Paus Sahkan Perubahan Teks Doa “Bapa Kami” dan “Kemuliaan”

7
8,870 views
Perempuan berdoa (Ilustrasi/Ist)

PADA tanggal 22 Mei 2019 dan selama pertemuan Konferensi Para Uskup Italia, Ketua Presidium Konferensi Waligereja Italia Kardinal Gualtiero Bassetti telah mengumumkan persetujuan perbaikan terjemahan edisi ketiga TPE untuk Italia; termasuk perubahan terjemahan pada doa Bapa Kami dan Kemuliaan.

Yang berubah dalam doa Bapa Kami adalah sebagai berikut:

“dan jangan masukan kami ke dalam pencobaan” berubah menjadi “jangan biarkan kami jatuh kedalam pencobaan”.

Yang berubah dalam Doa Kemuliaan adalah mulai dari “Damai dibumi bagi orang-orang yang berkehendak baik” menjadi “Damai di bumi bagi orang-orang yang dikasihi Allah”.

Perbaikan pada TPE Italia adalah usaha selama 16 tahun dengan tujuan untuk “berkontribusi pada pembaruan komunitas gerejawi setelah reformasi liturgis.”

“Para uskup dan para ahli bekerja untuk memperbaiki teks dari sudut pandang teologis, pastoral, dan gaya, serta memperbaiki penyajian TPE.”

Perbaikan ini telah mendapatkan konfirmasi dari Kongregasi Suci Urusan Ibadat dan Sakramen yang merupakan pengakuan atas keputusan yang dibuat oleh Konferensi Para Uskup.

Dalam beberapa bulan mendatang, Edisi ke-3 dari TPE (Misale Romanum) akan dicetak dan tersedia untuk digunakan.

7 COMMENTS

  1. Yth. KomLit KWI atau yang berwenang tentang Liturgi.
    Berkah Dalem.
    Mohon info apakah pembaruan TPE Misale Romanum (edisi ke-3) juga berarti akan ada pembaruan PUMR?
    Bila ya mohon sekalian ditinjau kembali ketepatan terjemahan dalam bahasa Indonesia sehingga tidak menimbulkan multitafsir terhadap meksud teks aslinya.
    Dalam PUMR terbitan 2002 ada beberapa terjemahan yang kurang pas. Yang sudah saya pelajari adalah pada Art. 277 tentang pendupaan. Istilah “Tribus ductibus” dalam IGMR yang mestinya berarti “tiga kali dua ayunan” (seperti terlihat dalam praktek liturgi pada misa di Vatican) namun dalam PUMR diterjemahkan menjadi “diayunkan tiga kali”. Hal ini menimbulkan perbedaan pendapat dalam pelaksanaan pendupaan di banyak paroki. Demikian pula dengan istilah “duobus ductibus”.
    Art. 277 ini mungkin hanya salah satu hal saja barangkali masih ada artikel-artikel lain yang terjemahan Indonesianya kurang pas. Mohon ditinjau ulang secara keseluruhan. Harapan kami Liturgi Gereja Katolik semakin baik dan dihayati sehingga semakin membantu umat dalam peribadatan.
    Terima kasih. Berkah Dalem.

    [Yohanes Yudi Hartono- Paroki St. Paulus -Kleca Surakarta -pemerhati Liturgi]

  2. Masih kurang jelas. Itu yg direvisi adalah terjemahan dalam Bahasa Italia atau Bahasa Latin? Mudah2an dlm wkt gak lama kita bisa dpt versi resmi bahasa Latinnya. Klo mau aman,sebenarnya umat bisa diarahkan utk mendoakan doa Bapa Kami dan doa2 dasar lain dlm versi Bahasa Latin,biar gak menimbulkan salah tafsir.

  3. Sebaiknya Doa Bapa Kami dirubah menjadi Doa Tuhan Yesus. Kata Bapa kami pada doa Bapa kami diganti dengan kata Tuhan Yesus. Terimakasih.

  4. Salam Damai untuk kita. Saya menduga bahwa penterjemahan Teks Doa-Doa dari Bahasa Indonesia ke berbagai bahasa Daerah di Indonesia juga perlu dilakukan penyempurnaan. Karena banyak kata yang penterjemahannya tidak sesuai dari beberapa sisi. Salah satu contoh kalimat kedua Doa Bapa Kami: “Dimuliakanlah namaMu” diterjemahkan ke dalam bahasa daerah saya yaitu Bahasa Mee di Papua dengan kalimat “Aki Eka Santa Kateiketiyaatei” di mana jika diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Indonesia maka memiliki arti : “Semoga mereka menyebut namaMu Santa.” Di sini terlihat Allah dan Santa itu sederajat.
    Saya merasa kekeliruan dalam penterjemahan serupa juga terjadi dalam bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia sebagai akibat minimnya pemahaman bahasa dan tata Bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dimiliki oleh penulis dan penterjemah teks-teks Doa tersebut. Indikator untuk saya katakan demikian adalah penterjemahan Teks-teks Doa itu berlangsung sekitar tahun 1970an sampai 1980an. di mana saat itu orang dari suku saya yang mampu berbicara bahasa Indonesia (walau tidak lancar – apalagi memahami tata bahasa) bisa dihitung dengan jari dan para katakis tua (yang kini sudah menjadi almarhum) di kampung-kampung yang rata-rata belum tamat SD itu menjadi narasumber dalam penterjemahan.

    Untuk itu saya berharap kepada KWI untuk bisa mengelurkan satu ultimatum untuk merevisi atau menyempurnakan teks-teks Doa dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia. KWI tidak boleh membiarkan tradisi “Niat Doa lain dan beda kata-kata permohonan yang diucapkan para umat sesuai teks yang ada. Mungkinkah selama ini Tuhan Allah tidak terima permohonan umat dalam Doa berbahasa daerah hanya karena kata-kata dalam doa beda dengan permohonannya?” Entahlah!

    Sekian dan terima kasih

  5. apapun terjemahannya yg berdoa sungguh komunikasi dgn Allah…saya kira baik aja…bukankah Allah sungguh mengetahui hati manusia?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here