Paradoks – Jalan Panjang Kebahagiaan

0
354 views
Ilustrasi (Ist)

Sabtu, 25 Juni 2022

  • Yes. 61:9-11.
  • Mzm: 1 Sam.2:1.4-5.6-7.
  • Luk. 2:41-51.

BANYAK orang yang kurang mampu bersikap tenang dan berpikir jernih pada saat muncul peristiwa yang mengagetkan mereka.

Kadang mereka sulit menguasai emosi, ketika mereka menghadapi peristiwa yang tiba-tiba berubah tidak sesuai dengan keinginan hati mereka.

Tidak sedikit orang pada situasi seperti itu lalu mengambil langkah-langkah yang emosional.

Suasana hati berubah, karena diwarnai oleh rasa kesal, marah, sedih; bahkan frustasi.

Kadang reaksi yang kurang tepat yang mereka lakukan malah memperkeruh situasi hingga menghalangi kehendak Allah terjadi pada diri mereka.

Hendaknya kita ini menyadari bahwa kehendak dan rencana Allah berbeda dengan kehendak dan rencana kita. Bagaikan langit dan bumi.

Kita belajar dari Yesus sendiri untuk lebih taat pada Allah daripada manusia.

Marilah kita meneladan Bunda Maria, ketika menghadapi peristiwa yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Mari menyimpannya di dalam hati, merenungkan dan berharap Allah akan membisikkan kehendak-Nya pada diri kita. Melalui hati kita.

Dalam sebuah kunjungan keluarga, saya mendengar kisah yang begitu pilu dari pasangan suami isteri yang telah lanjut usia.

Jika melihat kondisi rumahnya, mereka berdua adalah orang yang hidup berkecukupan. Rumahnya bagus, rapi dengan halaman yang cukup luas dengan aneka bunga yang terawat baik.

Namun tidak dapat disangkal dari raut wajahnya terlibat kegelisahan dan kesepian yang begitu dalam.

Di usia yang lanjut itu, mereka hidup berjauhan dengan anak-anaknya. Bahkan tidak jarang setelah bertahun-tahun baru bisa bertemu. Itu pun hanya untuk waktu yang singkat.

Anak-anak mereka tinggal di tempat yang jauh untuk bekerja dan hidup di sana.

Satu pihak, mereka sangat senang dan bahagia karena anak-anak punya hidup yang baik.

Namun juga ada kesedihan yang terasa menyelimuti hati mereka, karena anak-anak harus jauh dari mereka.

Kerinduan yang dibalut oleh rasa sepi itu membuatnya sering bertanya. Inikah ujung kehidupan yang mesti dijalaninya?

Tuhan telah mengabulkan doa-doanya supaya anak-anak berhasil dalam hidup dan karyanya. Namun ia tidak menyangka bahwa terkabulnya doa itu harus dibayar mahal oleh dirinya, melepaskan anak-anak dari pelukannya.

Jalan Tuhan itu indah, namun menuntut pengorbanan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian

“Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: ‘Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.’

Jawab-Nya kepada mereka: ‘Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?’

Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.”

Kebahagiaan dan keharmonisan di dalam keluarga merupakan impian dari setiap keluarga.

Berbagai cara dapat ditempuh untuk memperoleh kebahagiaan tersebut.

Salah satu hal yang dapat membawa kebahagiaan dalam keluarga yaitu kehadiran anak-anak.

Namun sayang bahwa ketika anak-anak beranjak dewasa, puncak kebahagiaan bergeser bukan apa yang orangtua impikan.

Namun kebahagiaan terletak ketika anak-anak bisa mewujudkan mimpi dan cita-cita meski untuk itu mereka harus pergi jauh.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa menangkap kehendak Allah, ketika aku harus menghadapi keterpisahan dengan orang-orang yang sebelumnya dekat di dalam hidupku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here