Pastor Pedalaman Kaltim di Hari Minggu: Kisah Pastoral Liem Tjay (2)

0
445 views
Berkat Perayaan Ekaristi meski hanya sekali saja dalam sebulan, seorang pastor di pedalaman Penajam di Keuskupan Agung Samarinda di Kaltim bisa merasakan aura kuat semangat persatuan dan ikatan persaudaraan. (Dok. Liem Tjay)

Perjumpaan dengan umatnya sudah berlalu

Liem tjay segera berangkat lagi turne ke stasi lainya yang jaraknya masih 52 km. Tanpa istirahat, ia mengendarai motor tril-nya. Hujan pun turun. Kena angin, kena hujan kedinginan, itulah risiko dengan sepeda motor.

Ia tetap jalan agar tidak terlambat ke stasi di mana umat sudah rindu menunggu Ekaristi sebulan sekali

Setelah misa di Stasi Sotek, ia pulang larut malam. Di tengah dinginnya malam, ia menembus kegelapaan malam dengan membawa kesan mendalam yaitu perjumpaan dengan umatnya dalam ekaristi.

Tiba di Pastoran Penajam, angsa-angsa, anjing, kucing langsung menyambutnya dengan penuh ramah, sambil berseru: ”Selamat datang, mana oleh olehnya?”

Dia kembali ke rumahnya, bangunan kayu papan berukuran 6×6 m. Sendirian. Sepi. Sunyi. Hening. Dia kembali membereskan rumahnya, cucian pakaian yang menumpuk, kotoran kucing di dapur pastoran, dan mie rebus basi yang tidak sempat dimakannya sebagai sarapan pagi. 

Laporan jurnal harian

Liem Tjay merenung sejenak untuk melihat kembali jurnal perjalanan hidupnya sebagai imam di hari Minggu , dia menggoreskan catatan pada hidupnya: ”Imam dengan segala suka dukanya.”

  • Liem Tjay sadar dirinya yang sudah ditahbiskan sebagai imam tidak memberikan contoh yang baik kepada umatnya. ”Beginilah diriku  masih manusia biasa yang tidak lepas dari kelemahan, emosi dan dosa,” ungkap Liem Tjay dalam hati.
  • Liem Tjay ingat letika Yesus memanggil dan memilih  para Rasul; ternyata mereka adalah manusia biasa, sederhana. Apakah semua rasul-Nya setia? Tidak, karena Yudas terbukti menghianati Yesus.
  • Rasa syukur keluar dari hati Liem Tjay: ”Ada dua bungkus rokok, ada sayur, ada beras 5 kg, ada kolekte Rp 12.500, tadi bensin Rp 15.000; hari ini tekor rp 2.500. Terimakasih Tuhan, ini persembahan kasih dari umat yang sederhana.”
  • Liem Tjay terhibur dan merasa terangkat kembali untuk bersemangat. Mengapa? Karena ada banyak imam misionaris yang hidupnya tulus dan sungguh menjadi cerminan kasih Kristus. Mereka adalah tanda kehadiran Kristus yang menyertai Gereja-Nya dan pengorbanan mereka sungguh menjadi teladan bagi Liem Tjay untuk juga mau berkorban dan menyerahkan diri kepada sesama.

Dia menutup buku harian kehidupan dengan menghabiskan satu batang rokok Surya 16. Lalu Liem Tjay menghamparkan tikar di depan TV.

Ia berbaring tiduran santai mendengarkan berita dunia. Baru beberapa menit, TV pun “menonton” dan gantian mendengarkan suara mendekur Liem Tjay yang terlelap dalam keheningan malam.

Inilah satu hari bersama Liem Tjay

Inilah salah satu profil kehidupan seorang pastor bernama Liem Tjay; dari pagi sampai malam pada hari Minggu.

Kehadiran Pastor membawa suasana sendiri bagi umatnya yang beraneka ragam. Perjumpaan demi perjumpaan, peristiwa demi peristiwa dilaluinya sehari dengan begitu cepat.

Tidak terasa 24 jam sudah habis terlewati.

Ia membawa perannya sebagai gembala, imam, guru, pembimbing, sahabat, di tengah-tengah umatnya dalam pelayanan ekaristi.

Umat stasi pedalaman di Paroki Penajam, Keuskupan Agung Samarinda di Kaltim sudah bersiap diri mau mengikuti Perayaan Ekaristi. (Dok. Liem Tjay)

Ekaristi jadi sumber kekuatan

Ada kekuatan apa di balik kehadirannya? Apa yang dapat kita pelajari dari kisah Pastor Liem Tjay ini?

Ekaristi adalah perekat yang dalam dan kuat dengan Yesus Kristus Sang Imam Agung

Di mana letak perekatnya dengan Yesus Imam Agung?

  • Membawa sisi terang dan gelap dalam kegiatan pastoral.
  • Satu dengan Yesus Imam Agung yang mengalirkan rahmat.
  • Nama Kristus diserukan oleh imam yang mengadakan perayaan dalam pribadi Kristus.
  • Dalam Doa Syukur Agung (DSA), imam menyerukan kuasa Roh Kudus atas roti dan anggur, mengucapkan kata-kata Yesus dan mengaktualkan misteri Tubuh dan Darah Kristus
  • Bersatu dengan Paus, Uskup, rekan imam dalam DSA: persekutuan hirarki.
  • Perantara umat dengan Tuhan.
  • Pembawa doa-doa umat, seluruh keprihatinan, kebahagiaan umat
  • Hidupnya terbagi bagi orang lain: menyebarkan aroma rahmat.
Imam dan Perayaan Ekaristi. (Dok. Liem Tjay)

Ekaristi adalah:

  • kenangan sakramental akan peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus;
  • representasi yang sejati dan efektif kurban penebusan yang tunggal;
  • sumber dan puncak hidup kristiani dalam seluruh evangelisasi;
  • merupakan awal, upaya dan tujuan pelayanan imam, sebab “Semua pelayanan gerejawi dan karya kerasulan berkaitan dengan Ekaristi dan terarahkan kepadanya.”

Imam ditahbiskan untuk melestarikan kurban kudus.

Demikianlah dengan cara yang paling jelas ia menampilkan jati dirinya.

Memang ada hubungan erat sekali antara Ekaristi sebagai pusat, cinta kasih pastoral, dan kesatuan hidup imam.

Dalam hubungan itu imam menemukan isyarat-isyarat yang menentukan bagi jalan menuju kekudusan, memang untuk itu ia menerima panggilan khusus. (Direktorium Tentang Pelayanan dan Hidup Para Imam no 48)

Melihat kembali catatan retret yang pernah Liem Tjay bawakan kepada para imam  praja Unio Keuskupan Agung Samarinda, Liem Tjay sangat bersyukur dan bangga.

Para imam diosesan ([praja) Keuskupan Agung Samarinda di Kaltim adalah para misionaris lokal yangg memperkuat keuskupan (Dok. Liem Tjay)

Mengapa?

Tuhan memberikan kesempatan dan saat yang indah bersahabat, bersaudara dengan teman teman misionaris lokal Keuskupan Agung Samarinda (para imam diosesan) yang memiliki komitmen tinggi terhadap pelayanan masyarakat dan umat pedalaman Kaltim.

Persaudaraan dan kepercayaan sebagai pendamping retret ini juga meneguhkan Liem Tjay untuk menghayati Litani St. Eugenius de Mazenod OMI: ”Santo Eugenius penyemangat imam diosesan, doakan kami.”

Tepian Sungai Serayu

Banyumas, 17 Februari 2021 – Nico Belawing

(Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here