MENGEJUTKAN. Hasil Survei yang dilakukan LSI (Lingkaran Survei Indonesia) menunjukkan, dalam kurun waktu 13 tahun terakhir (2005-2018) dukungan warga terhadap Pancasila menurun sekitar 10 persen.
Dalam waktu yang sama, warga yang mendukung NKRI bersyariah meningkat sekitar 9 persen.
Hasil survei tersebut menjadi fakta yang mengkhawatirkan di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Berkembangnya ideologi politis selain Pancasila di Indonesia merupakan sebuah tantangan serius.
Sebagaimana diketahui bersama, beberapa tahun terakhir beragam peristiwa teror turut menciderai semangat kebhinnekaan yang sejak awal telah menjadi jiwa bangsa ini.
Komitmen dari Yogyakarta
Di tengah situasi tersebut, 40 orang yang terdiri atas sejumlah tokoh agama, pegiat media, LSM, dan aktivis mahasiswa di Yogyakarta berkomitmen untuk menggelorakan kembali nilai-nilai Pancasila.
Selama empat hari mereka berproses bersama dalam Pelatihan Juru Bicara Pancasila di salah satu hotel di Yogyakarta, 16-19 November 2018. Pelatihan ini merupakan bagian dari rekruitmen 1.000 orang juru bicara Pancasila yang diselenggarakan oleh Komunitas Bela Indonesia (KBI).
Yogyakarta menjadi tempat ke-18 dari 25 kota di Indonesia dari kegiatan ini.
Panitia wilayah, Kyai Benny Susanto menyatakan bahwa ke-40 ini merupakan hasil seleksi yang diadakan KBI Pusat.
“Ada 145 pendaftar, namun hanya 40 orang yang lulus seleksi. Dan mereka harus membuat komitmen untuk mengikuti kegiatan secara penuh,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, Gesikan, Bantul ini.
Sementara Mila, fasilitator KBI Pusat, menyatakan bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran dan penguatan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi yang merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat.
“Sebagai organisasi independen, KBI berupaya untuk berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan tersebut melalui pelatihan ini,” ungkapnya.
KBI juga telah memproduksi buku rujukan yang menjadi pegangan bagi peserta berjudul Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia.
Dalam kegiatan pelatihan ini, para peserta dibekali dengan penguatan isu kebangsaan serta skill menulis, berdebat, dan bermedia sosial. Materi-materi yang diberikan menyiapkan peserta untuk mampu melawan beragam ideologi terorisme dan konservatif dengan argumen, bukan dengan kekerasan.
Materi-materi tersebut yakni Indonesia Rumah Bersama yang diberikan oleh Hatim Gazali, penulisan dan debat oleh A. Nurcholish, dan sosmed management oleh Indriyatno.
Pada materi manajemen medsos, para peserta diajak untuk membuat konten-konten kreatif terkait Pancasila yang dapat diunggah melalui berbagai media sosial. Ini dibuat untuk mengkonter massifnya penyebaran ideologi konservatif yang beredar melalui media sosial.
Selain itu, peserta diajak untuk menekan laju persebaran ujaran kebencian dan aneka hoax di media sosial. Maka melalui aneka postingan yang mendidik, membangun dan bernilai Pancasila, diharapkan nilai kebangaaan menguat kembali.
Sasarannya tidak lain adalah generasi milenial Indonesia.
Pernyataan sikap
Di akhir pelatihan, para peserta pelatihan yang telah resmi menjadi anggota KBI Wilayah Yogyakarta menyampaikan pernyataan sikap berikut.
“Kami, KBI Yogyakarta menyatakan:
- Siap menjaga Pancasila, UUD 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Siap menolak segala bentuk ujaran kebencian yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia.
Berbeda tidak harus sama, karena kita Bhinnneka Tunggal Ika. Kita Pancasila, kita cinta Indonesia. Guyub rukun membangun Indonesia.”
Yogyakarta, 19 November 2018
Romo Stepanus Sigit Pranoto SCJ
Imam Kongregasi SCJ dan anggota KBI DIY 20