Pelita Hati: 11.03.2022 – Berdamai Dengan Sesama

0
805 views

Bacaan: Yeh.18:21-28, Matius 5:2O-26

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. (Mat. 5:23-25)

Sahabat pelita hati, 

PELITA sabda hari ini mewartakan bahwa sikap batin atau disposisi hati merupakan faktor utama dalam relasi manusia dengan Tuhan. Yang dibutuhkan adalah kebersihan hati bukan kemewahan duniawi. Kalau dalam hati kita masih tersimpan rasa dendam, dan permusuhan sudah barang tentu akan menjadi penghalang relasi kita dengan Tuhan. Karenanya Tuhan pernah bersabda “Yang kukehendaki adalah belas kasihan bukan persembahan”.

Sahabat terkasih,

Karenanya di hadapan Tuhan yang dipentingkan adalah memantaskan hati terlebih dahulu bukan mengutamakan ibadah formal. Barangkali kisah ini bisa memberi inspirasi.  Kita harus berdamai alias tak menyimpan dendam dan memelihara “rasa permusuhan” dengan sesama sebelum kita menjalankan ibadah dan doa kepada Tuhan. Itu sebabnya di setiap ibadah sabda maupun ekaristi kita selalu mengawalinya dengan mendaraskan doa tobat, mohon pengampunan dan kepantasan hati. Ibadah harus mengandaikan hati yang pantas maka butuh ungkapan dan pernyataan tobat yang kemudian harus diwujudkan dalam hidup selanjutnya. Barangkali cerita inspiratif ini dapat membantu untuk memaknai perdamaian atau pertobatan ini.  “Alkisah ada seorang yang setiap pagi rajin berangkat ke Gereja mengkuti Ekaristi harian. Di sepanjang perjalanan ia menjumpai banyak orang miskin dan tuna graha yang meminta uluran tangan kasihnya, namun orang itu tak pernah menghiraukan. Tidak seperti biasanya,  pintu Gereja  terkunci dan tertutup rapat alias tidak ada ekaristi.  Ia pun kemudian mendengar suara yang nembisik telinganya,  ‘Anakku,  hari ini aku harus melayani orang-orang terlantar yang tadi meminta-minta padamu. Temui Aku di sana bukan di gereja ini’.  Seketika orang ini tersadar atas sikapnya yang tak peduli pada yang menderita.” Inilah contoh orang yang hatinya “belum berdamai” dengan sesama terutama yang menderita. Ibadahnya hanya menjadi formalitas belaka.

Sahabat terkasih, 

Orang yang berkenan di hati Tuhan adalah yang rajin menjalankan hidup ibadah tetapi sekaligus peduli terhadap derita sesama. Karena Tuhan sejatinya ada dalam diri orang-orang yang menderita. Karena itu berdamailah dahulu dengan sesamamu maka ibadahmu akan membubung tinggi ke hadapan Allah yang maha suci. 

Rajin-rajinlah  minum jamu,
jamu sehat yang telah diramu.
Berdamailah dahulu dengan saudaramu,
barulah datang kepada Tuhan dengan persembahanmui.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem**Rm.Istata

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here