Pelita Hati: 01.11.2019 – Sabda Bahagia

0
1,004 views

Bacaan Matius 5:1-12a

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga. (Mat.5:3-12a)

Sahabat pelita hati,

HARI ini kita merayakan hari raya orang kudus. Perayaan ini ditujukan untuk menghormati para saksi iman yang rela menyerahkan nyawa dan membela iman akan Kristus Tuhan. Konon tradisi menghormati dan merayakan para kudus pilihan Tuhan diiinisisi oleh Paus Bonifasius IV pada tahun 609. Dalam perayaan ini kita merenungkan “Sabda Bahagia” sebagaimana ditulis oleh penginjil Matius. Ada ucapan bahagia yang ditujukan kepada umum (ay.3-10) dan ucapan bahagia tertuju secara khusus kepada para murid dan jaminan akan upah surgawi. 

Sahabat terkasih, 

Kita percaya para kudus yang telah mulia di surga adalah kelompok orang-orang berbahagia berkat imannya dahulu mereka menghayati hidup miskin, berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hati, membawa damai, dianiaya demi kebenaran, dicela dan dianiaya karena mewartakan Yesus. Mereka yang wafat sebagai martir karena dianiaya dan disiksa sungguh telah mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan. Karenanya mereka layak berbahagia di surga mulia. Itulah kebahagiaan sejati dan kebahagiaan surgawi.

Sahabat terkasih, 

Marilah kita berjuang untuk menghayati hidup miskin di hadapan Allah. Artinya, hidup yang selalu rindu akan Tuhan dan selalu ingin hidup dekat dengan Tuhan. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang selalu mengandalkan Tuhan dan  percaya bahwa hanya Tuhanlah yang menjadi penopang kebahagiaan sejati satu-satunya. Inilah inti sari hidup miskin di hadapan Allah. Semoga kita mampu mengusahakan dan menjalaninya.

Siap menang dan siap kalah,
jika memang siap berlaga.
Yang hidup miskin di hadapan Allah, 
dialah pemilik kerajaan surga.

dari Lereng Merbabu-Merapi, 
Berkah Dalem, Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here