Bacaan: Yak.2:1-9, Markus 8:27-33
Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia. (Mrk. 8:29-30.31-33)
Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini memuat dua (2) hal pokok, yakni tentang pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah mesias dan pemberitahuan tentang penderitaan yang akan dihadapi Tuhan. Kata “Mesias” berasal dari bahasa Ibrani “mashiah” berarti “Yang Diurapi”. Hal ini berakar dari pemahaman orang-orang Yahudi akan datangnya seorang tokoh di masa depan yang datang dari Allah untuk membawa keselamatan bagi bangsa Yahudi. Di dalam bahasa Yunani, kata mesias diterjemahkan dengan kata “Kristos”, dari situlah dikenal sebutan Kristus yang menjadi salah satu gelar Yesus. Itulah sebabnya kita percaya di dalam Kristuslah manusia diselamatkan.
Sahabat terkasih,
Namun dalam pelita sabda hari ini, Yesus juga memberikan pencerahan kepada Petrus bahwa kemesiasan-Nya menyertakan sederet pengorbanan, penderitaan yang berujung pada salib. Itulah yang harus dijalani oleh Anak Manusia. Karenanya Tuhan Yesus menegur Petrus dengan kata-kata yang keras ketika ia hanya memikirkan apa yang dipikirkan manusia. Anak manusia harus menderita sengsara mengikuti kehendak-Nya. Dengan demikian Tuhan sedang mengajarkan kepada kita bagaimana harus menempatkan kehendak Bapa di atas segala-galanya. Kita diajari bagaimana harus taat dan setia. Apakah kita sungguh telah memegang teguh komitmen kita sebagai murid-murid-Nya yang setia? Atau kita masih sering cengeng dan mudah mengeluh jika menghadapi tantangan dan perjuangan? Semoga kita dimampukan untuk menjadi pribadi yang dapat diandalkan. Berkah Dalem.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Anak Manusia harus menderita, ditolak oleh tua-tua dan imam kepala
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)