Bacaan: Mikha 7:14-15.18-20, Lukas 15:1-3.11-32
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk 15:20.28-32)
Sahabat pelita hati,
BENANG merah dari “Perumpamaan Anak yang Hilang” ini adalah maha belas kasih Tuhan yang tiada batas. Hal ini digambarkan seperti seorang ayah yang menerima kembali anak bungsunya yang telah berdosa besar kepadanya. Walau si bungsu yang sejatinya tak terampuni dosanya dan tak termaafkan kesalahannya karena memaksa ayahnya untuk membagi harta warisan dan pergi menghabiskannya untuk hal-hal yang tak sepantasnya, sang ayah tetap menerima dengan penuh kasih. Sebenarnya si ayah berhak untuk menolaknya atau hanya menerimanya kembali sebagai hamba/budak. Namun di luar dugaan, sang ayah menerimanya kembali sebagai anak dengan pesta pora nan istimewa. Sebuah tindakan yang di luar kelaziman dan menimbulkan kemarahan dari sang kakak.
Sahabat terkasih,
Bukan kali ini saja Tuhan menunjukkan belas kasih-Nya. Ia juga mengampuni seorang perempuan yang kedapatan berzinah, menjumpai orang kusta yang seharusnya dijauhi dan makan di rumah Zakeus kepala pemungut cukai yang dikenal sebagai pendosa dan dimusuhi masyarakat. Inilah wujud nyata belas kasih Tuhan yang berujung pada penyelamatan. Faktanya, semua orang itu mengalami penyembuhan, pertobatan dan penyelamatan. Sikap belas kasih Tuhan inilah yang hendaknya kita kembangkan, walau masih jauh panggang daripada api. Artinya, masih sering gagal dalam mengembangkan belas kasih kepada sesama. Semoga di masa prapaskah kita mampu mengusahakan sikap hidup yang berbelas kasih kepada sesama, juga yang jatuh dalam dosa namun berusaha bangkit memperbaikinya. Tetap semangat.
Tampanlah wajah si Rama, mengejar cinta dewi Sinta. Berbelaskasihlah kepada sesama, terutama yang lemah dan menderita.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)