Pemimpin Baru

0
259 views
Ilustrasi: Pemimpin baru.

Renungan Harian
Minggu, 7 November 2021
Bacaan I: 1Raj. 17: 10-16
Bacaan II: Ibr. 9: 24-28
Injil: Mrk. 12: 38-44
 

SEORANG
teman berkeluh kesah dengan penuh emosi.

“Mo, aku kesel banget dengan pengganti saya. baru sebulan menjabat sudah menjelek-jelekkan saya.

ia selalu ngomong ke anak buah bahwa semua yang saya lakukan itu salah. Seharusnya begini, seharusnya itu bisa lebih maksimal tidak hanya seperti ini.

Ia selalu bertanya apa yang telah saya lakukan, ketika memimpin di tempat itu, kalau yang terjadi seperti ini.

Ngomongnya kasar, dia selalu mengatakan bahwa saya tidak becus jadi pimpinan, dan dia juga mengatakan semua kepala bagian yang ada adalah orang-orang tidak becus peninggalan saya.
 
ia itu tidak tahu bagaimana keadaan cabang itu, saat saya datang. ia tidak tahu bagaimana pembenahan yang ada.

Kalau sekarang sudah tertib dan beberapa kali diaudit juga baik, bukan perkara mudah. Sekarang dia tinggal meneruskan saja malah menjelek-jelekkan orang lain.

Saya kalau tidak menghargai bahwa dia itu jauh lebih senior dari saya, saya pengin membungkam mulutnya.
 
Mo, dia itu sesungguhnya senior saya, tetapi pernah bentrok dengan bos besar lalu di “non-job”-kan. Ketika bos besar pensiun dan digantikan anaknya dia ditarik lagi sebagai wakil pimpinan cabang di kota lain.

Di kota itu dia selalu bentrok dengan pimpinan cabang, dia mengkritik semua kebijakan pimpinan cabang, dan dia jalan dengan caranya sendiri.

Akibatnya, karyawan di cabang itu terbelah. Ia itu ingin menunjukkan eksistensinya lagi sebagai senior dan pernah memimpin cabang-cabang besar, tapi ya itu dengan cara menyalahkan orang lain.

Saya sejujurnya jadi kasihan dengan para karyawan; mereka itu orang-orang yang sudah mulai tertib dan baik, tetapi sekarang jadi resah karena setiap hari selalu disalahkan.

Pengganti saya selalu mengatakan seharus-seharusnya, tetapi bagaimana idenya yang seharusnya itu diterapkan amat sulit dan dia sendiri juga tidak bisa memberi petunjuk praktisnya.

Pokoknya semua itu salah.”
 
Adalah kecenderungan banyak orang berusaha mendapatkan simpati, penghormatan dan pujian, dengan cara menjelek-jelekan orang lain, mengumbar kritik tetapi tidak memberikan solusi.

Tidak sedikit dengan cara seperti itu sebagai usaha untuk menyingkirkan orang lain.

Tidak banyak orang yang berani memperjuangkan kehormatan diri dengan memberi keteladanan hidup baik dan menghormati orang lain.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus, Yesus mengkritik sikap Ahli Taurat yang selalu mencari penghormatan dan menuntut penghormatan tetapi dengan cara-cara yang tidak baik.

“Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah aku bagian dari orang-orang yang menuntut penghormatan?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here