Pedalaman Nanga Mahap, Sekadau, Kalbar: Remaja Cilik Jadi Solusi Penolong di Jalan Becek Berkubang Lumpur

0
480 views
Jalan becek dan licin penuh kubangan bubur lumpur. (Sr. Ludovika OSA)

TERKADANG peristiwa hidup yang di alami setiap hari mampu mendewasakan pribadi  orang. Dewasa dalam hidup bukan berarti terlepas dari permasalahan. Dewasa bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan berpikir jernih dalam menghadapi situasi sulit sekali pun.

Sebagai orang muda berpikir positif menjauhkan pikiran negatif dalam pikiran sangat sulit, terlebih saat masalah datang silih berganti. Namun ada hal yang selalu tetap di pegang dalam hidup semua akan berlalu.

Hari ini menjadi pelajaran untuk hari esok. Semuanya indah pada waktunya. Ini selalu menjadi pegangan hidupku, ketika melewati badai kehidupan.

Yakin dan percaya Tuhan senantiasa menyertai orang yang sudah dipilih-Nya.

Dua anak remaja baik hati dengan inisiatif menguruk jalan. (Sr. Ludovika OSA)

Menolong sesama

Perjalanan  hari itu yang kulalui menjadi satu pengalaman yang tak bisa kulupakan. Saya bersama seorang guru pergi mengantar printer yang hari itu rusak dan perlu diservis. Karena kondisi jalan sedang diperbaiki, maka kami putuskan akan melewati jalan pintas.

Jalan pintas penuh dengan tanah kuning. Kondisi jalan waktu itu licin, dikarenakan musim hujan. Tak jarang, saya yang dibonceng sambil mengendong printer minta berhenti sejenak. Minta sama bu guru sang pembonceng agar saya boleh istirahat. Tangan pegal-pegal sembari membawa printer dalam posisi membonceng sepeda motor.

Pasutri kecelakaan

Lalu sampailah kami di jalan yang lumayan rusak. Di situ kami melihat ada orang sedang berkumpul di jalan yang hendak kami lalui. Maka kami pun ikut berhenti dan bertanya.

“Ada apa Bu?,” tanya saya.

 “Saya dan suami saya baru saja jatuh di bawah sana Sus,” jawab ibu itu sembari menujuk ke arah lokasi kejadian.

“Apa yang dibawa sehingga sampai jatuh?,” tanya saya dipenuhi rasa ingin tahu.

“Ada bawaan buah kengkol satu karung Sus. Terus kondisi jalannya motor kurang seimbang, sehingga membuat kami jatuh di bawah ini,” sahut sang ibu dengan wajah sedih.

Melihat pemandangan itu, saya ikut merasa pilu di hati. Pasutri itu baru saja panen jengkol. Turun dari kampung untuk menjual hasil buminya ke pasar. Namun, alamak, semua jengkolnya jatuh ke dataran rendah.

Dalam hidup ini, banyak hal kadang terjadi di luar rencana kita. Sebagai ciptaan-Nya, kita hanya melaksanakan. Selebihnya Tuhan yang punya kuasa atas hidup kita.

Akhirnya kami berdua sampai di tempat servis printer. Tanpa harus menunggu lama, maka kami segera pulang.

Dua remaja cilik yang punya “hati” untuk sesama. (Dok. Sr. Ludovika OSA)

Dua remaja cilik baik hati

Ketika kami melewati jalan di mana tadi pasutri pembawa jengkol jatuh celaka, kami melihat sudah ada dua anak remaja yang sedang mencangkul.

“Kalian baru kerjain apa,” demikian tanya saya.

“Kami mencangkul Suster menguruk tanah. Karena tadi ada orang jatuh dari motor. Kami urug tanah agar jangan lagi ada orang celaka karena jatuh,” jawab mereka.

“Siapa yang suruh kalian mencangkul jalan,” kembali saya bertanya.

“Nggak ada yang suruh Suster. Kami sendiri yang mau saja,” jawab mereka serentak bareng.

Kedua anak remaja tanggung itu ternyata baru kelas 4 SD. Kepada mereka, saya tergerak hati memberi sedikit uang untuk bisa beli minum.

Hati untuk orang lain

Pemandangan itu membuat saya kagum. Meski masih anak-anak, kedua remaja cillik itu punya “hati” untuk sesama. Mereka menjadi penolong bagi orang lain, meskipun datang telat.

Tuhan telah mengirimkan mereka menjadi penolong bagi sesama.

Terkadang dalam hidup, kita sering mengalami peristiwa serupa. Dibuat tegar menjalani hidup ini, karena ada orang-orang baik yang Tuhan kirimkan untuk menjadi penolong kita agar tak terjatuh pada tempat yang sama.

Mengapa demikian?

Karena jatuh kedua kalinya pada tempat yang sama sangat menyakitkan ketimbang jatuh untuk pertama kalinya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here