Paskahan Para Imam di Lembah Balim, Wamena, Papua: Ke Stasi Harus Charter Pesawat Seharga Rp 12 Juta pp (7)

0
388 views
Merayakan Paskahan bersama para imam yang selama Pekan Suci melaksanakan layanan pastoral di Dekenat Wamena, Keuskupan Jayapura, Papua. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr/Keuskupan Bandung)

SUNGGUH tak terasa saya sudah satu pekan lamanya berada di Lembah Balim Wamena, Papua. Wamena dapat ditempuh dengan pesawat selama hanya 30 menit.

Bila jalan darat lewat Trans Papua, paling tidak butuh waktu perjalanan selama dua hari. Sekarang, malahan lebih lama karena ada jalan rusak berlumpur yang sulit dilewati.

Harga semen di Wamena Rp 500 ribu

Akibatnya, harga-harga barang di Wamena akhirnya jadi mahal karena harus diangkut pesawat atau jalan darat selama berhari-hari.

  • Harga satu zak semen yang di Jawa Rp 50 ribu;
  • Harga di Jayapura 90 ribu;
  • Harga melonjak di Wamena bisa sampai Rp 500 ribu;
  • Hahkan di pelosok bisa sampai Rp 1 juta rupiah.

Dekenat Pegunungan Tengah adalah salah satu dari empat dekenat Keuskupan Jayapura; selain Dekenat Jayapura, Dekenat Keerom, dan Dekenat Pegunungan Bintang.

Romo Dekenat Pegunungan Tengah, Wamena, Papua: Romo Basa Hopon Tukan asal Adonara, Flores.

Romo Deken adalah Romo Korneles Basa Hopon Tukan asal Adonara; seorang imam diosesan Keuskupan Jayapura.

Dekenat Pegunungan Tengah memiliki sembilan paroki yaitu Wamena, Hepuba, Pikhe, Pugima, Elagaima, Kimbin, Welesi, Jiwika, dan Musatfak dengan total 34 ribu umat Katolik.

Jumlah umat tiap paroki sekitar 3-4 ribu jiwa.

27 km menuju Paroki Kimbim

Jarak pusat paroki ke Wamena yang terjauh adalah Kimbim yaitu 27 km. Jarak Hepuba ke Wamena hanya 4 km.

Semua pusat paroki cukup dekat dan mudah dijangkau dari Wamena dengan jalan mobil yang cukup bagus kondisi aspalnya.

Naik pesawat charter Rp 12 juta pp

Hanya saja jarak pusat paroki ke stasi atau kapela cukup jauh. Misalnya Stasi Samenage dari Paroki Hepuba harus dicapai Romo Yohanes Anis dengan menggunakan pesawat charter seharga 12 juta pulang pergi. Kalau jalan kaki 4-5 hari, itu pun kalau dilakukan oleh orang lokal.

Pesawat AMA (Associated Mission Aviation) jenis Pilatus berhasil tiba mendarat di ‘lapangan terbang seadanya’ beralasankan rumput dan sandaran baja di pedalaman Bandara Ewer. Pesawat capung tipe Pilatus buatan Swiss milik Associated Mission Aviation mendarat di Bandara Ewer tanggal 18 Juni 2013. (Mathias Hariyadi)

Kolekte sebulan hanya Rp 1 juta

Kolekte mingguan di Lembah Balim tidak besar. Misalnya di Paroki Hepuba kolekte mingguan antara 100-300 ribu. Kolekte sebulan antara 800 ribu sd 1 juta sebulan.

Jadi pasti tidak cukup untuk biaya operasional paroki.

Romo paroki diberi uang saku bulanan sekitar Rp 3 juta dari keuskupan untuk biaya hidup romo selama sebulan.

Dengan harga bensin dan solar Rp 20 ribu per liter, maka para romo harus hemat atau berjuang untuk cari dana dengan cara kreatif.

Romo Jumper Manik OFM Cap dari Paroki Kimbim dan Romo Petrus Hamsi dari Paroki Pugima misalnya mencari tambahan dengan cara memelihara ikan, ayam, dan babi agar bisa membiayai operasional paroki atau bahkan utk renovasi bangunan gereja.

Ilustrasi: Kolekte dalam sebuah misa bersama Mgr. Aloysius Murwito OFM di Stasi Sagare, tujuh jam perjalanan naik speedboat dari Asmat. (Mathias Hariyadi)

Merayakan Paskah

Tanggal 9 April 2023 malam, Romo Korneles mengundang semua imam yang melayani di berbagai paroki Dekenat Pegunungan Tengah untuk datang ke “pusat”. Sekedar makan bersama dan syering pengalaman melayani Pekan Suci di Lembah Balim.

Jumlah umat yang hadir paling banyak di Wamena dan Pikhe. Di kedua tempat tersebut seluruh perayaan -sejak Minggu Palma sampai Minggu Paskah- umumnya tepat waktu.

Di paroki lain umumnya terlambat sekitar 60-90 menit dari jadwal yang ditetapkan. Di semua paroki, stasi, dan kapela, misa hanya satu kali saja.

Searah jarum jam: Romo Korneles Basa Hopon Tukan, Romo Jumper Manik OFMCap, Romo Gokmento Sitinjak OFMCap, dan Romo Yeremias Lado OFM. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr/Keuskupan Bandung)
Merayakan Paskah bersama para imam yang melakukan reksa pastoral selama Pekan Suci di Wamena dan sekitarnya. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr/Keuskupan Bandung)

Pastor paroki umumnya pergi ke stasi yang jauh sedangkan pusat paroki dilayani imam tamu. Saya misalnya melayani di Hepuba, sedangkan Romo Yohanes Anis terbang ke Semanage.

Malam itu di rumah dekenat juga hadir Romo Jumper Manik OFMCap asal Simalungun Pematang Siantar sebagai Pastor Paroki Kimbim dan Romo Gokmento Sitinjak OFMCap asal Samosir sebagai Pastor Paroki Elagaima.

Keduanya imam OFM Kapusin ini dididik di Seminari Tinggi Pematang Siantar di Sumut; kini mereka berkarya menjadi misionaris domestik di Keuskupan Jayapura.

Yang unik adalah Romo Jumper Manik OFMCap yang rajin memelihara ikan, ayam, dan babi utk membiayai karya pastoralnya.

Juga hadir Romo Yeremias Lado OFM asal Bajawa di Flores yang bertugas sebagai Pastor Paroki Pikhe.

Selama Pekan Suci, ia dibantu Romo Goris Atuwea OFM asal Bajawa yang tugasnya di Biara Antonius dan Rumah Retret OFM di Jayapura. Juga dibantu oleh Diakon Wandi Fajar OFM asal Toraja yang tugasnya di Paroki Tajalere Jayapura.

Searah jarum jam: Romo Damianus Uropmabin, Romo Barto Oyan, Romo Paul Tan, dan Romo Kelly Sondegau. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr/Keuskupan Bandung)
Searah jarum jam: Romo Goris Atuwea OFM, Diakon Wandi Raya OFM, Romo Modestus Teniwut, dan Romo Petrus Hamsi. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr/Keuskupan Bandung)

Para OFM dari Papua kuliah filsafat dan teologi di STFT Fajar Timur Abepura.

Juga hadir Romo Petrus Hamsi asal Manggarai, Flores, yang bertugas sebagai Pastor Paroki Pugima. Seperti Romo Jumper Manik OFMCap, Romo Petrus Hamsi yang imam diosesan Keuskupan Jayapura juga rajin memelihara ikan, ayam, dan babi untuk mendukung karya pastoralnya.

Hadir juga Romo Damianus Uropmabin asal Oksibil Pegunungan Bintang yang menjadi Pastor Paroki Musatfak, Romo Modestus Teniwut asal Kei Kecil (Maluku Tenggara) sebagai Pastor Paroki Jiwika, dan Romo Barto Oyan asal Larantuka sebagai Pastor Paroki Wamena.

Mereka semuanya imam diosesan Keuskupan Jayapura yang dididik di STFT Fajar Timur di Abepura.

Selama Pekan Suci para imam dari Jayapura yang melakukan asistensi pastoral di Lembah Balim ada Romo Kelly Sondegau dan Romo Paul Tan; keduanya bertugas di STPK Jayapura.

Lalu, masih ada Romo Robby Hodo asal Larantuka yang bertugas di Seminari Menengah di Jayapura.

Romo Kelly dan Romo Robby adalah imam diosesan Keuskupan Jayapura. Romo Paul Tan adalah romo diosesan Keuskupan Manokwari-Sorong yang lima tahun terakhir bertugas di Jayapura. Saat ini, ia memimpin Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik di Jayapura.

Romo Kelly Sondegau pernah studi di program magister teologi di Unpar Bandung dan menjadi mahasiswa saya.

Romo Paul Tan juga pernah studi di Fakultas Filsafat Unpar di Bandung, namun menyelesaikan studi teologi di STFT Fajar Timur dan bahkan pernah menjadi dosen STFT Fajar Timur.

Saya merupakan satu satunya imam dari luar Papua yang selama Trihari Suci telah ikut melayani umat Paroki Hepuba.

Romo Robby Hodo asal Larantuka di Flores yang kini bertugas di Seminari Menengah Jayapura, Papua.

38 imam di Keuskupan Jayapura

Malam itu ada berbagai kisah menarik selama Pekan Suci yang disyeringkan dalam suasana persaudaraan yang menggembirakan.

Sebagian besar adalah imam bukan orang asli Papua yang menjadi misionaris domestik di Papua.

Hanya Romo Kelly Sondegau asal Intanjaya dan Romo Damianus Uropmabin asal Oksibil Pegunungan Bintang yang benar-benar boleh dibilang “putera daerah” asli Papua.

Dari 38 imam diosesan Keuskupan Jayapura sebagian besar terutama imam muda adalah imam asli Papua.

Yang lain berasal dari NTT atau Jawa yang sudah memutuskan mengabdi seumur hidup di Papua. Karena mencintai Papua dan umat Papua.

Saat ini, jumlah total imam diosesan dari lima keuskupan yaitu Jayapura, Timika, Merauke, Sorong, dan Agats sudah melampaui angka 200 imam diosesan.

Tiap tahun selalu ada tahbisan imam baru di Papua; baik yang asli “putera daerah” Papua, mereka yang hanya numpang kelahiran Papua, atau pendatang dari luar Papua.

Pemandangan Kota Wamena dari posisi ketinggian sebuah kawasan perbukitan. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr/Keuskupan Bandung)

Semua imam cinta Papua dan masyarakat Papua

Yang saya rasakan malam itu adalah entah asli Papua entah kelahiran Papua entah pendatang semuanya dengan sadar memilih melayani umat Papua.

Mereka semuanya entah imam diosesan Keuskupan Jayapura, entah OFM atau OFMCap tampak mencintai Papua dan melayani umat Papua dengan gembira.

Menjadi imam di Pulau Jawa atau kota-kota besar barangkali lebih didukung kondisi keuangan dan fasilitas yang lebih memadai. Namun, para imam yang saya temui memilih melayani Papua dengan segala dinamikanya.

Selama sepekan lamanya saya telah berada di Lembah Balim. Saya tidak merasa lelah. Saya malahan merasa gembira; jugalebih sehat meski lebih banyak makan ubi, keladi dan sayur serta mandi di sungai.

Di tiap paroki tentu saja ada kamar mandi. Namun saya memilih mandi di sungai karena ingin menikmati alam yang indah bersih dan air yang jernih menyegarkan.

Gereja Kristus Raja Wamena yang dipimpin Romo Barto Oyan asal Larantuka, Florres, yang kini menjadi Pastor Paroki.

Ungkapan terimakasih

Kalau siang udaranya mirip Bandung. Kalau malam memang lebih dingin yaitu sekitar 17-18C.

Terima kasih kepada Mgr. Yanuarius Matopai You yang mengizinkan saya boleh melayani Pekan Suci di Wamena.

Terima kasih kepada Mgr. Paskalis Bruno yang masih mencintai Papua dan menyarankan saya ke Paroki Hepuba. Mgr. Paskalis Bruno yang sekarang Uskup Bogor pernah tahun pastoral di Hepuba dan sebagai provinsial OFM sering berkunjung ke berbagai paroki di Keuskupan Jayapura.

Terima kasih juga kepada Sr. Modesta FSGM ekonom Keuskupan Jayapura, Romo Korneles Basa Hopon Tukan sebagai romo Deken Wamena yang mengatur tempat asistensi imam imam yang mau membantu paroki di Dekenat Pegunungan Tengah.

Terima kasih utk para suster FSGM dan SJMJ serta umat Katolik khususnya di Paroki Hepuba.

Pengalaman selama di Papua mengantar saya untuk lebih memahami dan mencintai Papua.

9 April 2023 dari Paroki Hepuba, Wamena, Papua

Romo Ferry SW Pr

Baca juga: Malam Paskah di Hepuba, Wamena, Papua: Empat Ciri “Manusia Paskah” (6)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here