Pelita Hati: 25.09.2022 – Jangan Terlambat

0
683 views

Bacaan: Amos 6:1ab.4-7, 1 Timotius 6:11-16, Lukas 16:19-31

“Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (Luk. 16:19-25)

Sahabat pelita hati,

KISAH  “Orang kaya dan Lazarus yang Miskin”, merupakan salah satu kisah Injil yang amat menarik. Kisah ini menyadarkan kita bahwa hidup di dunia ini ada lanjutannya. Dengan kata lain, apa yang kita taburkan di dunia akan dituai nantinya. Jika kita banyak menebar kebaikan sudah barang tentu (nantinya) akan menuai kebaikan yang sama. Sebaliknya jika hidup kita jauh dari perbuatan kebaikan kita pun takkan berhak mendapatkannya. 

Sahabat terkasih,

Yesus mengisahkan Lazarus yang miskin itu menikmati kemuliaan surga sedang orang kaya harus mengalami siksa di neraka. Namun harus dicatat, di sini Yesus tidak sedang berbicara tentang kekayaan versus kemiskinan tetapi Tuhan sedang mengajarkan pentingnya membangun sikap hati. Orang kaya ini masuk neraka bukan karena dia kaya, tetapi karena ia menjadikan kekayaannya sebagai tujuan hidup sehingga ia menjadi tamak, serakah dan tentu saja egois. Dan Alkitab mencatat bahwa ketamakan adalah akar segala kejahatan. Ia hanya mengarah kepada dirinya, bukan kepada sesama. Lupa bahwa kekayaan atau berkat itu datang dan berasal dari Tuhan. Karena sikap hati yang egois dan tak peduli kepada sesamanya inilah akhirnya si kaya harus siap menerima derita di neraka. 

Sahabat terkasih,

Pelita sabda hari ini mengingatkan kita agar jangan lupa terhadap sesama, terutama yang menderita. Semoga kita tak membiarkan  diri dikuasai oleh sikap tamak dan serakah tetapi rela berbagi kepada sesama terutama kaum yang lemah. Marilah kita berusaha meninggalkan sikap memupuk ego dan mementingkan diri menuju pada sikap peduli dan berempati. Jangan lupa, peduli sesama terutama yang menderita. Jangan terlambat. Selamat hari Minggu. Berkah Dalem.

Anda jual saya pun beli,
berbalas pantun  a la Betawi.
Hidup harus saling peduli,
kembangkan rasa manusiawi.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem**Rm.Istata

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here