Paradigma Baru tentang Kasih

0
42 views
Kasihilah seperti Aku mengasihi kamu, by fll.cc/en/

Kamis, 12 September 2024

Luk: 6:27-36

MENCINTAI musuh memang sebuah ajaran yang sangat menantang, terutama ketika hati kita terluka oleh mereka.

Mencintai musuh, meskipun sulit, bisa menjadi cara untuk menyembuhkan luka hati kita. Kasih yang diberikan kepada mereka yang telah menyakiti kita adalah langkah menuju melepaskan kepahitan dan kemarahan, sehingga kita bisa menemukan kedamaian dalam hati kita sendiri.

Kasih yang kita tunjukkan kepada musuh bisa memiliki dampak positif yang mendalam. Tindakan kita bisa membuka jalan untuk rekonsiliasi, mengubah hubungan yang rusak, dan bahkan menginspirasi orang lain untuk mengikuti contoh kasih yang sama.

“Kalau saja saya tidak pernah berani mengetuk kamar temanku dan membicarakan masalah yang ada di antara kami, kami tidak akan pernah menjadi sahabat seperti saat ini,” kata seorang sahabat.

“Saya tahu sikap dia sejak pertama kali berjumpa sudah menunjukkan sikap kurang simpati padaku. Namun karena kami sama-sama orang baru, maka saya mencoba tetap memahaminya. Hingga suatu hari, ia menghina pekerjaanku di hadapan pimpinan dan orang banyak. Saya waktu itu mencoba menjelaskan, namun justru semakin saya terpojok.

Saya sangat sedih, kecewa dan marah, karena pekerjaanku cukup baik; meski ada kekurangannya, bahkan dibanding uang lain, aku tidak kalah dengan pekerjaan mereka.

Saya menyadari bahwa penolakan terhadap pekerjaan ku itu, karena tidak suka denganku bukan sekadar kualitas pekerjaanku. Maka saya beranikan diri mengetuk kamar sahabatku dan mencoba bicara dari hati ke hati dengannya.

Sejak saat itu, hubunganku menjadi lebih baik dan menyenangkan bahkan mengubah dia dalam memberi penilaian dan tanggapan. Yang biasanya sangat menyakitkan kini lebih memberi semangat untuk perbaikan,” tegasnya.

Kasih Tuhan tidak terbatas pada mereka yang baik atau yang mencintai-Nya. Dengan mencintai musuh, kita mencerminkan kasih Tuhan yang luas dan tidak terbatas, yang mencintai setiap orang tanpa memandang status atau tindakan mereka.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu. Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu… Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu?”

Perintah ini jauh melampaui batas-batas kasih manusiawi yang biasa. Dalam dunia yang sering kali menganut prinsip “mata ganti mata,” Yesus menyerukan sebuah perubahan radikal—kasih tanpa syarat, yang tidak membedakan antara teman dan musuh.

Apa artinya mengasihi musuh?

Ini berarti memberi kebaikan kepada mereka yang mungkin telah menyakiti kita, bukan karena mereka layak, tetapi karena kasih Kristus yang ada dalam diri kita.

Ini adalah panggilan untuk melawan kebencian dan balas dendam dengan kemurahan hati dan doa.

Yesus melanjutkan dengan menjelaskan bahwa kasih yang sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa jika hanya diberikan kepada orang yang memberi balasan.

“Jika kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apa pujianmu?”

Pertanyaan ini menunjukkan bahwa kasih Kristiani memerlukan lebih dari sekadar tindakan yang mudah; kasih ini adalah tentang mencerminkan sifat Tuhan yang penuh belas kasih.

Kita dipanggil untuk menjadi teladan kasih Tuhan yang sempurna—kasih yang tidak membedakan, yang memberi tanpa mengharapkan imbalan.

Dalam hal ini, kita tidak hanya menjadi pengikut Kristus, tetapi juga alat untuk menyebarluaskan kerajaan-Nya di bumi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here