Puncta 17 Agustus 2025
HR. Kemerdekaan Indoneia
Matius 22: 15-21
RABU, 13 Agustus 2025 terjadi demo besar-besaran di alun-alun kota Pati dan memuncak di kantor Bupati Pati, Sudewa. Demo ini awalnya dipicu oleh keputusan Bupati menaikkan pajak PBB sampai 250% yang ditolak warga.
Menanggapi rencana demo, Bupati malah menantang warga. “Jangankan Cuma 5.000 orang, 50.000 orang yang datang akan saya hadapi.” Katanya di depan wartawan.
Pernyataan ini makin membuat masyarakat gemas.
Warga dari mana-mana mulai mengumpulkan berbagai barang untuk mendukung demo. Ada yang menyumbang bertumpuk-tumpuk air mineral, makanan, bahkan beberapa warga membawa pisang hasil kebun mereka.
Akhirnya hari Rabu tiba. Puluhan ribu orang bukan cuma limaribu berkumpul di Pati. Mereka tidak hanya memprotes kebijakan kenaikan pajak, tetapi meminta Bupati mundur karena arogan dan tidak peka terhadap suara bawah.
Pada hari raya kemerdekaan ini kita bisa bercermin dari peristiwa demo di Pati. Peristiwa itu adalah sinyal bagi para penguasa agar tidak arogan, dan membuat kebijakan yang sewenang-wenang serta membebani rakyat kecil.
Para penguasa tidak sadar bahwa amanat kedaulatan adalah milik rakyat. Mereka dipilih untuk melayani dan menyejahterakan rakyat, bukan menindas dan mencekik rakyat demi memperkaya diri sendiri.
Mereka hanya diberi mandat yang harus dipergunakan dengan baik dan bertanggungjawab demi kesejahteraan umum.
Kalau rakyat tidak percaya kepada pemimpinnya, mereka bisa mencabut melalui jalan konstitusional atau revolusi lewat demo-demo di jalanan.
Kekuasaan itu hanyalah pinjaman dari rakyat, bukan milik pribadi. Kekuasaan dipinjamkan selama batas waktu tertentu menggunakan mekanisme pemilu.
Kata-kata Yesus harus menyadarkan kita. “Apa yang menjadi hak kaisar berikanlah kepada kaisar. Apa yang menjadi hak Allah berikanlah kepada Allah.”
Para penguasa harus sadar bahwa kekuasaan berada di dalam kedaulatan rakyat. Penguasa harus mengutamakan kepentingan rakyat.
Apa yang menjadi hak rakyat sebagai pemilik kedauluatan berikanlah kepada rakyat. Apa yang menjadi hak Tuhan berikanlah kepada Tuhan.
Tidak perlu rakyat turun ke jalan untuk menuntut haknya. Kalau para pemimpin sadar harus memberi apa yang menjadi hak mereka, tidak akan terjadi demo besar-besaran pengerahan massa.
Mari kita menyadari bahwa rakyatlah yang memiliki kedaulatan sebagaimana bunyi sila dalam Pancasila kita. Mari kita jalankan tugas kewajiban kita sebaik-baiknya.
Di negeri Konoha rakyat tak berdaya,
Tertindas oleh penguasa yang kaya raya.
Delapan puluh tahun kita telah merdeka,
Tetapi pembangunan belum bisa merata.
Wonogiri, merdeka, merdeka, merdeka
Rm. A.Joko Purwanto, Pr