Pastor Sok Kuasa, Hanya karena Lebih Senior

0
420 views
Ilustrasi: Kekuasaan dan kritik politik by Ist

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Sabtu, 26 Maret 2022.

Tema: Jastifikasi Allah.

Bacaan.

  • Hos. 6; 1-6.
  • Lk. 18; 9-14.

SEBUAH percakapan antara senior dan junior diteruskan kepadaku. Sebuah pengakuan dari seseorang yang merasa tidak dihargai.

Ia minta peneguhan dan nasihat bagaimana menghadapi hari-hari selanjutnya.

Tidak gampang tinggal bersama.

Ia sudah mencoba memberi yang terbaik. Bahkan informasi apa pun yang ia terima terkait dengan kegiatan dan seniornya  sudah di-sounding. Tapi selalu tidak ada reaksi. Tapi kalau tidak disampaikan ia akan bersikap berbeda dan curiga.

Hal inilah yang sering menjadi perbedaan sikap bahkan pendapat yang mempengaruhi kehidupan keseharian.

“Mas aku mau syering.”

“Silakan aja Dik, kalau engkau percaya dan itu meringankan beban hatimu.”

“Saya itu tidak habis berpikir Mas tentang sikap pimpinan saya pada awal saya telah berkata kepadanya apa yang harus diperhatikan supaya pelayanan semakin menyenangkan.

Dengan wajah seperti bijaksana dan mengerti ia berkata, “Lakukan saja apa yang harus dilakukan. Layanilah dengan gembira tanpa membeda-bedakan kaya atau miskin.”

Saya kagum dengan semangatnya.

Suatu ketika setelah makan malam bersama, Biasanya kami nonton TV bersama dan ketika itu ada pertandingan sepak bola dari siaran luar negeri.

Saya bersama dia dan satu orang yunior nonton bersama sambil menikmati minuman yang hangat dan cemilan

Sekitar pukul 21.00 malam ada orang yang mengetuk pintu. Karena saya yang terdekat dengan pintu ke ruang tamu, maka saya beranjak dan saya melihat ada umat yang dengan wajah yang kacau mengatakan, ‘Romo mohon minta minyak suci. Isteri saya sakit serius dan dibawa di rumah sakit.’

Baik kami koordinasikan dulu ya dengan pimpinan. Silakan masuk dan duduklah sebentar.

Saya pun kembali ke ruang rekreasi dan mengantarkan kepada pimpinan, ‘Pastor ada orang yang minta Minyak Suci bagaimana?’

Beliau memang lebih senang dipanggil pastor daripada romo.

‘Kamu tahu saya lagi nonton TV. Dan ini jam istirahat. Jam rekreasi kita. Besok saja. Suruh kembali. Tinggalkan nama dan di ruang apa. Besok akan dilayani.’

Baiklah. Tapi kesannya agak darurat pastor.

‘Dengarkan yang saya bilang? Umat harus dilatih tahu waktu. Saya pastor paroki di sini,’ katanya tegas agak keras dan terkesan tidak senang.

Bagaimana kalau saya layani sebentar?

Beliau diam, sambil melihat TV tanpa kedip tapi raut wajahnya terkesan tidak bersahabat.

“Lalu apa tindakanmu dalam situasi yang agak sulit itu?”

“Ada dilema mas. Bagaimana juga dia pimpinan yang lebih lama dari saya. Memang orangnya tegas, tepat janji bila melayani. Tetapi dia agak kaku juga. Tidak suka kalau jam rekreasi, jam makan atau jam privat baginya diganggu.

Sementara saya kan orang baru yang belum mengerti banyak. Tetapi saya pernah diajari dan saya mencoba melakukan, ‘Terhadap pelayanan Sakramen Perminyakan tidak ada alasan ditunda. Penundaan tidak dibenarkan.”

Ketika itu, Mas saya sadar untuk apa saya di sini. Maka tanpa banyak pertimbangan saya langsung masuk kamar, memakai jubah dan berangkat. Saya bilang kepada pastor itu, ‘Pastor, maaf saya akan melayani sekarang. Sakitnya gawat kata keluarganya. Mereka menunggu di luar.’

Dia pun bergeming sedikitpun. Tidak menoleh bahkan malah melirik saya.

Saya amati tiga hari kemudian beliau lebih banyak diam. Bila makan bersama pun, dia diam seakan-akan tidak mau bicara sedikitpun. Saya dan yunior merasa begitu. Kami pun diam.

“Lalu masalahnya di mana? Dan apa yang terjadi di kemudian hari?”

Beberapa hari kemudian ia berkata, ‘Saya lebih tua dari kamu. Saya yang memutuskan. Kamu ingin mempermalukan saya? Kamu ingin cari muka dan membuat kesan jelek tentang saya?’

Saya diam saja. Butuh waktu lebih lama Mas untuk mencairkan suasana.

Nabi Hosea mewartakan, “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Iya menyukai Kasih setia dan bukan kurban sembelihan dan menyukai pengenalan akan Allah lebih dari pada kurban kurban bakaran.” ay 3a, 6.

Tuhan, mampukan aku menemukan diri-Mu dalam diri orang yang sakit, menderita dan tak mampu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here