Bacaan Lukas 4:16-30
Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. (Luk.16:21-24)
Sahabat pelita hati,
KISAH ‘Yesus ditolak di Nazaret’ mengajak kita untuk belajar menghargai sesama bukan atas dasar asal-usul atau latar belakang tetapi atas dasar mutu kualitas dirinya. Dengan kata lain kita semestinya rendah hati mengakui apa yang baik, luhur, mulia dan indah dalam diri sesama kita, tanpa ’embel-embel’ apa pun. Harus mengasihi, menghormati dan menghargai mereka dengan segala ketulusan hati, siapa pun itu. Kita tak boleh jatuh pada sikap seperti yang dipertunjukkan oleh orang-orang Nazaret. Mereka menolak Yesus bukan karena cara mengajarnya yang tidak bermutu tetapi karena tahu Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu yang bernama Yesus. Dengan congkaknya mereka merendahkan Yesus, orang tua dan saudara-saudara-Nya, bahkan mengusir-Nya hingga ke luar kampung. Inilah sebentuk kepicikan hati orang-orang Nazaret yang menilai orang hanya dari luaran alias asal-usulnya bukan mutu kualitas pribadinya.
Sahabat terkasih,
Semoga kita tidak mewarisi kecongkakan hati orang-orang Nazaret tetapi dengan rendah hati menghargai setiap sesama kita, siapa pun itu. Semoga.
Dulu berbeda pilihan,
sekarang penuh persahabatan.
Jauhkan diri dari keangkuhan,
dekatkan hati pada kelemahlembutan.
Taman Doa Maria “Ratuning Katentreman lan Karaharjan,” Gantang,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)