Penatua

0
280 views
Ilustrasi - Deretan kursi.

Renungan Harian
Minggu, 31 Oktober 2021
Hari Minggu Biasa XXXI
Bacaan I: Ul. 6: 2-6
Bacaan II: Ibr. 7: 23-28
Injil: Mrk. 12: 28b-34

SAYA selalu menyebut bapak itu sebagai penatua jemaat, entah sesungguhnya apakah dia seorang penatua jemaat atau bukan.

Saya menyebut dia sebagai penatua jemaat, karena dalam berbagai kesempatan pertemuan gereja-gereja, dia selalu hadir dan seringkali mewakili pendetanya.

Dia sangat aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan antar gereja. Ide dan perannya luar biasa. Meski dia amat berperan dan di dalam berbagai kegiatan dia didapuk mengambil peran yang penting, namun dia selalu terlibat dalam hal-hal yang sederhana.

Sebagai contoh, dia menjadi ketua panitia dalam acara antar gereja. Meski sebagai ketua panitia, dia tidak segan untuk membantu mengatur kursi dan bersih-bersih tempat pertemuan.

Saya melihat dia memberi dirinya sepenuhnya dalam kegiatan-kegiatan itu.
 
Bapak itu adalah seorang PNS yang mempunyai kedudukan cukup lumayan di kota itu. Sebagai seorang yang punya kedudukan, da punya kesibukan yang luar biasa.

Sering kali dia harus bertugas di wilayah-wilayah yang jauh dari kota. Namun demikian kalau ada pertemuan antar gereja atau ada kegiatan di gerejanya, dia tidak pernah absen.

Dia selalu hadir dan hadir dengan kegembiraannya.

Pernah suatu kali saya bertanya apakah dia tidak lelah dengan perjalanan yang baru saja dia tempuh dan sekarang ikut rapat; bahkan rapat pun masih mengenakan baju seragam dinasnya.

Dengan tertawa dia selalu menjawab bahwa dirinya tidak lelah karena berkat Tuhan.
 
Hal membuat saya kagum dengan dirinya bukan “hanya” aktivitas dia sebagai penatua jemaat dan sebagai PNS, melainkan pelayanannya terhadap keluarga yang berduka.

Bapak ini setiap kali ada orang meninggal yang membutuhkan bantuannya untuk merias jenazah atau peti jenazah dia akan hadir.

Jam berapa pun orang menelepon, bahkan tengah malam pun dia akan datang membantu.

Dia membantu dengan rela dan cuma-cuma. Dia bukan hanya merias jenazah dan merias peti jenazah, bahkan dia dengan rela membantu membereskan rumah keluarga yang berduka agar layak untuk persemayaman jenazah dan menerima tamu.
 
Beberapa kali saya memuji dia dengan seluruh pelayanannya terutama untuk kedukaan dan dia selalu menjawab: “Pastor, ini bukan apa-apa, ini karena saya masih dipakai Tuhan. Mumpung Tuhan masih berkenan memakai hamba-Nya ini maka saya selalu bersyukur.

Apa yang saya lakukan ini bentuk syukur saya, pujian dan pengabdian saya pada Tuhan Yesus Kristus.”

Saya sungguh-sungguh kagum dengan dirinya.

Bagi saya, bapak ini teladan bagi saya, orang yang mencintai Tuhan Allahnya dengan seluruh dirinya dan mewujudkan dengan mencintai dan melayani sesamanya.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus: “Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua perintah ini.”
 
Bagaimana dengan aku?

Sudahkah aku mencintai Allah dan sesamaku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here