Pasca Mobil Romo KAS Terguling di Kopeng, Kini Tubuh Alami Lebam

0
565 views
Ilustrasi: Para imam Keuskupan Agung Semarang alami kecelakaan tunggal, mobil terbalik di Kopeng, Salatiga, Jateng. Kamis tanggal 21 April 2022. (Ist)

INI catatan refleksi penulis -Romo Sapta Margana- salah satu penumpang mobil yang dikendarai Romo Bono Pr dan mengalami kecelakaan tunggal di Kopeng, Salatiga, Jateng, hari Kamis siang (21 April 2022).

Mobil terguling sudah. Indah pada waktunya, karena semua selamat. Meski, sejumlah bagian di tubuh yang lemah ini, kami mulai merasakan “sakit” karena terjadi lebam-lebam. Njarem – istilah bahasa Jawa-nya.

Penulis ingin merajut kisah naas tersebut.

Intinya, manakala panjenengan beryukur dan berdoa, mohon berkenan sisipkan waktu doa  panjenengan semua. Guna menyisipkan lantunan puji syukur kami ini.

Karena, rahmat, dan kasih Allah itu sungguh nyata. Bagaimana bisa dikisahkan secara lengkap secara teoritis -menurut hukum ilmu fisika misalnya- mobil sampai “terbang” dan kemudian terbalik 90 derajat.

Kepala “nyungsep” ke bawah. Kaki “melayang-layang” di atas, tubuh kena benturan. Dan kami bisa keluar dari badan mobil, masih bisa tersenyum lebar. Masih hidup, meski Romo Hartosubono masih mengalami “trauma” fisik di bagian lehernya.

Peristiwa nahas ini terjadi pada hari Kamis (22/4/2022) sekitaran pukul 14.40 WIB. Mak gedubraaak… dan tiba-tiba saja mobil yang tengah tumpangi kami bertiga dari Yogyakarta menuju arah Semarang langsung terguling.

Spontan si sopir -Romo Romo Harto Subono Pr- langsung mengaduh kesakitan. Tak lama kemudian, penulis yang tidak  terluka sama sekali langsung bisa keluar dari kendaraan dan kemudian menghadang  orang lewat. Mencari bantuan.

Mengapa mencari? Karena insiden mobil menabrak gundukan pupuk kandang dan kemudian terguling atau peristiwa naas itu tidak ada (warga) lokal yang tahu. Kendaran-kendaraan lain masih berada jauh di belakang mobil yang kami tumpangi.

Maka aku naik ke jalan dan menghadang orang yang lewat dekat lokasi insiden mobil naas. Warga sekitar pun yang dekat lokasi -dan yang kebetulan lewat- kemudian datang membantu  aku menolong teman (si sopir) yang kesulitan keluar dari kendaraan karena terluka. 

Seorang bapak -pada  malam  harinya baru aku tahu nomor kontak telepon dan namanya: Pak  Widi Jatmiko- kemudian menawari bantuan membawa Romo Hartosubono yang sakit ke puskesmas terdekat. Aku sempat bertanya mengenai nama dan alamatnya. Dijawab bahwa ia  adalah warga yang tinggal dekat lokasi kecelakaan. Dan benar bahwa rumahnya memang di Dusun Sumberejo.

Pak Widi lalu membawa Romo Bono ke Puskesmas Pakis, namun ternyata tutup. Lalu ia datang  dan menghubungi aku lagi, bahwa Romo Bono akan dibawa ke Getasan. Berharap bahwa kemungkinan kantor masih buka. Aku pun setuju.

Setelah itu, bala bantuan lain pun -teman imam dari Paroki Ngablak- ikut datang pkl. 16.10. Secara cepat, ia langsung menggerakkan jemaat membantu cari mobil derek dan sebagainya.

Evakuasi mobil sudah berhasil terselesaikan pkl. 17.26. Bagaimana urusan biaya evakuasi mobil? Derek –dan ambulans- semua perkara ini aku serahkan kepada Romo Koko Wahyupuji.

Kabeh urusan lan wragade, wis mangsaborongo,” begitu harapanku.

Agaknya karena jauh dari kantor polisi, aparat kepolisian sampai kelupaan tidak diberi  informasi. Semua kemudian terselesaikan dan di lokasi kembali normal seperti tidak terjadi apa-apa.

Esok paginya, 22 April 2022, dua petugas dari Lantas Polres Magelang datang menemui aku  di Ngablak, minta data dan keterangan sebagai laporan kejadian.

Memetik bulir kebijaksanaan hidup

Dalam hidup bersama, terlebih di Indonesia, kita mengenal BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Nah, penjamin sosial yang selalu siap dalam hidup kita adalah para warga yang siap memberi bantuan dan pertolongan.

Terus lembaga BPJS tidak berfungsi?

Lembaga ini bergerak di ranah dan wilayah berbeda. Mestinya Asuransi Jasa Raharja pun  pada saatnya juga bisa membantu, karena semua warga korban kecelakaan lalu-lintas mendapat santunan.

Esok paginya, Pak Widi aku kontak. Untuk dimintai alamat rumah. Mereka berdomisili di Dusun Sumberejo, Pakis. Sedianya, kami bertiga- Romo Sapta, Romo Bowo, dan penulis- akan diantar dua orang ibu dari Ngablak hendak menemui dan mengucapkan terimakasih kepadanya. Karena Pak Widi dan isteri sejak pagi hari sudah pergi kerja, bingkisan ucapan terimakasih kemudian diserahkan kepada pengasuh dua anak kecil -keduanya anak Pak Widi.

Jadi, penjamin sosial sejati yang sudah ada  adalah hidup warga yang saling membantu; yang bergotongroyong. Sebetulnya, selain bantuan tenaga dan finansial tersebut di atas, ada  bantuan lain: doa. Yang kalau diceritakan akan lebih panjang lagi.

Romo Bowo membuat video-nya, ketika aku secara  singkat menyinggung soal ini.

Sembah nuwun, para  korban nahas sampun dipun cengkuyung srana beya, tenaga lan donga. Berkah Dalem.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here