yosef Balige, Keuskupan Agung Medan, Sumut.

Para suster yunior di atas saat ini menjalani tugas pengutusan di Wisma Assisi untuk pelayanan kaum lansia di Sukabumi.

Lainnya tengah menjalani tugas studi pendidikan Guru PAUD di Jawa Tengah dan studi filsafat di STF Driyakara Jakarta.

Salah satu Suster SFS asal Kepulauan Mentawai di Sumbar adalah Sr. M. Sylvana SFS. Pekan lalu, ia memperbaharui kaulnya. Sebelumnya, sudah ada suster SFS lain -juga berasal dari Mentawai- yang telah berkaul kekal tahun 2014.

Para suster SFS bersama Uskup Keuskupan Padang Mgr. Vitus Rubianto Solichin SX, imam lokal dan warga setempat. (Dok. SFS)
Para suster dari empat Kongregasi berbeda bersama-sama mengampu karya di Kepulauan Mentawai, Keuskupan Padang, Sumatera Barat. (Dok. SFS)
Tiga suster SFS dan satu calon suster SFS dari Mentawai, Keuskupan Padang, Provinsi Sumbar. (Dok. SFS)

Kongregasi SFS membuka karya dan komunitas baru di Mentawai mulai tanggal 25 Maret 2011. Terjadi bertepatan dengan Hari Raya Maria Menerima Kabar Gembira. Karenanya, nama komunitas SFS di Mentawai adalah Komunitas Maria Mater Dei.

Dipilihnya nama ini karena berlatar belakang sejarah berdirinya Kongregasi Peniten Rekolek Caritas Alles voor Allen di Breda, Nederland.

Sinergi empat Kongregasi dengan latar belakang sama

Kongregasi SFS bersama tiga Kongregasi suster lainnya ternyata punya latar belakang pendiri yang sama.

Ketiga Kongregasi dengan latar belakang yang sama itu adalah:

  • Persaudaraan Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas Palembang (FCh).
  • Suster Fransiskan Santa Lusia Pematangsiantar (KSFL).
  • Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth Medan (FSE).

Ketiga Kongregasi suster itu dan SFS itu sama-sama menghayati Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular. Bahkan, keempatnya malah berasal dari sumber dan Ibu Pendiri yang sama: Ibu Theresia Saelmaekers.

Beliau adalah Ibu Pendiri Kongregasi Peniten Rekolek Caritas Alles voor Allen di Kota Breda, Nederland.

Realita di atas telah membawa masing-masing Kongregasi itu kemudian hidup secara mandiri dan juga berkembang sendiri-sendiri di tanah misi Indonesia.

Namun, dalam rangka kembali ke semangat Ibu Pendiri, maka tanggal 13 Januari 2004 dan berlangsung di sela-sela rapat nasional IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia) di Bandungan, Kabupaten Semarang, Jateng, maka bertemulah empat Pemimpin Umum keempat Kongregasi Suster.

Mereka adalah Sr. M. Melani FCh, Sr. M. Zita SFS, Sr. M. Veronika Sinaga KSFL, dan Sr. M. Petra Siringo-ringo FSE. Empat pimpinan Kongregasi Suster ini lalu menyepakati untuk bersama-sama mendalami dan mempelajari sejarah dan spiritualitas Kongregasi.

Tujuannya adalah menemukan akar pemersatu atau unsur-unsur yang mempersatukan keempat Kongregasi tersebut.

Pertemuan pertama diselenggarakan di Pusat Pembinaan Umat (PPU) Santa Fidelis Parapat, Sumut. Berlangsung tanggal 13-17 Desember 2005 dan difasilitasi oleh:

  • Saudara Pastor Antonius Eddy Kristiyanto OFM sebagai ahli sejarah;
  • Saudara Pastor Paskalis Bruno Syukur OFM –saat itu menjabat Minister Provinsi OFM Santo Michael Provinsi Indonesia dan kini Uskup Keuskupan Bogor.

Pertemuan di Parapat, Sumut, menghasilkan kesepakatan bersama yaitu:

  1. Mendorong anggota aktif mendalami warisan rohani langsung ke sumbernya di Negeri Belanda.
  2. Kerjasama secara periodik antar Kongregasi seinduk.
  3. Masing-masing Kongregasi perlu menggiatkan komunitas-komunitasnya membuat catatan dalam bentuk kronik.
  4. Penyusunan necrologium dan dibacakan pada malam peringatan hari meninggalnya anggota.
  5. Pertemuan para formator untuk menyusun kesamaan persepsi tentang spiritualitas Pendiri.
  6. Menyusun buku sejarah yang memuat keempat Kongregasi.

Karya pelayanan para suster Kongregasi SFS saat ini menangani karya pendidikan formal sekolah, pembinaan asrama, pastoral, katekese, dan pendampigan kelompok kategorial.

Misi pelayanan pastoral lintas paroki yang dilakukan Sr. Andreani SFS di Kepulauan Mentawai, Keuskupan Padang, Sumbar. (Dok. SFS)
Sr. Andreani SFS bersama sejumlah relawan berani masuk kawasan pedalaman hanya dengan moda transportasi aliran sungai. (Dok. SFS)

Refleksi peneguhan pembaharuan kaul

Romo Tarcisius Puryatno Pr dalam homilinya menyampaikan peneguhan dari Kitab Nabi Yehezkiel. Ia bicara tentang kriteria menjadi religius yang baik dan hidup secara benar dengan senatiasa membaharui diri.

Kriteria orang baik terlihat dari sikap dan perkataan dan tindakannya.

  • Orang baik yang hidup selaras dan bermoral serta tidak bertentangan dengan kesepakatan bersama dalam hidup bersama.
  • Orang benar adalah orang yang melakukan keadilan dan kebaikan serta tanggap menghadapai tawaran “dewa dewi penggoda” masa kini di zaman modern dan perkembangan teknologi dengan alat-alat komunikasi canggih yang malah membuat orang suka menghabiskan waktunya dengan memelototi layar HP dan lupa berdoa dan berelasi dengan sesama.
Peneguhan rohani oleh dua imam yang memimpin Perayaan Ekaristi pembaruan kaul tiga suster yunior Kongregasi SFS yang kebetulan semuanya berasal dari Tanah Sumatera di Biara Pusat SFS di Sukabumi, Jabar, Sabtu tanggal 13 Agustus 2022. (Dok. SFS)

Para religius diharapkan mampu selalu setia dan hidup tertib menurut ketetapan Tuhan yang setia mendampingi.

Harapan kita semua adalah agar kian hari kian banyak calon datang ke Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) untuk menjadi anggotanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here