Pelita Hati: 02.02.2019 – Persembahan Diri

0
1,382 views

Bacaan Lukas 2:22-40

Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,  dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri —, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk. 2:22-26. 34-35)

Sahabat pelita hati,

HARI ini adalah pesta Yesus dipersembahkan di bait Allah. Mengapa Yesus perlu dipersembahkan di Bait Allah? Tentu karena Maria dan Yusuf ingin mengikuti serta menaati aturan agama dan adat-istiadat Yahudi yang berlaku pada saat itu. Inilah wujud nyata ketaatan Maria dan Yosef terhadap tata aturan agama yang ada. Mereka tidak menempatkan diri sebagai keluarga istimewa yang terbebas dari aturan yang ada. Ketaatan mereka menegaskan kembali kerendahan hatinya.

Sahabat terkasih,

Apa makna dari peristiwa Yesus dipersembahkan ke bait Allah ini?  Sejatinya bukan sekedar mengikuti perintah agama tetapi mengandung makna bahwa hidup Yesus seluruhnya dipersembahkan dan diabdikan bagi Allah. Hidup-Nya juga diabdikan bagi penebusan manusia dan penyelamatan dunia.

Sahabat terkasih,

Kisah Yesus dipersembahkan di bait Allah membawa kita pada satu pertanyaan: apa yang telah, sedang dan akan kita persembahkan kepada Tuhan? Tentu bukan bahan-bahan persembahan atau materi tetapi lebih-lebih adalah persembahan diri kita seutuhnya kepada Tuhan. Jangan menjadi orang kristen yang setengah-setengah tetapi harus menjadi pengikut Kristus yang seutuhnya. Jangan menjadi orang tua dan  pasangan suami isteri yang setengah-setengah tetapi harus seutuhnya saling mengasihi dan melayani. Jangan menjadi imam, suster, bruder atau biarawan-biarawati yang setengah-setengah, tetapi harus mempersembahkan hidup, karya dan pelayanan seutuhnya. Semoga kita sungguh dapat menghayati panggilan hidup kita masing-masing dengan sepenuh hati.

Indonesia tanah air beta,
melimpah ruah kekayaan alamnya.
Jadikan hidup dan karya kita,
sebagai persembahan indah bagi-Nya.

dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here