Sahabat pelita hati,
SALAM seroja, sehat rohani-jasmani. Berkah Dalem.
Kebaikan dan kejahatan pada dasarnya bisa tumbuh dan jalan berdampingan. Tentu dengan karakternya masing-masing. Inilah matra kehidupan yang tak bisa dihindari. Ada hitam ada putih, ada atas ada bawah, kiri dan kanan, baik dan jahat serta seterusnya. Inilah inti pokok dari warta sabda hari ini.
Memang pada akhirnya yang putih tetaplah putih dan yang hitam tetaplah hitam. Kebaikan dan kebenaran pada akhirnya akan muncul dan nampak. Kalau pun yang jahat itu seolah-olah nampak baik tetapi pada akhirnya kebaikan dan kebenaran takkan dapat ditutupi oleh kejahatan.
Sahabat terkasih,
Pelita sabda hari ini juga mengajak kita untuk bersabar. Dilarang mencabut ilalang dan membiarkan tumbuh berdampingan dengan gandum. Jika sudah menjadi tua akan kelihatan mana ilalang dan mana gandum. Untuk menunggu hingga waktu memanen dan menuai, yang terpenting adalah gandum harus bertumbuh agar menghasilkan buah yang belipat-lipat.
Karenanya janganlah kita terlalu sibuk memikirkan hambatan, godaan atau kejahatan di sekitar kita. Apalagi lupa bahwa kita harus tetap berkarya dan menghasilkan buah. Perlu lebih fokus untuk berkarya agar menghasilkan gandum kebaikan sehingga kita pantas dimasukkan di ‘lumbung Tuhan’. Singkatnya, jangan kita menghabiskan energi untuk memikirkan tantangan, kesulitan dan godaan dalam kehidupan hingga kita lupa bahwa harus tetap maju dan berkarya. Berkah Dalen.
Dari Jogja menuju Magelang,
singgah sebentar di Muntilan.
Inilah kisah tentang ilalang,
dan gandum kebaikan Tuhan.
Ke warung sebelah membeli ikan bakar,
ikan bakar madu untuk sahabat-sahabatku.
Kumpulkanlah dahulu lalang itu untuk dibakar,
lalu kumpulkanlah gandum ke dalam lumbungku.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Yer.7:1-11
Matius 13:24-30
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”